Selamat Membaca
🌹🌹🌹🌹🌹
" Kata siapa tidak ada laki - laki yang mau menerima mu?, masih ada laki - laki yang mau menerima mu Sintia ". Seru Al lembut dengan menatap wajah Sintia.
" Apa maksud tuan? ". Tanya Sintia yang juga menatapnya.
" Aku akan bertanggung jawab Sintia. Aku akan mempertanggung jawabkan semua kesalahanku padamu. Aku akan menikahi mu Sintia ". Ucap Al dengan segala kesungguhannya.
" Be benarkah itu tuan?, tuan akan menikahi saya?, tuan tidak berbohong kan? ". Tanya Sintia untuk memastikan.
" Iya ". Mengangguk pasti.
" Tapi tuan, ibu saya tidak tahu masalah yang saya hadapi, ibu saya tidak tahu kalau saya emm..... sudah di nodai, karena kalau sampai ibu saya tahu dia pasti akan sangat hancur ". Ucap nya sedih dengan tatapannya yang mulai sendu.
Al terdiam. Rasa bersalah semakin menggrogoti hatinya. Akibat dari perbuatan kejinya, seorang gadis yang begitu baik dan lugu harus menyimpan dan menanggung masalah yang disebabkan oleh dirinya.
Tekad kuatnya untuk menikahi Sintia sudah semakin bulat. Al tidak ingin jika gadis di depannya ini menderita lagi karena perbuatannya.
" Baiklah aku akan merahasiakannya ". Jawab Al setelah beberapa detik terdiam karena larut dalam pikiran nya.
" Terima kasih tuan ". Ucap Sintia.
Senyum kemenangan begitu menggelora di hati Sintia saat ini. Keinginan untuk menjadi istri seorang Alexander lengkap dengan kekayaannya yang yang tidak akan habis hingga tujuh turunan hanya tinggal selangkah lagi.
" Ternyata untuk menjadi istri dari seorang tuan Alexander, sangat mudah. Hemm ini semua berkat kalung itu. Terima kasih Adinda, kamu dan kalung mu itu sudah melancarkan semua apa yang menjadi keinginanku selama ini ". Batin Sintia tersenyum puas.
Flashback on
Sekitar pukul tiga dini hari, Adinda keluar dari kamar tuan Al nya. Suasana masih nampak begitu lengang tanpa adanya aktivitas apapun. Yang menandakan bahwa masih belum adanya aksi dari para pelayan untuk melakukan aktivitas seperti pada biasanya.
Dengan langkah yang tertatih - tatih Adinda berusaha menahan rasa perih dan sakit yang ada di bawah sana.
Dengan tetesan air mata yang masih setia bercucuran membasahi wajah cantiknya. Kesedihan dan kehancuran begitu teramat mendalam mendera batinnya.
Dilangkahkannya terus kaki jenjang yang tertutup rok panjang itu dengan perlahan. Sesekali Adinda berhenti melangkah dan meringis menahan sakit di bagian sensitif nya, dengan telapak tangan yang berusaha menekan bagian itu agar dapat mengurangi rasa sakitnya, meski pada faktanya hal itu tetap tidak dapat mengurangi rasa sakitnya.
Adinda menuruni anak tangga secara perlahan, hingga dirinya telah sampai di tempat dimana ia biasa melepaskan segala kepenatan nya.
Di atas sebuah ranjang kasur kini dirinya berada. Disandarkannya bagian belakang tubuhnya itu pada papan kasur. Kejadian yang dialaminya benar - benar membuat dirinya terpuruk. Hancur, merasa kotor, merasa lalai itulah yang dirinya rasakan.
Tatapan nya tertuju ke arah depan, mengingatkan memori otaknya akan sang ayah dan juga almarhumah ibunya.
" Ayah, ibu, tolong maafkan Adinda. Adinda sudah mengecewakan ayah dan juga ibu. Adinda sudah gagal. Adinda tidak bisa menjaga sesuatu yang harus Adinda jaga. Tolong maafkan Adinda ayah, ibu ". Seru Adinda sedih saat mengingat kedua orang tuanya.
" Ibu, ibu pasti sedih kan melihat Adinda seperti ini?, ibu jangan sedih ya bu, Adinda ingin ibu tetap tersenyum di surga sana. Adinda tidak ingin karena masalah yang Adinda hadapi ini membuat ibu jadi ikutan sedih. Percayalah bu Adinda akan berusaha untuk tetap tegar dalam menghadapi semua ini. Adinda janji setelah ini Adinda akan berusaha untuk menjaga diri lebih baik lagi ". Serunya dengan mengingat almarhumah ibunya.
Diperhatikannya pakaian yang ia kenakan, terlihat sangat kusut, bahkan ada sebagian dari bajunya yang robek akibat di tarik paksa oleh tuan Al nya.
Adinda ingin mengguyur tubuh nya dengan air, berharap agar bekas kejadian buruk yang dialami nya bisa menghilang.
Ia beralih dari kasurnya menuju lemari, hendak mengambil pakaian ganti, di tanggalkan nya pakaian kusutnya itu dan beralih dengan pakaian yang lebih bersih.
Saat semua pakaian yang Adinda butuhkan terasa sudah lengkap, ia merasa ada sesuatu yang kurang dari dirinya. Bahkan itu adalah sesuatu yang sangat berharga yang diberikan oleh kedua orang tuanya.
" Kalung ku, dimana kalungku?, kenapa kalungku tidak ada?, Ya Allah, astagfirullah hal adzim kalungku, kalungku ada di kamar tuan Al, iya kalungku tertinggal disana, bagaimana ini?, aku harus bagaimana? ". Serunya cemas.
Entah keberuntungan apa yang berpihak pada Sintia. Ia mendengar semua keluh kesah saudara sepupunya. Ya, saat Adinda berjalan menuju kamarnya di waktu sebelum subuh, secara tidak sengaja Sintia melihatnya. Rasa penasaran di dalam dirinya pun mengajaknya untuk terus mengawasi Adinda, hingga ia mendengar semua apa yang menjadi keluh kesah saudara sepupunya itu.
Hingga sekitar pukul 09:30 pagi menuju siang, Sintia yang pada kala itu sedang membersihkan ruang tamu melihat para pelayan pria sedang tergesa - gesa bersiap menemui tuan Al. Pasti ada hal yang sangat penting.
Tidak ingin melewatkan informasi penting, Sintia pun beralih ke tempat dimana dirinya bisa mendengar semua perkataan tuannya.
Ia mendengar semuanya dengan jelas. Hingga sebuah rencana jahat telah muncul di kepalanya.
Sintia yang ingin rencananya terlaksana pun segera mendatangi Adinda di kamarnya. Ia mengancam Adinda untuk tidak memberi tahu siapa pun tentang apa yang dialaminya bersama tuan Al.
Hingga tidak berselang lama dari itu, bu Nadia ibu kandungnya sendiri datang mencarinya. Ia ingin dirinya dan juga Adinda menemui tuan Al.
Sintia yang memang sudah mengetahui alasan tuannya itu, benar - benar telah memanfaatkan situasi ini untuk mencapai tujuannya. Hingga tiba saat......
" Ingat, kalian harus menjawab dengan jujur, karena kalau sampai kalian berbohong, akan aku pastikan kalian akan mendapatkan hukuman yang tidak akan pernah kalian bayangkan ". Seru tuan Al.
" Apa kalian paham ".
" Paham tuan ". Jawab mereka bersamaan.
" Siapa pemilik kalung ini ". Tanyanya dengan menunjukkan sebuah kalung emas putih yang sangat cantik.
Namun tidak ada satupun dari mereka yang menjawab.
" Kenapa kalian hanya diam, cepat mengaku padaku siapa pemilik kalung ini?, kalau tidak ada yang mau mengaku aku akan menghukum kalian semua ". Ancam nya.
Namun lagi - lagi mereka masih diam tak menjawab.
" Masih belum ada yang mau mengaku? ". Tanya nya lagi.
Hingga salah satu dari mereka ada yang menjawab.
" Sa saya tuan ". Sahutnya. Ya dia yang tidak lain dan tidak bukan adalah Sintia. Wanita yang sudah begitu tega memanfaatkan penderitaan saudara sepupunya sendiri demi mencapai apa yang di inginnya.
Tangisan palsu, dan pengakuan palsu pun telah ia lakoninya demi mencapai tujuannya.
Flashback Off.
Dan seperti inilah sekarang. Ia tersenyum puas karena sebentar lagi dirinya akan menjadi istri dari seorang Alexander, pewaris tunggal dari keluarga Georgino.
*****
Wanita yang berusia delapan belas tahun itu kini sedang duduk termenung di atas kasurnya. Setelah kejadian di ruang utama tadi tidak ada niat pun bagi Adinda untuk keluar dari ruang kamarnya.
Ketidak beradaannya itu tentu menjadi tanda tanya bagi pelayan wanita yang lain.
" Bu Nadia, putrimu tadi di ajak bicara hanya berdua dengan tuan Al, memangnya mereka mau membicarakan apa? ". Tanya bu Tarsih yang juga ART di rumah Al.
" Saya juga tidak tahu bu, kenapa tuan Al ingin bicara berdua dengan putri saya. Semoga saja tidak ada masalah ". Sahut bu Nadia yang merasa cemas.
" Iya semoga saja ".
" Ayo kita makan dulu, sekarang sudah masuk waktunya makan siang ". Seru bu Tarsih pada semua temannya yang ada di sana.
Hanya tersisa lima orang pelayan wanita di rumah itu. Tidak ada keberadaan Sintia dan juga Adinda di antara mereka. Hingga salah satu dari mereka membuyarkan fokus mereka yang sedang makan siang.
" Oh iya bu Nadia, dari tadi pagi saya tidak melihat Adinda, kemana anak itu? ". Tanya bu Fifah yang juga bekerja sebagai ART di kediaman Al.
" Iya bu Nadia, dimana Adinda? ". Tanya bu Romlah yang juga teman mereka.
" Eh iya saya lupa cerita pada kalian. Adinda saat ini sedang kurang enak badan. Dia sakit, ada di kamarnya sekarang ". Sahut bu Nadia.
" Aduh, kasihan sekali anak itu, baru tiga bulan bekerja sudah sakit ". Seru mereka sedih.
" Bu Nadia, apa Adinda sudah makan bu? ". Tanya bu Ima yang sedari tadi hanya menyimak.
" Belum bu Ima, sebentar lagi kalau saya sudah selesai makan, saya akan membawakan dia makan siang ". Sahutnya.
Mereka pun mengangguk paham. Setelah percakapan singkat itu, kelima wanita parubaya itu kembali fokus menikmati makan siangnya.
" Bu Nadia, biarkan saya yang mencuci piring bekas ibu. Lebih baik bu Nadia kasih makan siangnya dulu pada Adinda ". Seru bu Romlah.
" Tidak apa - apa bu, mencuci piring tidak lama kok, biar saya mencuci piring saya sendiri saja ". Sahut bu Nadia.
" Aduh bu Nadia, lebih baik ibu antarkan saja dulu makan siangnya untuk Adinda. Kasihan anak itu pasti sudah lapar ". Sahut bu Ima dan langsung menyaut piring bekas bu Nadia.
" Terima kasih ibu - ibu, sudah mau peduli pada keponakan saya ". Ucapnya.
" Tentu saja bu Nadia, kami peduli pada Adinda. anak itu adalah anak yang baik, kami sudah menganggap nya seperti anak kami sendiri ".
Terharu itulah yang dirasakan oleh bu Nadia.
Makanan yang akan diberikan pada Adinda pun telah siap. Bu Nadia terus melangkah menuju kamar pribadi keponakannya itu. Dengan memegang sebuah nampan yang berisikan nasi lengkap dengan lauk dan pauk nya.
Ya, di kediaman Alexander, semua pelayan memang memiliki kamar masing - masing yang tidak terlalu besar, namun kamar - kamar tersebut sangatlah layak untuk di jadikan tempat istirahat bagi seorang pelayan.
Hal itu sengaja Al lakukan sebagai majikan, karena Al tetap ingin para pelayannya tetap merasa nyaman saat bekerja padanya.
Tok..... tok..... tok.....
Ceklek.....
" Adinda, bibi membawakan makan siang nak,..... loh kemana anak itu?.
Suara gemericik air terdengar samar - samar di balik sebuah pintu berwarna coklat yang ada di kamar Adinda.
" Rupanya anak itu di kamar mandi ". Lanjut bu Nadia, dengan meletakkan makanan yang dibawanya di atas meja yang tidak terlalu jauh dari kasur Adinda.
Hingga sekitar lima menit lamanya barulah muncul sosok Adinda dari kamar mandi itu.
Diperhatikan nya langkah keponakannya itu. Sepertinya ada yang aneh. Kenapa langkah Adinda sedikit di seret - seret dan terkesan mengambang. Apakah selain demam keponakannya itu juga sakit kaki?.
" Adinda ". Panggil bu Nadia.
Terkejut..... " Eh, bibi, iya bi ". Sahut Adinda terkejut.
" Ayo kamu makan siang dulu nak, pasti kamu sudah lapar kan? ". Tanyanya memastikan.
" Maaf bi, Adinda tidak dengar bibi masuk ". Sahut nya.
" Tidak apa - apa, ayo kemari makan dulu makananmu! ". Perintahnya lembut.
" Adinda, ada apa dengan kakimu nak?, bibi lihat langkahmu sedikit di seret - seret, apa kamu sakit kaki nak? ". Tanya bu Nadia saat Adinda sudah duduk di atas kasurnya.
Deg.....
" Ti, tidak bi, mungkin karena Adinda, masih belum fit, jadinya seperti ini jalannya ". Sahut nya dengan setenang mungkin.
" Ya sudah kalau begitu, habis makan kamu istirahat ya nak, biar tubuhmu cepat pulih ". Seru bu Nadia dengan mengelus bahu keponakannya itu.
" Iya bi ". Sahutnya.
*****
Rumah mewah, lengkap dengan banyaknya hiasan - hiasan indah di setiap dindingnya. Ditambah lagi dengan suasana rumah yang begitu nyaman dan sejuk, ternyata tidak selamanya bisa memberikan kenyamanan bagi pemiliknya.
Bagaimana tidak, sebuah pengakuan dari satu - satunya penerus keluarga Georgino, telah berhasil memporak - porandakan hati sepasang suami istri yang sudah hampir tiga puluh tahun hidup bersama.
" Apa katamu Al, kamu menodai seorang gadis? ". Seru Enriko tak percaya pada putranya.
" Bagaimana bisa nak hiks..... bagaimana bisa kamu melakukan perbuatan keji itu pada pelayanmu sendiri hiks..... ". Seru Devina pada putra semata wayangnya itu.
Ya, Enriko Gerald Georgino dan Devina Putri Georgino, adalah sepasang orang tua yang sangat menyayangi putra semata wayangnya Alexander Gerald Georgino. Namun pengakuan putranya itu benar - benar telah memberi luka dan kekecewaan yang teramat mendalam. Devina sebagai mama Al, merasa sangat kecewa pada dirinya sendiri karena telah gagal mendidik putranya.
" Ma, pa, tolong maafkan Al. Itu semua terjadi di luar keinginan Al ". Sahut Al mencoba menjelaskan.
" Di luar keinginan bagaimana maksudmu Al. Jangan kamu mengada - ngada membuat alasan yang tidak masuk akal. Papa tahu, bagaimana tabiat seorang laki - laki normal ". Bantah Enriko.
" Pa, percayalah pa, bukan keinginan Al untuk melakukan semua itu. Seseorang sudah mencampur obat perangsang di minuman Al pa, dan itu dosisnya sangat tinggi. Al pulang dari acara itu, karena Al tidak ingin sesuatu yang di luar kendali terjadi di sana. Saat Al sampai di rumah, rumah sudah dalam keadaan gelap, dan kepala Al juga pusing saat itu. Dan..... dan seseorang datang waktu itu ingin menolong Al, tapi Al sudah menolaknya dengan sangat keras, karena Al tidak ingin lepas kendali pa, tetapi apa, dia tetap ingin menolong Al, hingga Al tidak bisa mengendalikan diri Al lagi, dan akhirnya..... terjadilah hal itu ".
Kini air mata Devina sang mama, semakin meluncur deras, ia merasa bersalah karena sudah salah menilai putranya.
Seharusnya ia percaya, bahwa putranya tidak mungkin begitu dengan tega dan sengaja melakukan perbuatan se keji itu pada seorang wanita.
Begitu pun dengan Enriko, setelah mendengar penjelasan dari putranya, tidak semua yang terjadi adalah murni kesalahannya. Bahkan disini putranya adalah korban.
Melihat kesedihan dan tangisan sang mama benar - benar telah menyayat hati Al. Ia benar - benar tidak sanggup jika membuat mama kandungnya itu bersedih apalagi sampai mengeluarkan air mata.
Dirangkul nya tubuh sang mama untuk ia masukkan dalam dekapannya.
" Ma, maafkan Al ma, tolong mama jangan menangis seperti ini, Al tidak sanggup melihatnya ". Serunya.
" Seharusnya mama yang minta maaf nak, karena sudah menilai mu dengan buruk " Sahutnya.
Enriko yang tidak sanggup melihat kesedihan istrinya pun, ingin memastikan bagaimana tindakan putranya.
" Setelah semua ini terjadi, apa yang ingin kamu lakukan Al ". Tanya Enriko ingin memastikan.
Al membuang nafasnya dengan kasar.
" Al akan menikahi nya ". Sahutnya.
" Apa kamu sudah yakin nak? ". Tanya Devina.
" Al yakin, dan ini sudah menjadi keputusan Al ". Sahut Al yakin.
Bersambung.....
🌹🌹🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Linda Darijati
mudah mudahan tdk jadi nikah sama sintia
2024-10-21
1
Wiwi
aduh thor jgn sampai nikah sama si sintia tuh si alexander
2024-03-10
0
epifania rendo
sintia benar2
2023-12-04
0