Mengantar Pulang

Selamat Membaca

🌹🌹🌹🌹🌹

" Sayang kamu kenapa mengancamku seperti itu sih, ancamanmu itu benar - benar membuatku takut, memangnya kamu tidak kasihan apa sama aku, aku ini sedang mengandung anakmu sayang ". Seru Sintia yang berusaha untuk menenangkan Kelvin.

Kelvin yang awalnya merasa sangat emosi itupun, akhirnya mulai sedikit mereda. Entah sihir apa yang dimiliki oleh Sintia, setiap kali Kelvin merasa marah padanya ia selalu bisa menaklukkan Kelvin.

" Maafkan aku sayang, bukan maksudku untuk bicara seperti itu ". Sahut Kelvin dengan nada suara yang tidak lagi tinggi seperti sebelumnya.

" Iya, aku memaafkanmu, aku minta maaf juga ". Sahut Sintia.

" Tapi ingat kamu harus terus mengabari aku sayang, kamu tahu kan kalau aku tidak bisa kalau tidak mendengar kabar dari kamu, apalagi sekarang kamu sedang mengandung anakku sayang ". Seru Kelvin.

" Iya aku janji, aku akan selalu mengabari kamu say... ".

Seketika itu ucapan Sintia langsung terhenti kala ia melihat sesosok orang yang berada pada pantulan cermin. Sosok yang ia tidak sadari keberadaannya.

Sintia menelan ludahnya dengan begitu kelatnya. Ia benar - benar tidak menyangka jika Al sudah berada tidak begitu jauh dari belakang tubuhnya.

Rasa takut dalam dirinya kini seolah menggila. Detak jantungnya pun berdetak tak karuan seolah ingin melompat dari tempatnya.

Sintia sangat merasa takut. Apakah Al mendengar semua obrolannya dengan Kelvin?, sungguh situasi ini benar - benar membuat Sintia seperti berada di pinggir tebing yang sangat curam.

" Sayang, kamu kenapa diam ". Tanya Kelvin.

" A, anu, i, iya Putri, aku akan lebih sering - sering mengabari kamu ". Sahutnya.

" Sayang kamu kenapa sih?, Putri?, siapa Putri? ". Tanya Kelvin yang masih merasa bingung.

Kelvin merasa bingung, mengapa kekasihnya itu menyebutnya dengan nama Putri, aneh.

" Iya Putri, aku janji, kalau kita ada waktu senggang untuk bisa bertemu, aku akan ijin pada suamiku kalau aku ingin bertemu denganmu ". Kilah Sintia.

Mendengar kata suami, akhirnya Kelvin pun baru mengerti sekarang jika saat ini Sintia sedang memainkan perannya karena ada Al di sana.

" Aku paham sayang, ya sudah aku tutup telfonnya dulu ". Sahut Kelvin.

" Iya Putri sampai jumpa lagi ya ". Sahut Sintia.

Panggilan telfon pun berakhir. Rasa cemas ini masih menggelayut di hati Sintia. Berbagai pertanyaan masih bermunculan di otaknya. Bagaimana jika Al mendengar semuanya?, Semenjak kapan Al masuk ke kamar ini?, jika Al memang mendengar tapi kenapa dia masih bersikap biasa saja dan tidak peduli.

Merasa khawatir jika Al mendengar semua percakapannya dengan Kelvin, Sintia pun mencoba untuk membuka suaranya.

Al saat ini seperti ingin mendekat ke arah laci, entah apa yang ingin dilakukan oleh pria blasteran itu.

" Mas, mas kapan ada di kamar ini? ". Tanya Sintia penasaran.

" Tidak lama ". Sahut Al singkat tanpa menatap Sintia.

" Tidak lama?, maksudnya mas baru saja masuk? ". Tanya Sintia lagi yang ingin memastikan.

" Iya ". Sahut Al.

Mendengar jawaban dari Al, seketika membuat hati Sintia merasa lega. Tubuh yang awalnya terasa menegang kini sudah kembali rileks.

Sintia memperhatikan Al yang sedang membuka laci. Terlihat jika Al sedang memegang sebuah kunci dan itu adalah kunci mobil.

" Mas, mas mau kemana? ". Tanya Sintia.

" Mengantar Adinda ". Sahutnya.

" Mengantar Adinda?, memangnya mas mau mengantar Adinda kemana?, kenapa harus mas yang mengantar, kan ada supir ". Cecar Sintia.

" Tidak bisa, aku ingin mengantar nya sendiri ". Sahut Al singkat, tanpa menoleh sama sekali pada Sintia, dan melaluinya begitu saja.

Sintia benar - benar merasa sangat kesal mengapas uaminya itu begitu sangat sulit untuk dipengaruhi bahkan hingga saat ini.

" Sial, kenapa Al masih tetap saja dingin padaku, bahkan meski aku hamil sekali pun dia sama sekali tak peduli. Tidak, ini tidak bisa dibiarkan, aku harus menggunakan cara lain agar Al mau melihatku, iya harus ". Gumam Sintia kesal.

Di lain tempat, tepatnya di salah satu kamar pelayan wanita, kini telah siap sebuah koper yang tidak terlalu besar yang di dalamnya berisi pakaian - pakaian dan juga beberapa perlengkapan dirinya.

Adinda kini sudah siap untuk pergi meninggalkan rumah mewah ini. Berat rasanya harus meninggalkan tempat yang sudah lima bulan ini ia tinggali.

Banyak hal bermakna yang ia dapatkan selama bekerja di rumah mewah ini. Keluarga yang baik, majikan yang baik, dan juga kejadian buruk yang ia dapatkan, lucu sekali bukan.

Bisa menjadi bagian penting di kediaman tuan Alexander, membuat hati Adinda merasa bahagia sekaligus juga merasa miris. Bagaimana tidak, bisa bekerja di rumah mewah ini dengan gaji yang besar adalah keinginan Adinda dari dulu agar dirinya bisa membantu sang ayah.

Tetapi karena bekerja di rumah ini pula, hidupnya menjadi hancur, bahkan mungkin dirinya akan menanggung aib yang Adinda sendiri tidak tahu harus bagaimana cara menghadapinya.

Tapi apapun itu, mungkin inilah takdir hidupnya. Yang Adinda inginkan saat ini adalah menyelamatkan ayahnya dan juga kedua anaknya yang masih belum lahir.

" Alhamdulillah, akhirnya siap juga ". Seru Adinda.

Gadis berhijab itupun akhirnya keluar dari kamarnya dengan sebuah koper yang ia bawa. Tak lupa sebuah tas slempang yang juga akan ia gunakan.

Adinda keluar dari ruang kamarnya, dan menutup pintu kamar itu yang akan ia tinggalkan untuk selama - lamanya itu. Disaat Adinda membalikkan tubuhnya, betapa terkejutnya ia saat menemukan sosok yang ternyata sudah berdiri kokoh tanpa ia sadari.

" Tu, tuan ". Serunya sedikit terkejut.

" Kamu sudah siap? ". Tanya Al.

" Iya tuan ". Sahutnya.

" Ayo, aku antar ". Seru Al.

" Mengantar?, tuan mau mengantar Adinda? ". Tanya Adinda yang merasa heran.

" Iya, aku akan mengantarmu pulang ". Sahut Al.

" Tuan, terima kasih karena tuan sudah bersedia ingin mengantar saya, tapi sepertinya saya akan naik angkutan umum saja tuan ". Sahut Adinda yang merasa tidak enak hati.

" Tidak, aku yang akan mengantarmu hingga sampai ke rumah ". Tolaknya.

Adinda membelalakkan kedua bola matanya tak percaya. Apa?, tuannya ingin mengantarnya hingga ke rumahnya, yang benar saja, rumah Adinda kan sangat jauh.

" Ta, tapi tuan rumah saya sangat jauh, kalau tuan mengantar saya bisa - bisa tuan baru kembali kesini besok hari. Jadi tuan tidak perlu mengantar saya sampai ke rumah, belum lagi rumah saya masuk ke daerah terpencil, mobil tuan tidak akan muat jika harus ke sana ". Sahut Adinda menjelaskan.

" Tidak masalah, yang aku mau sekarang aku ingin mengantarmu pulang Adinda sampai ke rumah. Sudah tidak usah bicara lagi, ikut denganku ini perintah ". Ucap Al tanpa bantahan.

Mau tidak mau Adinda pun mengikuti saha keinginan tuannya, karena menolaknya pun akan percuma. Tanpa mereka sadari sedari tadi, Sintia tengah memperhatikan mereka dari lantai atas.

Jadi ini alasan Al mengapa ingin mengantar Adinda. Sintia merasa sangat senang, dan dirinya juga tidak menyangka jika Adinda akan pergi secepat ini.

" Hemm, baguslah Adinda, akhirnya kamu pergi juga dari rumah ini, bagus, berarti langkah selanjutnya aku harus menyuruh Kelvin untuk lebih memantau Adinda di desa ". Gumam Sintia dengan senyum jahatnya.

*****

Mobil mewah warna hitam itu, kini telah melaju dengan kecepatan yang tidak terlalu tinggi. Melewati jalanan ibu kota yang indah, membuat sepasang mata indah gadis yang berusia delapan belas tahun itu tak henti - hentinya menatap kagum.

Ditambah lagi dengan adanya gedung -gedung mewah pencakar langit benar - benar membuat gadis yang selalu mengenakan hijab itu tak bisa berpaling.

Di sepanjang perjalanan yang melewati ibu kota itu benar - benar membuat Adinda merasa sangat senang.

Al tersenyum melihat tingkah Adinda yang tak henti - hentinya mengagumi setiap bangunan yang ia lihat. Al merasa agak gemas pada Adinda, ternyata gadis yang duduk disebelahnya ini sangatlah polos.

" Adinda, aku perhatikan dari tadi kamu tidak henti - hentinya menatap keluar ". Seru Al dengan sedikit tersenyum.

" Eh, maaf tuan, iya saya sangat senang bisa melihat gedung - gedung yang tinggi itu tuan ". Sahutnya dengan tersenyum agak kikkuk.

" Memangnya sewaktu kamu datang pertama kali ke kota ini, kamu tidak melihat gedung - gedung itu? ". Tanya Al.

" Tidak sempat tuan, karena sewaktu perjalanan mau ke kota ini saya tertidur di bus, setelah saya sampai, tahu - tahu sudah ada di terminal ". Sahut Adinda polos.

Al terkekeh mendengar cerita Adinda, Adinda benar - benar lugu, hal ini adalah sesuatu yang langka pada diri seorang Alexander. Pasalnya Al adalah pria yang agak dingin, sedikit bicara, dan bisa dibilang sangat jarang tersenyum kecuali pada mamanya Devina.

Tapi sepertinya bukan hanya bersama sang mama tuan muda itu bisa tersenyum, ternyata ada sosok lain lagi yang mampu membuatnya cukup banyak bicara.

Ya, seorang Al akhir - akhir ini sepertinya sudah agak berubah. Semenjak dirinya merasakan perasaan yang aneh pada Adinda membuat pria blasteran itu lebih mudah tersenyum.

Adinda yang melihat tuannya terkekeh lucu seperti itu merasa heran tak percaya, ini adalah kali pertamanya Adinda melihat tuannya tertawa. Ternyata seorang Alexander bisa juga tertawa.

Adinda hanya diam saja melihat tuannya tertawa hingga selesai.

Al terus mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang sama, dan jalanan ibu kota pun telah terlewati. Waktu terus berjalan hingga dua jam lamanya waktu sudah berlalu.

Entah mungkin karena terlalu lama berada di dalam mobil sehingga membuat tubuh Adinda kurang nyaman terutama pada perutnya dan hingga akhirnya.....

" Hoek..... hoek..... hoek..... ". Mual Adinda.

" Adinda kamu kenapa? ". Tanya Al khawatir dan langsung menepikan mobilnya.

" Hoek..... hoek..... astagfirullah ". Seru Adinda dengan menutup mulutnya menggunakan telapak tangannya.

" Adinda, kamu merasa sakit?, kita istirahat dulu ya ". Seru Al.

" Tidak tuan, ini sudah hal yang biasa dialami oleh wanita hamil ". Sahutnya lirih.

Padahal diawal waktu pagi tadi Adinda terlihat baik - baik saja, tapi sekarang wajahnya sudah terlihat pucat karena kehamilannya. Sungguh Al sangat tak tega melihat kondisi Adinda yang seperti ini.

" Adinda, jika benar kamu mengandung Anakku, aku tidak akan pernah bisa memaafkan diriku sendiri Adinda, karena akulah kamu sampai menderita seperti ini ". Batin Al merasa bersalah.

Bersambung..........

Jangan lupa like, komen, dan beri hadiah ya 🙏❤❤❤

🌹🌹🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

epifania rendo

epifania rendo

cari kebenaranya al

2023-12-04

0

Tarmi Widodo

Tarmi Widodo

Al bodoh,org kaya tak mu cari kebenaran y emosi aq

2023-11-13

0

Wanti Suswanti

Wanti Suswanti

ayo Al selidiki lagi yg benar donk..

2023-06-10

0

lihat semua
Episodes
1 Ternodai
2 Pengakuan Palsu Sintia
3 Keputusan Al
4 Rasa Yang Aneh
5 Meminta Restu
6 Hari Pernikahan
7 Mual - mual
8 Pingsan Di Tengah Resepsi
9 Adinda Hamil
10 Ingin Memastikan
11 Ingin Kembali Ke Desa
12 Mengantar Pulang
13 Bertemu Ayah
14 Dibalik Kalung
15 Kepergian Adinda
16 Pertemuan Tak Terduga
17 Mencoba Menerima
18 Mendekati Hari Kelahiran
19 Sintia Melahirkan
20 Hilangnya Si Bayi
21 Kebenaran Akan Kalung
22 Kemarahan Tuan Herdi
23 Mencari Adinda
24 Surat Perceraian
25 Menemukan Adinda
26 Kelahiran Si Kembar
27 Permohonan Maaf Al
28 Pulang Ke Rumah
29 Rencana Pernikahan
30 Cerita Dari ART
31 Bertemu Paman Herdi
32 Ikatan Suci
33 Sah
34 Trauma
35 Kamu Akan Mencintaiku
36 Pengakuan Adinda
37 Melanjutkan
38 Berusaha Lebih Sabar
39 Rencana Bulan Madu
40 Menuju Inggris
41 Keinginan Suami
42 Aku Mencintaimu
43 Perubahan Vita
44 Merindukan Anak - anak
45 Aku Akan Kembali
46 Bertemu Aganta Dan Damian
47 Memaafkan
48 Ketidaksengajaan Andrew
49 Tentang Tunangan Al
50 Adinda Mencintaimu Mas
51 Tak Rela
52 Tentang Hari Ini
53 Andrew Melamar Vita
54 Bertemu Bi Nadia
55 Niat Jahat?
56 Kejahilan Si Kembar
57 Kemarahan Al
58 Diasingkan
59 Kembali Ke Rumah 2
60 Rencana Punya Debay
61 Kabar Pernikahan
62 Tidak Akan Meninggalkan
63 Menanam Keraguan
64 Akad Nikah Andrew & Vita
65 Secara Perlahan
66 Malam Pertama Andrew Dan Vita
67 Ingin Main Ke Rumah Ayah
68 Panggilan Tak Bersuara
69 Dibuat Pusing
70 Tidak Sabar
71 Masih Penasaran
72 Meminta Rekaman CCTV
73 Mau Baju Princess
74 Kenapa Mas Meninggalkanku?
75 Hanya Kamu Wanitaku
76 Ikut Bahagia
77 Bukti Rekaman CCTV
78 Mall
79 Merasakan Kontraksi
80 Andri Putra Choi
81 Mian Inin Adik Bayi Myh
82 Membuat Adik Bayi
83 Ingin Tahu Walik
84 Hamil Adik Bayi
85 Bereskan Semuanya
86 Tidak Seperti Biasanya
87 Boleh Bertemu
88 Perhatian
89 Mobil Sport Mainan Remote Control
90 Mainan Membawa Petaka
91 Bermurah Hati
92 Permintaan Kenzie
93 Obrolan Tiga Bocil
94 Wanita Murahan Pembawa Anak Haram
95 Istri Dan Anak - anakku
96 Rencana Resepsi Pernikahan
97 Al Dan Tuan David
98 Kedatangan Diandra
99 Rendi Dan Diandra
100 Mian Dak Lewel
101 Pelan - pelan Ya Mas
102 Cinderamata
103 Tuan Muda Tampan
104 Sepenggal Kisah
105 Sepenggal Kisah 2
106 Baju Pengantin
107 Berenang Bersama
108 Akhirnya Bertemu Denganmu
109 Kenyataannya
110 Cintaku Hanya Untuk Adinda
111 Makan Kue Bersama
112 Baju Baby Girl
113 Melindungi Diandra
114 Adik Bayina Dak Delak - delak
115 Foto Bersama
116 Mian Yan Palin Tampan
117 Ungkapan Perasaan Rendi
118 Jadi Ini Istri Al
119 Berusaha Melupakan
120 Kiss Mark
121 Mencoba Gaun Pengantin
122 Persiapan Malam Resepsi Pernikahan
123 Teunapa Dak Ulan Taun
124 Bertemu Kakek Nenek
125 Adinda Mengerti Mas
126 Malam Resepsi Pernikahan
127 Kabar Mengejutkan
128 Mengalami Kendala
129 Kenyataan Yang Terungkap
130 Batas Toleransi Sang Paman
131 Permintaan Devina
132 Hukuman Dari Mama
133 Peringatan Keras Dari Herdi
134 Ingin Menebus Kesalahan
135 Makan Puding Bersama
136 Pemutusan Kontrak Kerja
137 Tempat Tidur Baby Girl
138 Bangun Mas Perutku Sakiiit
139 Alexa Gerald Georgino
140 Baby Alexa
141 Alexa ( Alexander )
142 Tak Menyukai Sintia
143 Mandikan Adik Alexa
144 Mian Duda Minum ACI?
145 Menambah Anak Lagi
146 Alexa Demam
147 Nona Muda Kecil Masuk Angin
148 Ma Ma Ma
149 Empat Tahun
150 Nyonya Adinda Mengandung ( Finish )
151 Kembar Lagi ( Bonus )
152 Ulang Tahun Alexa ( Bonus )
153 Takut Dioperasi ( Bonus )
154 Ingin Makan Bakso ( Bonus )
155 Gerobak Bakso ( Bonus )
156 Terlalu Doyan ( Bonus )
157 Karena Kamu ( Benar - benar Finish )
158 Pengumuman Novel Baru
159 Malam Kehancuran (21+)
160 Pengumuman ( Menjadi Pembantu Ayah Dari Anakku
Episodes

Updated 160 Episodes

1
Ternodai
2
Pengakuan Palsu Sintia
3
Keputusan Al
4
Rasa Yang Aneh
5
Meminta Restu
6
Hari Pernikahan
7
Mual - mual
8
Pingsan Di Tengah Resepsi
9
Adinda Hamil
10
Ingin Memastikan
11
Ingin Kembali Ke Desa
12
Mengantar Pulang
13
Bertemu Ayah
14
Dibalik Kalung
15
Kepergian Adinda
16
Pertemuan Tak Terduga
17
Mencoba Menerima
18
Mendekati Hari Kelahiran
19
Sintia Melahirkan
20
Hilangnya Si Bayi
21
Kebenaran Akan Kalung
22
Kemarahan Tuan Herdi
23
Mencari Adinda
24
Surat Perceraian
25
Menemukan Adinda
26
Kelahiran Si Kembar
27
Permohonan Maaf Al
28
Pulang Ke Rumah
29
Rencana Pernikahan
30
Cerita Dari ART
31
Bertemu Paman Herdi
32
Ikatan Suci
33
Sah
34
Trauma
35
Kamu Akan Mencintaiku
36
Pengakuan Adinda
37
Melanjutkan
38
Berusaha Lebih Sabar
39
Rencana Bulan Madu
40
Menuju Inggris
41
Keinginan Suami
42
Aku Mencintaimu
43
Perubahan Vita
44
Merindukan Anak - anak
45
Aku Akan Kembali
46
Bertemu Aganta Dan Damian
47
Memaafkan
48
Ketidaksengajaan Andrew
49
Tentang Tunangan Al
50
Adinda Mencintaimu Mas
51
Tak Rela
52
Tentang Hari Ini
53
Andrew Melamar Vita
54
Bertemu Bi Nadia
55
Niat Jahat?
56
Kejahilan Si Kembar
57
Kemarahan Al
58
Diasingkan
59
Kembali Ke Rumah 2
60
Rencana Punya Debay
61
Kabar Pernikahan
62
Tidak Akan Meninggalkan
63
Menanam Keraguan
64
Akad Nikah Andrew & Vita
65
Secara Perlahan
66
Malam Pertama Andrew Dan Vita
67
Ingin Main Ke Rumah Ayah
68
Panggilan Tak Bersuara
69
Dibuat Pusing
70
Tidak Sabar
71
Masih Penasaran
72
Meminta Rekaman CCTV
73
Mau Baju Princess
74
Kenapa Mas Meninggalkanku?
75
Hanya Kamu Wanitaku
76
Ikut Bahagia
77
Bukti Rekaman CCTV
78
Mall
79
Merasakan Kontraksi
80
Andri Putra Choi
81
Mian Inin Adik Bayi Myh
82
Membuat Adik Bayi
83
Ingin Tahu Walik
84
Hamil Adik Bayi
85
Bereskan Semuanya
86
Tidak Seperti Biasanya
87
Boleh Bertemu
88
Perhatian
89
Mobil Sport Mainan Remote Control
90
Mainan Membawa Petaka
91
Bermurah Hati
92
Permintaan Kenzie
93
Obrolan Tiga Bocil
94
Wanita Murahan Pembawa Anak Haram
95
Istri Dan Anak - anakku
96
Rencana Resepsi Pernikahan
97
Al Dan Tuan David
98
Kedatangan Diandra
99
Rendi Dan Diandra
100
Mian Dak Lewel
101
Pelan - pelan Ya Mas
102
Cinderamata
103
Tuan Muda Tampan
104
Sepenggal Kisah
105
Sepenggal Kisah 2
106
Baju Pengantin
107
Berenang Bersama
108
Akhirnya Bertemu Denganmu
109
Kenyataannya
110
Cintaku Hanya Untuk Adinda
111
Makan Kue Bersama
112
Baju Baby Girl
113
Melindungi Diandra
114
Adik Bayina Dak Delak - delak
115
Foto Bersama
116
Mian Yan Palin Tampan
117
Ungkapan Perasaan Rendi
118
Jadi Ini Istri Al
119
Berusaha Melupakan
120
Kiss Mark
121
Mencoba Gaun Pengantin
122
Persiapan Malam Resepsi Pernikahan
123
Teunapa Dak Ulan Taun
124
Bertemu Kakek Nenek
125
Adinda Mengerti Mas
126
Malam Resepsi Pernikahan
127
Kabar Mengejutkan
128
Mengalami Kendala
129
Kenyataan Yang Terungkap
130
Batas Toleransi Sang Paman
131
Permintaan Devina
132
Hukuman Dari Mama
133
Peringatan Keras Dari Herdi
134
Ingin Menebus Kesalahan
135
Makan Puding Bersama
136
Pemutusan Kontrak Kerja
137
Tempat Tidur Baby Girl
138
Bangun Mas Perutku Sakiiit
139
Alexa Gerald Georgino
140
Baby Alexa
141
Alexa ( Alexander )
142
Tak Menyukai Sintia
143
Mandikan Adik Alexa
144
Mian Duda Minum ACI?
145
Menambah Anak Lagi
146
Alexa Demam
147
Nona Muda Kecil Masuk Angin
148
Ma Ma Ma
149
Empat Tahun
150
Nyonya Adinda Mengandung ( Finish )
151
Kembar Lagi ( Bonus )
152
Ulang Tahun Alexa ( Bonus )
153
Takut Dioperasi ( Bonus )
154
Ingin Makan Bakso ( Bonus )
155
Gerobak Bakso ( Bonus )
156
Terlalu Doyan ( Bonus )
157
Karena Kamu ( Benar - benar Finish )
158
Pengumuman Novel Baru
159
Malam Kehancuran (21+)
160
Pengumuman ( Menjadi Pembantu Ayah Dari Anakku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!