Pengakuan Palsu Sintia

Selamat Membaca

🌹🌹🌹🌹🌹

" Siapapun kamu, tolong maafkan aku, bukan maksudku untuk melakukan perbuatan keji itu dan membuat hidupmu hancur, tolong maafkan aku ". Seru Al penuh rasa bersalah dengan menggenggam erat kalung Adinda.

*****

Suasana pagi menjelang siang tidak menyurutkan semangat para pelayan di kediaman Alexander untuk melakukan tugasnya dengan baik.

Namun dibalik semangat mereka, ada sesuatu yang membuat hati mereka menjadi harap - harap cemas. Bagaimana tidak, akibat dari kelalaian merekalah kediaman seorang Alexander menjadi gelap gulita bak kuburan.

Sebenarnya tidak begitu banyak jumlah pelayan di rumah Al, hal itu memang sengaja dia lakukan karena dirinya tidak terlalu suka jika banyak orang di kediaman pribadinya.

Para pelayan pria yang hanya berjumlahkan lima orang itu, kini tengah dalam posisi siap menghadap sang tuan. Mereka sudah mengetahui apa yang menjadi penyebab mereka dikumpulkan, pasti itu karena kelalaian mereka.

" Aku minta semua hasil rekaman CCTV semalam " . Perintah Al pada para pelayan yang sudah berdiri tegak di ruangan itu.

Mereka semua ketakutan bahkan lebih takut dari sebelumnya. Bagaimana tidak, mereka mengira jika tuannya itu sengaja mengumpulkan mereka karena akan membahas tentang masalah sistem penerangan di rumahnya tetapi yang ditanya malah hasil rekaman CCTV.

" Ma maafkan kami tuan ". Jawab salah satu dari mereka dengan rasa takut.

" Kenapa meminta maaf?, aku tidak butuh maaf kalian yang aku butuhkan sekarang cepat ambil hasil rekaman CCTV nya ". Perintah Al dengan tatapan yang kini sudah menajam.

" Tu tuan, C CCTV di kediaman anda ba banyak mengalami kerusakan tuan ". Jawab pelayan itu dengan rasa takutnya.

" Apa?, rusak?, bagaimana bisa hah? ". Bentak Al marah.

" Ma maafkan kami tuan, kami baru mengetahuinya pagi tadi ". Jawab yang lain dari mereka.

" Apa?, tadi pagi kalian bilang?, bagaimana bisa CCTV mengalami kerusakan dan kalian baru mengetahuinya tadi pagi?, kenapa kalian begitu teledor seperti ini? ". Tanya Al yang sudah sangat frustasi.

Kelima pelayan pria itu hanya bisa menunduk dengan rasa bersalah.

Ya, Al sebenarnya bukanlah tipe majikan yang suka memaki - maki pelayannya, tetapi karena insiden semalam dimana dia sudah meniduri seorang gadis yang ia tidak ketahui itulah yang menjadi penyebab dirinya sangat marah. Karena hanya bukti dari rekaman CCTV itulah dirinya dapat mengetahui dengan pasti siapa sebenarnya gadis yang sudah ia renggut secara paksa kesuciannya.

Sesaat setelah dirinya marah, Al tersadar dari luapan emosinya. Ia tersadar jika marah - marah bukanlah cara yang benar untuk menyelesaikan masalah.

Al membuang nafas nya dengan kasar dan berusaha menenangkan dirinya.

" Ivan ". Seru Al yang sudah mulai tenang.

" Iya tuan " Jawab Ivan.

" Apakah bukti rekaman CCTV semalam benar - benar tidak ada yang bisa dilihat hasilnya? ". Tanya Al lagi.

" Tidak ada tuan, setelah kami periksa ternyata CCTV banyak mengalami kerusakan sekitar satu minggu ini tuan, dan bagian utama yang banyak mengalami kerusakan adalah bagian DVR CCTV nya tuan, sehingga dari sekitar satu minggu ini banyak bukti rekaman yang tidak dapat dilihat. Mohon maafkan atas keteledoran kami tuan ". Jawab Ivan panjang lebar dengan rasa bersalah.

Al mengusap wajahnya dengan kasar. Ia merasa frustasi saat ini. Satu - satunya bukti yang paling kuat untuk mencari tahu kebenaran tentang insiden semalam sudah tidak bisa diharapkan lagi. Dan kali ini hanya tersisa satu bukti saja yaitu kalung gadis itu.

Di sudut ruangan lain Sintia yang sedang berpura - pura membersihkan berbagai perabot rumah sedang menguping pembicaraan Al dengan para pelayan prianya. Ia merasa sangat senang setelah mendengarnya.

Wanita berusia dua puluh tiga tahun itu yang juga berprofesi sebagai ART di rumah Al, memiliki sebuah ide baru yang sepertinya dapat menguntungkannya. Dan inilah saatnya keuntungan itu ia dapatkan.

Di lain tempat, Adinda masih dalam rasa kehancurannya. Ia sama sekali tidak mau bercerita tentang apa yang dialaminya pada bu Nadia bibi kandungnya.

Adinda terlalu takut untuk menceritakan semua kejadian buruk yang telah dialaminya semalam, apalagi hal itu berkaitan dengan majikannya.

Di kamar pembantu yang tidak terlalu luas namun masih sangat layak untuk ditempati itu telah menjadi saksi bisu keterpurukan Adinda. Rasa takut masih begitu mendera jiwanya saat ini. Hingga tanpa Adinda sadari ada kehadiran Sintia di dekatnya.

" Adinda ". Panggil Sintia.

" Iya kak ". Jawab Adinda terkejut.

" Kamu dari tadi pagi tidak keluar membiarkan aku sama ibu kerja, enak sekali kamu ". Ketus Sintia.

" Ma maaf kak ". Sahut Adinda.

" Maaf, maaf, kamu itu di ajak ke kota untuk bekerja bukan untuk bermalas malasan seperti ini ". Ucap Sintia lagi.

" Maaf kak, Adinda sedang kurang enak badan ". Jawab Adinda apa adanya.

Ya, akibat kejadian semalam tubuh Adinda menjadi sakit - sakit dan menyebabkannya kurang bertenaga untuk beraktivitas.

Sintia menyeringai, sekarang saatnya lah dirinya memulai semua rencananya.

" Adinda, aku tahu kenapa kamu bisa sakit seperti ini ". Ucap Siska dengan tatapan yang tidak biasa.

Adinda terkesiap, seketika itu tubuhnya menjadi menegang. Apa maksud dari saudara sepupunya itu, kalau dia tahu penyebab dirinya sakit.

" Apa maksud kak Sintia? ". Tanya Adinda yang merasa cemas, dan langsung terjaga dari posisi berbaringnya.

" Adinda, Adinda, iya, aku sudah tahu kejadian semalam antara kamu dengan tuan Al ". Ucap Sintia lirih namun begitu mencekam bagi Adinda.

Deg.......

Bak disambar petir di tengah cerahnya mentari. Adinda terkejut membelalakkan kedua bola matanya. Deru nafas dan detak jantungnya pun terasa terhenti saat itu juga.

" Kenapa Adinda?, yang aku katakan benar bukan, antara kamu dan tuan Al telah terjadi sesuatu semalam ". Ucap Sintia lagi dengan mendekatkan dirinya pada Adinda yang sedang duduk di kasurnya.

" Kak, da dari mana kak Sintia bisa tahu? ". Tanya Adinda dengan suara yang bergetar dan kedua matanya yang mulai berkaca - kaca.

" Ya, aku sudah tahu semuanya bahkan aku sudah mendengar semuanya ". Ucapnya lagi dengan tersenyum puas.

Air mata yang sedari tadi menggenang akhirnya jatuh juga. Rasa sedih, marah, kecewa, begitu mendera hati Adinda. Bagaimana tidak saudara sepupunya sendiri mengetahui jika dirinya telah di lecehkan oleh majikan nya sendiri tetapi ia malah diam dan tidak menolongnya.

" Kak hiks..... ka lau kak Sintia tahu hiks..... kenapa kakak tidak mencoba hiks..... untuk menolong Adinda kak hiks..... ". Tanya Adinda kecewa dengan beruraikan air mata.

" Apa?, menolong?, bukannya itu bagus, itu artinya kamu dapat kesempatan bermalam dengan tuan Al. Apa kamu tahu, di luar sana banyak wanita yang begitu tergila - gila dengan tuan Al, bahkan mereka sangat ingin untuk bisa bermalam dengan tuan Al, jadi kamu itu beruntung Adinda bisa dapat kesempatan bermalam dengan tuan Al ". Ucap Sintia tanpa memperdulikan kesedihan Adinda.

" Kak hiks..... Adinda tidak ingin hal itu kak hiks..... ".

" Aduh aduh Adinda sudah ya tidak usah menangis, anggap saja antara kamu dengan tuan Al tidak pernah terjadi apa - apa. Dan perlu kamu tahu Adinda, sebenarnya ada hal yang lebih penting dari tangisanmu ini yang perlu aku beri tahu padamu ". Bentak Sintia dengan memelototkan kedua matanya.

" Dengarkan ini baik - baik Adinda, jangan pernah kamu katakan pada semua orang kalau kamu sudah di nodai oleh tuan Al ". Ancam Sintia.

" Apa maksud hiks..... kak Sintia bicara seperti itu ". Tanya Adinda dengan tatapan nanarnya.

" Dengarkan ini baik - baik ya Adinda, kamu masih ingin bekerja disini bukan, kalau kamu masih ingin tetap bekerja disini maka jangan pernah mengatakan pada siapapun kalau kamu sudah di lecehkan oleh tuan Al. Kamu tahu kan Kelvin, pacarku di desa?, kamu ingat dengan ayahmu di desa? ". Tanya Sintia dengan senyum terselubung nya.

" Apa maksud kak Sintia, kenapa kakak menanyakan ayah Adinda dan pacar kakak? ". Tanya Adinda yang merasa bingung dengan air matanya yang sudah mulai surut.

" Dengar ya Adinda yang oon, kalau kamu ingin ayah kamu ingin baik - baik saja maka jangan pernah mengatakan pada siapapun tentang masalah kamu ini, karena kalau tidak, maka pacarku itu si Kelvin akan membuat ayahmu tidur untuk selama - lamanya ". Ancam Sintia dengan tatapan tajamnya.

Deg.......

Bak di hantam batu besar. Seketika itu tubuh Adinda mematung. Deru nafasnya terasa terhenti saat itu juga. Adinda terkejut bukan main. Bagaimana bisa saudara sepupunya itu mengatakan hal yang begitu sangat keji, bahkan mengancamnya.

" Mak maksud kak Sintia, kakak ingin mencelakai ayahku? ". Tanya Adinda dengan rasa tak percayanya.

" Kalau itu sih tergantung dirimu Adinda, kalau kamu mau mengikuti semua perintah ku, maka akan aku pastikan hidup ayahmu akan tetap aman ". Ucap Sintia santai.

" Kak, bagaimana bisa kak Sintia tega melakukan ini pada Adinda kak? ". Tanya Adinda lagi dengan suara yang sudah bergetar.

" Kenapa hem, kamu heran, asal kamu tahu Adinda, aku itu sangat muak denganmu, aku sangat membencimu karena apa, karena kakek dan ayah aku selalu saja membanding - bandingkan aku dengan kamu ". Seru Sintia yang merasa kesal dengan Adinda.

Hancur, sedih, tidak menyangka, itulah yang dirasakan oleh Adinda saat ini. Saudara yang selama ini ia anggap sebagai peri penolongnya ternyata itu hanyalah tipu muslihat nya saja untuk memperalat dirinya.

Jadi selama ini sikap baiknya adalah karena dia ingin memanfaatkan dirinya saja.

" Jadi sekarang kamu sudah tahu aku bukan, jadi mulai sekarang ikuti semua perintahku ". Perintah Sintia.

Setelah ancaman Sintia pada Adinda, tidak berselang lama dari itu bu Nadia datang menghampiri Sintia dan Adinda.

" Ya Allah, Sintia ternyata kamu ada disini, ibu cari - cari kamu ternyata kamu ada di kamar Adinda ". Seru bu Nadia yang sedang mencari anaknya.

" Ada apa sih ibu, kenapa ibu jadi tergesa - gesa seperti ini? ". Tanya Sintia pada ibunya.

" Ayo, sekarang kita semua di suruh kumpul di ruang utama dengan tuan Al. Eh maksud ibu semua pelayan perempuan di suruh berkumpul di ruang utama oleh tuan Al ". Ucap bu Nadia memperjelas.

Adinda yang mendengar penuturan bibinya pun menjadi takut. Pasti tuan Al nya itu ingin mencari tahu wanita semalam.

" Adinda, nak, apa kondisimu sudah membaik? ". Tanya bu Nadia lembut.

" Sepertinya belum bu ". Sahutnya.

" Tapi nak, kita semua di suruh berkumpul oleh tuan Al. Jadi kamu mau ya, biar nanti ibu yang bantu kamu, kalau kamu merasa lemas ". Ucap bu Nadia dengan mengelus kepala Adinda yang tertutup hijab itu.

Bingung, takut, itulah yang dirasakan oleh Adinda saat ini. Ia masih belum siap jika harus bertemu dengan tuan Al, rasa trauma masih melekat kuat di hatinya.

" Adinda, mau ya nak? ".

" Ba baik bu ". Sahutnya pada akhirnya.

*****

Deretan pelayan wanita di ruang utama Alexander kini sudah berjejer rapi. Dalam benak mereka bertanya - tanya, mengapa sang tuan rumah menyuruh untuk berkumpul. Namun hal itu dirasakan berbeda oleh oleh Adinda.

Gadis itu kali ini sudah pucat pasi. Keringat dingin sudah hampir memenuhi bagian tubuhnya. Trauma, itulah yang dirasakan oleh Adinda. Menunduk dan menunduk itulah yang bisa dilakukannya saat ini. Dirinya masih terlalu takut untuk menatap tuannya.

" Pasti kalian semua bertanya - tanya kenapa kalian semua di suruh berkumpul ". Seru Al.

" Baiklah, aku akan langsung bicara pada intinya. Ingat, kalian harus menjawab dengan jujur, karena kalau sampai kalian berbohong, akan aku pastikan kalian akan mendapatkan hukuman yang tidak akan pernah kalian bayangkan ". Ucap Al dengan tatapan tajamnya.

Merasa takut, itulah yang dirasakan oleh hampir semua pelayan wanita di rumah itu. Pasalnya tidak biasanya tuannya seperti ini. Pasti ini adalah hal yang sangat penting, sehingga tuannya hanya menginginkan kejujuran mereka.

" Apa kalian paham ".

" Paham tuan ". Jawab mereka bersamaan.

" Siapa pemilik kalung ini? ". Tanya Al pada akhirnya dengan menunjukkan kalung putih yang cantik.

Para pelayan wanita menatap memperhatikan kalung itu. Namun mereka menjadi bertanya - tanya, karena mereka sama sekali tidak mengenali kalung yang di tunjukkan oleh tuan Al.

Terkecuali Adinda. Dia sudah tahu kalung itu, karena dialah pemiliknya. Namun Adinda tetap diam tak bergeming. Ia masih teringat akan perkataan Sintia. Tentu saja Adinda tidak akan mengakuinya, karena kalau sampai dirinya mengaku, maka tuan Al nya akan mengetahui kebenarannya, dan hal itu pasti akan berimbas pada keselamatan ayahnya.

" Kenapa kalian hanya diam, cepat mengaku padaku siapa pemilik kalung ini?, kalau tidak aku akan menghukum kalian semua ". Ancam Al dengan tatapan menghunus nya.

Masih belum ada jawaban.

" Masih belum ada yang mau mengaku? ". Tanya Al lagi dengan tatapan tajamnya.

" Sa saya tuan ". Ucap salah satu dari mereka. Ya dia. Tidak lain dan tidak bukan adalah Sintia.

Semua pasang mata di ruangan itu mengarah pada Sintia. Begitupun dengan Adinda.

Deg..... " Apa kak Sintia mengaku itu adalah kalungnya, apa maksud semua ini kak, kenapa kakak berbohong, bukankah itu adalah kalungku ". Batin Adinda.

Seketika itu tatapan Al menjadi sendu, rasa bersalah begitu menyeruak dari dalam hatinya.

Dengan kondisi yang sengaja di buat sedih. Sintia menunduk seolah seperti orang yang sedang ketakutan melihat musuhnya. Dan hal itu berhasil membuat Al semakin merasa bersalah.

Namun di balik pengakuan Sintia, ada yang menjadi tanda tanya besar di benak bu Nadia saat ini.

Mengapa putrinya mengakui kalung yang di tunjuk oleh tuan Al. Padahal setahunya putrinya itu tidak memiliki kalung seperti itu. Apa mungkin putrinya itu mendapatkan dari orang lain, dan ia tidak mengetahuinya.

Al memandang Sintia. Dilangkahkannya kaki yang jenjang nan kokoh itu untuk mendekat ke arahnya. Hingga kini Al telah berdiri tepat di hadapan Sintia. Namun yang di pandangnya masih tetap menunduk.

" Kamu Sintia kan? ". Tanya Al lembut.

" I, iya tuan ". Jawabnya dengan pura - pura gugup.

" Bolehkah aku berbicara berdua denganmu? ". Tanya Al lagi.

Bukan tanpa sebab Al ingin mengajak berbicara berdua, setelah ketidak beradaan gadis yang sudah ia nodai semalam. Pasti gadis itu mencoba menutupi kejadian buruk yang telah dialaminya.

Sintia tidak menjawab pertanyaan Al. Seolah seperti layaknya seorang anak yang masih polos. Sintia berhasil mengelabuhi Al.

Al yang melihat kebisuan Sintia bisa memahami, jika gadis di depannya ini sedang berusaha meminta persetujuan dari ibunya.

" Bu Nadia, saya ingin berbicara empat mata dengan putri anda Sintia, apakah ibu memperbolehkan? ". Tanya Al dengan sopan.

" Boleh tuan, tentu boleh ". Jawab bu Nadia.

Rasa tak percaya begitu menggelayuti hati Adinda saat ini. Ia sangat tidak menyangka jika saudara sepupu nya sendiri telah mengelabuhi semua orang. Dan yang paling membuatnya sedih adalah dia yang masih bersaudara dengannya telah memanfaatkan kemalangan nya untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.

" Jadi inikah alasan kenapa kakak berbohong di depan tuan Al, karena kak Sintia ingin bersamanya, kenapa kakak begitu tega padaku, sebegitu bencinya kah kak Sintia padaku? ". Batin Adinda menangis.

*****

Di sebuah ruangan mewah yang merupakan favorit yang Al sukai setelah ruang kantor, kini telah ada dua anak manusia yang sedang duduk tenang.

" Sintia ". Panggil Al setelah cukup lama hening.

" Iya tuan ". Jawab Sintia dengan menunduk.

" Sintia, pasti kamu sudah tahu kenapa aku ingin bicara berdua denganmu? ". Ucap Al dengan menatap Sintia.

Dan Sintia menjawabnya dengan sebuah anggukan.

" Sintia, sebelumnya aku ingin meminta maaf padamu, karena aku sudah melakukan perbuatan keji itu..... ".

Belum sempat Al menyelesaikan kalimatnya Sintia sudah menangis.

" Hiks..... hiks..... hiks..... ". Suara tangisan Sintia.

Al yang menyaksikan itupun tidak bisa membendung rasa bersalahnya lagi. Pria berbola mata biru ke abu - abuan itu langsung mendekat ingin menenangkan Sintia.

" Sintia, tolong maafkan aku Sintia, bukan maksudku untuk melakukan perbuatan keji itu, itu semua terjadi di luar kendaliku Sintia ". Seru Al dengan penuh rasa bersalah.

" Tuan hiks..... saya sudah hancur tuan hiks..... hidup saya hiks..... semuanya hiks..... dan pasti setelah ini hiks..... tidak ada lagi hiks..... laki - laki hiks..... yang mau dengan saya tuan hiks hiks..... ". Seru Sintia tersedu - sedu dengan air mata kebohongannya.

Merasa bersalah dan bersalah itulah yang dirasakan Al. Ia tidak tahu harus bersikap bagaimana di depan Sintia saat ini.

" Tuan hiks..... saya sudah memohon - mohon agar tuan mau melepaskan saya hiks..... tetapi apa, tuan dengan tanpa rasa iba hiks..... tuan memaksakan kehendak tuan hiks..... dan merenggut paksa kesucian saya hiks hiks..... ". Seru Sintia dengan tangis yang begitu memilukan. Dan hal itu telah berhasil memporak - porandakan hati seorang Alexander.

Perkataan Sintia benar - benar telah menyayat hati Al. Betapa kejinya perbuatan dirinya itu.

" Dan tidak ada lagi laki - laki yang mau menerima saya tuan hiks hiks..... ". Seru Sintia lagi.

Al terdiam.

Ditatap nya wajah lusuh Sintia. Al membuang nafasnya dengan kasar. Diayunkannya kedua tangannya itu untuk menyentuh kedua bahu Sintia dengan lembut.

" Kata siapa tidak ada laki - laki yang mau menerima mu?, masih ada laki - laki yang mau menerima mu Sintia. Aku akan bertanggung jawab padamu Sintia ".......

Bersambung.............

🌹🌹🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

Kalsum

Kalsum

mas percaya si...

2024-03-10

0

epifania rendo

epifania rendo

bodoh bangat al

2023-12-04

0

Praised94

Praised94

terima kasih

2023-11-08

2

lihat semua
Episodes
1 Ternodai
2 Pengakuan Palsu Sintia
3 Keputusan Al
4 Rasa Yang Aneh
5 Meminta Restu
6 Hari Pernikahan
7 Mual - mual
8 Pingsan Di Tengah Resepsi
9 Adinda Hamil
10 Ingin Memastikan
11 Ingin Kembali Ke Desa
12 Mengantar Pulang
13 Bertemu Ayah
14 Dibalik Kalung
15 Kepergian Adinda
16 Pertemuan Tak Terduga
17 Mencoba Menerima
18 Mendekati Hari Kelahiran
19 Sintia Melahirkan
20 Hilangnya Si Bayi
21 Kebenaran Akan Kalung
22 Kemarahan Tuan Herdi
23 Mencari Adinda
24 Surat Perceraian
25 Menemukan Adinda
26 Kelahiran Si Kembar
27 Permohonan Maaf Al
28 Pulang Ke Rumah
29 Rencana Pernikahan
30 Cerita Dari ART
31 Bertemu Paman Herdi
32 Ikatan Suci
33 Sah
34 Trauma
35 Kamu Akan Mencintaiku
36 Pengakuan Adinda
37 Melanjutkan
38 Berusaha Lebih Sabar
39 Rencana Bulan Madu
40 Menuju Inggris
41 Keinginan Suami
42 Aku Mencintaimu
43 Perubahan Vita
44 Merindukan Anak - anak
45 Aku Akan Kembali
46 Bertemu Aganta Dan Damian
47 Memaafkan
48 Ketidaksengajaan Andrew
49 Tentang Tunangan Al
50 Adinda Mencintaimu Mas
51 Tak Rela
52 Tentang Hari Ini
53 Andrew Melamar Vita
54 Bertemu Bi Nadia
55 Niat Jahat?
56 Kejahilan Si Kembar
57 Kemarahan Al
58 Diasingkan
59 Kembali Ke Rumah 2
60 Rencana Punya Debay
61 Kabar Pernikahan
62 Tidak Akan Meninggalkan
63 Menanam Keraguan
64 Akad Nikah Andrew & Vita
65 Secara Perlahan
66 Malam Pertama Andrew Dan Vita
67 Ingin Main Ke Rumah Ayah
68 Panggilan Tak Bersuara
69 Dibuat Pusing
70 Tidak Sabar
71 Masih Penasaran
72 Meminta Rekaman CCTV
73 Mau Baju Princess
74 Kenapa Mas Meninggalkanku?
75 Hanya Kamu Wanitaku
76 Ikut Bahagia
77 Bukti Rekaman CCTV
78 Mall
79 Merasakan Kontraksi
80 Andri Putra Choi
81 Mian Inin Adik Bayi Myh
82 Membuat Adik Bayi
83 Ingin Tahu Walik
84 Hamil Adik Bayi
85 Bereskan Semuanya
86 Tidak Seperti Biasanya
87 Boleh Bertemu
88 Perhatian
89 Mobil Sport Mainan Remote Control
90 Mainan Membawa Petaka
91 Bermurah Hati
92 Permintaan Kenzie
93 Obrolan Tiga Bocil
94 Wanita Murahan Pembawa Anak Haram
95 Istri Dan Anak - anakku
96 Rencana Resepsi Pernikahan
97 Al Dan Tuan David
98 Kedatangan Diandra
99 Rendi Dan Diandra
100 Mian Dak Lewel
101 Pelan - pelan Ya Mas
102 Cinderamata
103 Tuan Muda Tampan
104 Sepenggal Kisah
105 Sepenggal Kisah 2
106 Baju Pengantin
107 Berenang Bersama
108 Akhirnya Bertemu Denganmu
109 Kenyataannya
110 Cintaku Hanya Untuk Adinda
111 Makan Kue Bersama
112 Baju Baby Girl
113 Melindungi Diandra
114 Adik Bayina Dak Delak - delak
115 Foto Bersama
116 Mian Yan Palin Tampan
117 Ungkapan Perasaan Rendi
118 Jadi Ini Istri Al
119 Berusaha Melupakan
120 Kiss Mark
121 Mencoba Gaun Pengantin
122 Persiapan Malam Resepsi Pernikahan
123 Teunapa Dak Ulan Taun
124 Bertemu Kakek Nenek
125 Adinda Mengerti Mas
126 Malam Resepsi Pernikahan
127 Kabar Mengejutkan
128 Mengalami Kendala
129 Kenyataan Yang Terungkap
130 Batas Toleransi Sang Paman
131 Permintaan Devina
132 Hukuman Dari Mama
133 Peringatan Keras Dari Herdi
134 Ingin Menebus Kesalahan
135 Makan Puding Bersama
136 Pemutusan Kontrak Kerja
137 Tempat Tidur Baby Girl
138 Bangun Mas Perutku Sakiiit
139 Alexa Gerald Georgino
140 Baby Alexa
141 Alexa ( Alexander )
142 Tak Menyukai Sintia
143 Mandikan Adik Alexa
144 Mian Duda Minum ACI?
145 Menambah Anak Lagi
146 Alexa Demam
147 Nona Muda Kecil Masuk Angin
148 Ma Ma Ma
149 Empat Tahun
150 Nyonya Adinda Mengandung ( Finish )
151 Kembar Lagi ( Bonus )
152 Ulang Tahun Alexa ( Bonus )
153 Takut Dioperasi ( Bonus )
154 Ingin Makan Bakso ( Bonus )
155 Gerobak Bakso ( Bonus )
156 Terlalu Doyan ( Bonus )
157 Karena Kamu ( Benar - benar Finish )
158 Pengumuman Novel Baru
159 Malam Kehancuran (21+)
160 Pengumuman ( Menjadi Pembantu Ayah Dari Anakku
Episodes

Updated 160 Episodes

1
Ternodai
2
Pengakuan Palsu Sintia
3
Keputusan Al
4
Rasa Yang Aneh
5
Meminta Restu
6
Hari Pernikahan
7
Mual - mual
8
Pingsan Di Tengah Resepsi
9
Adinda Hamil
10
Ingin Memastikan
11
Ingin Kembali Ke Desa
12
Mengantar Pulang
13
Bertemu Ayah
14
Dibalik Kalung
15
Kepergian Adinda
16
Pertemuan Tak Terduga
17
Mencoba Menerima
18
Mendekati Hari Kelahiran
19
Sintia Melahirkan
20
Hilangnya Si Bayi
21
Kebenaran Akan Kalung
22
Kemarahan Tuan Herdi
23
Mencari Adinda
24
Surat Perceraian
25
Menemukan Adinda
26
Kelahiran Si Kembar
27
Permohonan Maaf Al
28
Pulang Ke Rumah
29
Rencana Pernikahan
30
Cerita Dari ART
31
Bertemu Paman Herdi
32
Ikatan Suci
33
Sah
34
Trauma
35
Kamu Akan Mencintaiku
36
Pengakuan Adinda
37
Melanjutkan
38
Berusaha Lebih Sabar
39
Rencana Bulan Madu
40
Menuju Inggris
41
Keinginan Suami
42
Aku Mencintaimu
43
Perubahan Vita
44
Merindukan Anak - anak
45
Aku Akan Kembali
46
Bertemu Aganta Dan Damian
47
Memaafkan
48
Ketidaksengajaan Andrew
49
Tentang Tunangan Al
50
Adinda Mencintaimu Mas
51
Tak Rela
52
Tentang Hari Ini
53
Andrew Melamar Vita
54
Bertemu Bi Nadia
55
Niat Jahat?
56
Kejahilan Si Kembar
57
Kemarahan Al
58
Diasingkan
59
Kembali Ke Rumah 2
60
Rencana Punya Debay
61
Kabar Pernikahan
62
Tidak Akan Meninggalkan
63
Menanam Keraguan
64
Akad Nikah Andrew & Vita
65
Secara Perlahan
66
Malam Pertama Andrew Dan Vita
67
Ingin Main Ke Rumah Ayah
68
Panggilan Tak Bersuara
69
Dibuat Pusing
70
Tidak Sabar
71
Masih Penasaran
72
Meminta Rekaman CCTV
73
Mau Baju Princess
74
Kenapa Mas Meninggalkanku?
75
Hanya Kamu Wanitaku
76
Ikut Bahagia
77
Bukti Rekaman CCTV
78
Mall
79
Merasakan Kontraksi
80
Andri Putra Choi
81
Mian Inin Adik Bayi Myh
82
Membuat Adik Bayi
83
Ingin Tahu Walik
84
Hamil Adik Bayi
85
Bereskan Semuanya
86
Tidak Seperti Biasanya
87
Boleh Bertemu
88
Perhatian
89
Mobil Sport Mainan Remote Control
90
Mainan Membawa Petaka
91
Bermurah Hati
92
Permintaan Kenzie
93
Obrolan Tiga Bocil
94
Wanita Murahan Pembawa Anak Haram
95
Istri Dan Anak - anakku
96
Rencana Resepsi Pernikahan
97
Al Dan Tuan David
98
Kedatangan Diandra
99
Rendi Dan Diandra
100
Mian Dak Lewel
101
Pelan - pelan Ya Mas
102
Cinderamata
103
Tuan Muda Tampan
104
Sepenggal Kisah
105
Sepenggal Kisah 2
106
Baju Pengantin
107
Berenang Bersama
108
Akhirnya Bertemu Denganmu
109
Kenyataannya
110
Cintaku Hanya Untuk Adinda
111
Makan Kue Bersama
112
Baju Baby Girl
113
Melindungi Diandra
114
Adik Bayina Dak Delak - delak
115
Foto Bersama
116
Mian Yan Palin Tampan
117
Ungkapan Perasaan Rendi
118
Jadi Ini Istri Al
119
Berusaha Melupakan
120
Kiss Mark
121
Mencoba Gaun Pengantin
122
Persiapan Malam Resepsi Pernikahan
123
Teunapa Dak Ulan Taun
124
Bertemu Kakek Nenek
125
Adinda Mengerti Mas
126
Malam Resepsi Pernikahan
127
Kabar Mengejutkan
128
Mengalami Kendala
129
Kenyataan Yang Terungkap
130
Batas Toleransi Sang Paman
131
Permintaan Devina
132
Hukuman Dari Mama
133
Peringatan Keras Dari Herdi
134
Ingin Menebus Kesalahan
135
Makan Puding Bersama
136
Pemutusan Kontrak Kerja
137
Tempat Tidur Baby Girl
138
Bangun Mas Perutku Sakiiit
139
Alexa Gerald Georgino
140
Baby Alexa
141
Alexa ( Alexander )
142
Tak Menyukai Sintia
143
Mandikan Adik Alexa
144
Mian Duda Minum ACI?
145
Menambah Anak Lagi
146
Alexa Demam
147
Nona Muda Kecil Masuk Angin
148
Ma Ma Ma
149
Empat Tahun
150
Nyonya Adinda Mengandung ( Finish )
151
Kembar Lagi ( Bonus )
152
Ulang Tahun Alexa ( Bonus )
153
Takut Dioperasi ( Bonus )
154
Ingin Makan Bakso ( Bonus )
155
Gerobak Bakso ( Bonus )
156
Terlalu Doyan ( Bonus )
157
Karena Kamu ( Benar - benar Finish )
158
Pengumuman Novel Baru
159
Malam Kehancuran (21+)
160
Pengumuman ( Menjadi Pembantu Ayah Dari Anakku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!