Selamat Membaca
🌹🌹🌹🌹🌹
Semburat cahaya mentari telah datang menyapa setiap celah perkotaan yang besar itu. Serpihan - serpihan sisa pesta semalam kini sudah mulai meninggalkan halaman yang luas dan indah itu.
Adinda kini hanya duduk berdiam diri di kamarnya. Semenjak kejadian dimana dirinya pingsan, Al selaku majikannya melarang Adinda untuk bekerja selama beberapa hari agar kesehatan Adinda bisa pulih kembali.
Gadis yang memiliki bola mata hitam yang indah itu sedang larut dalam pikirannya. Berbagai macam pertanyaan yang membingungkan sudah memenuhi ruang otaknya.
Adinda merasa sedih dan bingung saat ini. Meski dirinya telah berusaha menghilangkan traumanya akibat dari kejadian buruk yang dirinya alami beberapa bulan yang lalu, Adinda sudah memutuskan dan berusaha untuk sembuh dan menghilangkan luka itu.
Namun masih belum luka itu sembuh, Tuhan kini menitipkan dua malikat kecil di dalam rahimnya yang tidak lain adalah hasil dari luka itu.
Adinda tidak tahu harus bagaimana, apa yang harus dirinya katakan pada sang ayah, pria yang sudah membesarkannya dengan kasih sayang dan cinta itu, pasti akan sangat hancur ketika mengetahui bagaimana kondisinya.
Tidak ada yang bisa Adinda lakukan saat ini selain hanya berdoa dan mengharapkan kebaikan dari yang maha kuasa.
Adinda yang kini masih larut dalam pikirannya sendiri tidak sadar jika sudah ada seseorang yang masuk ke kamarnya.
" Heh, wanita tidak tahu diri " Sentak Sintia.
Sontak saja hal itu membuat Adinda terkejut bukan main, dan ia pun langsung menoleh ke arah sumber suara.
" Kak Sintia ". Sahut nya.
Sintia melangkah mendekati Adinda dan langsung menjambak rambut indahnya yang tertutup hijab itu.
" Aww..... astagfirullah apa yang kak Sintia lakukan? ". Seru Adinda yang merasa kesakitan.
" Kamu, dasar wanita tidak tahu diri, gara - gara kamu, aku ditinggal Al sendirian di pelaminan dan dipermalukan disana. Kamu sengaja kan melakukan itu, iya kan kamu sengaja melakukan itu wanita sial*n ". Ucap Sintia marah dengan terus menjambak rambut indah Adinda yang tertutup hijab.
" Akh..... astagfirullah, lepaskan kak sakit..... aww yang kak Sintia tuduhkan itu tidak benar. Adinda, Adinda tidak bermaksud melakukan itu kak " Sahut Adinda meringis.
" Kamu kira aku bodoh hah?, dengar ya ini wanita sial*n, jangan pernah kamu katakan pada siapapun apalagi pada Al kalau kamu sedang mengandung anaknya, kalau sampai kamu mengatakan hal itu, lihat saja, saat itu juga ayahmu akan mer*gang nyawa ". Lagi - lagi Sintia mengancam, namun kali ini ancamannya tidaklah main - main.
" Lepaskan kak, lepaasss..... ". Sentak Adinda dan menarik cengkraman kuat tangan Sintia dari rambutnya yang tertutup hijab itu hingga akhirnya benar - benar terlepas.
" Kak, kenapa kak Sintia terus mengancam dan terus menyakiti Adinda, bukankah Adinda sudah mengikuti semua keinginan kakak, lalu kenapa kak Sintia masih terus melakukan ini? ". Seru Adinda yang sudah mulai berani membela dirinya.
" Wah, wah, wah, wah, kamu sekarang sudah mulai berani ya, baiklah kalau seperti itu aku akan menunjukkan sesuatu sama kamu ". Seru Sintia dengan tersenyum jahat.
Sintia pun merogoh ponselnya dari saku roknya. Ia pun menunjukkan salah satu tayangan video yang berisikan tentang pertemuan ayahnya dengan Kelvin kekasih Sintia.
Hal itupun membuat hati Adinda terasa dicekam dengan rasa takut yang luar biasa. Bagaimana jika Kelvin melukai ayahnya, tidak bukan melukai tapi melenyapkan ayahnya. Tidak, Adinda tidak ingin hal itu terjadi.
Adinda tidak ingin kehilangan satu - satunya orang tua kandung yang dia miliki. Tetesan air mata kini mulai bercucuran membasahi pipi putihnya.
Satu hal yang membuat Adinda tidak mengerti saat ini, mengapa kakaknya itu masih terus mengancamnya, padahal dirinya sudah mengikuti semua keinginannya.
" Kak hiks..... sebenarnya kakak mau apa lagi dari Adinda hiks..... kenapa kakak terus - terusan mengancam Adinda, tidak cukupkah apa yang sudah Adinda lakukan untuk menuruti semua keinginan kakak hiks hiks..... ". Seru Adinda dengan tangis pilunya.
" Iya memang benar, karena apa, karena kamu harus melakukan satu hal lagi untukku ". Seru Sintia dengan senyum jahatnya.
" Aku mau kamu cepat pergi dari rumah ini dan menjauh dari hidup Al. Dan ingat jangan pernah sekali - kali kamu memunculkan diri lagi di kehidupan Al. Dan aku janji setelah ini aku tidak akan mengusik hidup kalian lagi ".
Bukan tanpa sebab Sintia ingin Adinda segera pergi dari rumah ini. Sintia merasa khawatir jika Adinda tetap bekerja dan melahirkan anak - anaknya disini bukan tidak mungkin jika Al akan mengetahui kalau anak - anak yang dilahirkan oleh Adinda adalah anak - anaknya. Sintia benar - benar tidak ingin jika hal itu terjadi, karena jika sampai hal itu benar - benar terjadi maka Al tidak akan pernah mengampuninya.
" Baiklah, baiklah kak, jika memang itu yang kak Sintia mau, Adinda akan pergi dari rumah ini, dan Adinda akan pergi sejauh - jauhnya dari kehidupan tuan Al. Tapi Adinda juga mohon sama kakak, tolong jangan lagi kakak mengusik hidup Adinda, ayah Adinda, dan..... dan juga anak - anak Adinda ". Serunya.
" Hemm, bagus, wanita pintar, pokoknya aku tidak mau tahu dua hari lagi kamu sudah harus pergi dari rumah ini". Ucapnya dengan penuh kesombongan.
" Nasib ayahmu, ada di tanganmu Adinda, kalau kamu tetap mau ayahmu masih hidup, maka turutilah apa yang aku mau, kalau kamu tidak mau menuruti jangan salahkan aku, kalau ayahmu celaka ".
Setelah merasa puas, akhirnya wanita yang selalu berambisi untuk menjadi istri seorang Alexander itu akhirnya melangkahkan kakinya keluar dari kamar Adinda.
Di lain tempat seperti biasa para asisten rumah tangga kini sedang sibuk memasak untuk mempersiapkan sarapan majikannya.
Namun kali ini ada yang berbeda pada suasana hati mereka. Pasalnya setelah mendengar kabar jika Adinda mengandung, mereka benar - benar sangat terkejut dan tak percaya.
Bagaimana bisa seorang Adinda yang merupakan anak gadis baik- baik bisa hamil di luar hubungan pernikahan.
Tetapi apapun itu, tidak sedikitpun membuat mereka membenci Adinda, malah sekarang mereka sangat sedih dan prihatin pada nasib Adinda, mungkin karena mereka sudah menyayangi dan menganggap Adinda seperti putrinya sendiri.
" Bu Nadia, bagaimana keadaan Adinda bu? ". Tanya bu Ima.
" Adinda masih istirahat di kamarnya bu, tuan Al melarang nya bekerja selama beberapa hari kedepan sampai kondisi Adinda membaik ". Sahut bu Nadia.
" Kasihan sekali anak itu ". Sahut bu Tarsih dan yang lain.
" Lalu bagaimana bu dengan laki - laki yang sudah menghamili Adinda, apa dia mau bertanggung jawab? ". Tanya bu Ima.
" Saya juga tidak tahu bu, Adinda sendiri tidak mau mengatakan siapa laki - laki yang sudah menghamili nya ". Sahut bu Nadia sedih.
" Yang sabar ya bu, mungkin Adinda punya alasan tersendiri mengapa anak itu memilih diam, yang harus kita lakukan adalah menjaga nak Adinda dan juga si kembar yang ada dalam kandungan nya ". Sahut bu Ima mengingatkan.
" Iya bu, terima kasih ". Sahut bu Nadia.
Di sebuah kamar mewah yang dilengkapi dengan hiasan - hiasan lukisan mahal di dindingnya. Seorang pria dengan bola mata biru keabu - abuan tengah bersiap ingin memastikan sesuatu yang telah menjadi keraguan hebat dalam batinnya.
Ceklek..... Sintia memasuki ruang kamar.
" Mas, mas Al kenapa, sepertinya ada yang berbeda dengan mas hari ini? ". Tanya Sintia.
" Iya, karena aku ingin memastikan sesuatu ". Sahut Al dingin.
Tiba - tiba saja ada kecemasan di hati Sintia. Apa maksud perkataan suaminya itu, ingin memastikan sesuatu, sesuatu apa, apakah sesuatu tentang kehamilan Adinda?, gawat jika sampai hal itu benar, ini akan menjadi bahaya besar baginya.
" Mas ingin memastikan apa? ". Tanya Sintia lagi.
" Sesuatu yang tidak mengandung kebohongan ". Sahut Al singkat namun sangat menampar batin Sintia.
Tanpa memperdulikan keberadaan istrinya yang masih diam mematung, Al langsung saja berlalu melewati Sintia.
Al terus melangkah hingga sampai di depan pintu kamar Adinda.
Tok.... tok..... tok.....
Tanpa menunggu, pria itupun langsung membuka pintunya tanpa permisi. Tentu saja hal itu membuat Adinda terkejut dan takut.
" Adinda ". Panggil Al lembut.
" I, iya tuan ". Sahutnya gugup.
" Duduklah disini " Seru Al dengan menepuk kasur Adinda.
Adinda pun mendekat dan duduk. Rasa takut di hatinya masih menguasai, namun sebisa mungkin ia bersikap tenang.
" Adinda, aku mohon padamu, kali ini kamu harus menjawabnya dengan jujur, aku tidak ingin adanya kebohongan disini, kejujuranmu sangat penting bagiku Adinda ". Seru Al.
" Adinda, anak yang kamu kandung adalah anakku kan? ". Tanya Al langsung pada intinya.
Deg..... Adinda terpaku, darimana tuannya Al bisa tahu.
" Adinda, kenapa kamu diam?, anak yang ada dalam kandunganmu adalah anak - anakku kan?, jawab dengan jujur Adinda! ". Tegas Al.
Adinda tidak tahu harus bagaimana saat ini. Ingin sekali rasanya dia jujur, tapi jika dirinya jujur ia akan kehilangan ayah kandungnya, dan bukan hanya itu bisa saja kakak sepupunya itu juga menyakiti kedua anaknya yang masih belum lahir. Tidak, Adinda tidak ingin hal itu terjadi.
" Ma, maaf tuan, bukan saya bermaksud kurang ajar, tapi bagaimana bisa tuan berkata seperti ini, ingat tuan anda adalah suami dari kakak sepupu saya, dan dia saat ini sedang mengandung anak tuan ". Sahut Adinda.
Haaah..... Al menghela nafasnya cukup panjang, mungkin sekarang lah ia mengatakan yang sebenarnya.
" Tapi, aku sudah tidak lagi percaya dengan itu, karena apa, karena hampir setiap malam aku memimpikan perbuatan kejiku yang sudah tega memperk*sa seorang gadis, dan gadis itu bukanlah Sintia. Aku memang tidak bisa mengingat wajahnya dengan jelas, tapi aku mengenali suaranya Adinda, dan suara itu adalah suara kamu ". Seru Al dan mengungkapkan uneg - unegnya selama ini.
" Adinda, lima bulan yang lalu pada saat kondisi rumah sedang gelap karena mati lampu, aku sudah melakukan perbuatan yang di luar kendaliku. Aku sudah menodai seorang gadis, dan aku yakin gadis itu adalah kamu kan? ". Serunya.
Tanpa terasa Adinda meneteskan air matanya.....
" Kenapa kamu menangis?, jadi memang benar kalau gadis yang sudah aku nodai waktu itu adalah kamu? ". Seru Al lagi dengan memegang kedua bahu Adinda.
" Adinda, kenapa kamu tidak menjawab ku? ".
" Adinda, kalau sampai aku tidak bisa menemukan siapa sebenarnya gadis yang sudah aku nodai, maka aku tidak akan pernah memaafkan diriku sampai kapanpun. Pasti dia sangat menderita karena perbuatan ku. Jawablah Adinda gadis itu adalah kamu kan? ". Seru Al dengan berkaca - kaca.
Adinda semakin meneteskan air matanya. Ternyata selama ini bukan hanya dirinya yang merasa terluka, tuannya pun juga sama terlukanya.
Namun bagaimana lagi, mengakui hal yang sebenarnya juga tidak mungkin Adinda lakukan.
" Tuan Al, wanita yang tuan nodai bukanlah saya, tapi kak Sintia ". Sahut Adinda dengan masih meneteskan air matanya.
" Kamu berusaha membohongi ku Adinda?, kenapa kamu tidak terkejut?, seharusnya kalau memang benar jika wanita yang aku nodai bukanlah kamu, seharusnya kamu merasa terkejut karena tuanmu sudah melakukan pem*rkosaan, tapi kamu tidak terkejut sama sekali, itu artinya memang benar kamulah wanita yang sudah aku nodai Adinda ". Seru Al lagi yang sudah merasa tidak tahan dengan kebohongan ini.
Deg..... Seketika itu Adinda tertegun. Air mata yang semula mengalir kini terhenti seketika. Berusaha untuk mengelak, mungkin jalan satu - satunya adalah membuat pengakuan palsu.
Haaah..... Adinda menghela nafasnya cukup panjang.
" Tuan, maafkan saya, mengapa saya tidak terkejut, karena saya sudah mengetahui semuanya ". Ucap Adinda dengan hatinya yang berdebar.
" Tuan, sebenarnya kejadian di malam itu saya sudah mengetahui semuanya. Saya melihat sendiri jika di malam itu, tuan menarik tubuh kak Sintia dan membawanya ke kamar tuan ".
Deg..... tubuh Al yang mulanya menegang kini mendadak menjadi lemas. Jadi selama ini memang benar, jika gadis yang sudah ia nodai memanglah Sintia.
" Ya Allah, ampunilah hamba karena hamba sudah berbohong, tapi hamba terpaksa melakukannya Ya Allah, hamba tidak ingin kehilangan ayah hamba..... tuan maafkan Adinda tuan ". Batin Adinda menangis.
Bersambung.............
🌹🌹🌹🌹🌹
Maaf, Author baru update. Jangan lupa like, komen, dan pilih ikon ❤. 🙏🙏🙏.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Normila Aspul Anwar
thor buat adinda jdi kuat,,jgn lemah begitu...
2024-07-08
1
🌺 Lady Rin 🌺
adinda bodohhhh keselllll
2024-02-22
0
Shanty Syakirasakina
adinda bego
2023-12-08
2