Selamat Membaca
🌹🌹🌹🌹🌹
Suasana aman terkendali di kediaman mewah Alexander berjalan lebih baik dari sebelumnya. Akibat dari terjadinya beberapa masalah dalam hal teknisi di rumah itu, membuat tingkat pengendalian dan pengamanan menjadi lebih meningkat.
Setelah sebuah insiden buruk yang terjadi tiga hari yang lalu, kini Adinda sudah mulai melakukan aktivitasnya kembali. Merasa tubuhnya sudah kembali fit, membuatnya ingin kembali bekerja.
" Adinda kamu sudah mulai bekerja nak? ". Tanya bu Tarsih.
" Alhamdulillah bu kondisi Adinda sudah mulai membaik ". Jawabnya dengan tersenyum.
" Adinda, kalau kamu merasa pusing atau merasa kurang kuat untuk lanjut bekerja bilang sama kami ya nak! ". Seru bu Ima.
" Iya bu, terima kasih ya, karena ibu semua sudah mau peduli pada Adinda ". Seru Adinda terharu.
" Iya nak, tentu saja kami peduli, bagi kami, kamu sudah kami anggap sebagai putri kami nak ". Sahut mereka.
Adinda menitikkan air matanya terharu. Dirinya sangat tidak menyangka jika teman - teman seperjuangannya sekaligus yang Adinda anggap sebagai ibu itu, begitu sangat peduli dan juga menyayanginya.
Respon positif mereka sangat berbeda dengan Sintia. Sedari tadi dirinya hanya diam tak mau merespon apalagi menanyakan keadaan Adinda, masa b*d*h dengan semua itu.
Di lain tempat, di sebuah ruangan kerja yang mewah dan cukup luas Al sedang sibuk memeriksa beberapa berkas yang dibawa oleh asisten pribadinya yaitu Andrew Choi.
" Tuan, bagaimana tuan, apakah dari beberapa berkas kerja sama yang diajukan oleh klien kita ada yang bisa tuan terima? ". Tanya asisten Andrew Choi yang sedari tadi memperhatikan tuannya sedang membolak balik berkas - berkas yang dibawa olehnya.
" Baik aku terima kerja sama ini ". Sahut Al singkat.
" Baik kalau seperti itu tuan. Saya akan segera memberi kabar pada klien kita jika tuan menerima proyek kerja sama ini ". Sahut Andrew.
Al pun mengangguk.
Hening beberapa saat.....
" Tuan, saya sudah mengetahui siapa orang yang sudah dengan sengaja mencampur obat perangsang di minuman tuan ". Ucap Andrew Choi pada akhirnya.
Tatapan Al langsung beralih dari berkas - berkasnya.
" Siapa? ". Tanya Al dengan tatapan tajamnya.
" Viko tuan ". Sahutnya.
Brak........
" Br*ngs*k ". Umpat Al kesal dengan menggeprak mejanya.
" Iya tuan, tuan Viko sengaja menyuruh pelayan yang ada di pesta itu untuk mencampur obat p*r*ngs*ng di minuman tuan. Dia sengaja melakukan itu semua agar tuan bisa melakukan perbuatan di luar kendali yang pada akhirnya dapat merusak nama baik anda tuan ". Sahut Andrew panjang lebar.
" Kurang aj*r, berani sekali dia bermain - main denganku ". Sahut Al.
" Bukan hanya itu tuan, sebenarnya dia sudah beberapa kali melakukan hal itu pada tuan, tetapi selalu saja gagal ". Lanjut Andrew lagi.
" Dasar pria bermuka dua, di depanku dia selalu bersikap ramah, ternyata ini yang dia inginkan..., Andrew? ". Dengan tatapan tajamnya.
" Iya tuan ". Sahut Andrew.
" Tarik semua investor yang sudah berinvestasi ke perusahaan Viko. Alihkan semuanya ke perusahaan ku. Biar dia merasakan apa akibat karena sudah berani bermain - main denganku ". Perintah Al tanpa bantahan.
" Baik tuan ". Sahut Andrew siap.
*****
Drrt.... drrt.... drrt....
Getaran handphone itu berhasil mengalihkan aktivitas pemiliknya. Sintia merogoh saku roknya untuk meraih ponselnya itu.
Dilihat nama yang tertera di layar ponselnya. Senyum merekah bergitu tergambar di wajahnya saat ini. Agar tak di dengar oleh banyak orang, Sintia melangkahkan kakinya untuk menuju kamar pribadinya.
" Iya halo ". Sahutnya.
" Halo sayang. Aduh Sintia, aku merindukanmu sayang ". Seru seorang pria di balik ponselnya.
" Aku juga sayang ". Sahutnya.
" Benarkah kamu merindukanku?, tapi kenapa beberapa hari ini kamu sulit untuk dihubungi sayang? ". Tanya pria itu dengan memelas.
" Kelvin, beberapa hari ini aku sangat sibuk ". Sahutnya.
" Sibuk?, sibuk apa sih sayang? ". Tanya nya.
" Aku itu sedang sibuk untuk kepentingan kita ". Jawabnya lagi.
" Kepentingan kita?, kepentingan kita apa sih sayang? ". Tanya Kelvin penasaran.
" Sayang, aku itu sudah membuat rencana yang brilian ".
" Aduh sayang kamu ini bicara apa sih, rencana brilian? ". Tanya Kelvin lagi.
" Aku ceritakan ya sayang jadi begi..... ". Ucapan Sintia terhenti.
" Stop....., begini sajalah sayang, kita bertemu lagi ya, kan aku sudah dua minggu tidak ketemu kamu! ". Sahut Kelvin untuk mengutarakan keinginannya pada kekasihnya.
" Apa bertemu lagi?, kita kan berjauhan sayang, lagi pula kamu sudah ada di desa, jadi mana mungkin kamu bisa menemui ku! ". Seru Sintia yang tidak habis pikir dengan kekasihnya itu.
" Tentu saja tidak sayang. Kita bisa bertemu hari ini, karena aku sudah ada di kota sejak kemarin ". Seru Kelvin tersenyum di balik ponselnya.
" Apa?, kamu ada di kota?, astaga Kelvin, baru saja dua minggu yang lalu kita bertemu, kamu sudah ingin kita bertemu lagi? ". Tanyanya lagi dengan rasa herannya.
" Iya sayang, aku ingin kita bertemu lagi. Mau ya, please..... ". Seru Kelvin dengan penuh harap.
" Iya, oke, kita akan bertemu. Tapi tunggu dulu, aku harus meminta izin sama majikan ku dulu ". Sahut Sintia.
" Iya sayang, izin dulu sana, Terima kasih ya sayangku ". Ucap Kelvin.
" Iya ". Sahutnya.
*****
Tok..... tok..... tok.....
Ceklek.....
Bu Nadia melangkah memasuki ruangan tuannya.
" Permisi tuan, ini minumannya tuan ". Seru bu Nadia pada Al dan juga Andrew, dan meletakkan dua gelas minuman itu.
" Terima kasih bi ". Sahut mereka.
" Ada yang masih tuan Al perlukan lagi tuan? ". Tanya bu Nadia.
" Tidak ada bi ". Sahut Al.
Bu Nadia pun kembali melangkah hendak keluar dari ruangan itu. Namun tiba - tiba langkahnya terhenti disaat suara yang begitu familiar di telinganya memanggilnya kembali.
" Bi Nadia, tunggu dulu sebentar ". Seru Al.
" Iya ada perlu lagi tuan Al? ". Tanya bu Nadia.
" Kemarilah dulu bi, Al ingin bicara ". Perintahnya lembut.
Bu Nadia pun, mengikuti langkah Al dan duduk di di ruangan itu.
" Bi, boleh Al bertanya sesuatu? ". Tanya Al.
" Tanya apa tuan Al? ". Sahut bu Nadia.
" Apakah Sintia memiliki kekasih bi? ". Tanya Al.
Bu Nadia merasa heran dengan pertanyaan tuannya. Mengapa tiba - tiba tuannya itu menanyakan sesuatu yang berhubungan dengan privasi anaknya.
" Yang bibi tahu, putri bibi Sintia memang memiliki kekasih di Desa. Tetapi entahlah, semenjak Sintia pergi ke kota dan ikut bibi bekerja disini, bibi tidak lagi melihat dia berhubungan ataupun menelfon dengan kekasihnya itu ". Sahut bu Nadia jujur.
Al terdiam sejenak.....
" Oh begitu..... bi, bi Nadia beberapa bulan yang lalu, membawa anggota keluarga bibi kan untuk bekerja disini? ". Tanya Al pada akhirnya.
" Iya tuan, bibi membawa keponakan bibi yang dari desa untuk bekerja disini. Ya maklum lah tuan, kalau bekerja di desa itu pendapatan nya tidak seberapa jika di bandingkan bekerja di kota. Jadi bibi membawa nya untuk bekerja di rumah tuan. Dan terima kasih tuan, karena tuan mau menerima bibi dan juga keluarga bibi untuk bekerja disini ". Seru bu Nadia dengan rasa terima kasihnya.
Al tersenyum.....
" Iya bi....., bi Nadia, Al ingin bicara dengan keponakan bibi itu. Karena sewaktu Al menerimanya untuk bekerja disini, Al hanya menerima data - datanya saja. Ya bukan bermaksud apa - apa bi, Al hanya ingin lebih mengenal orang - orang yang bekerja pada Al ". Ucap Al panjang lebar.
" Baik tuan, bibi akan panggil dia untuk kemari ". Sahut bu Nadia.
Setelah percakapan singkat itu, bu Nadia pergi dari ruangan Al dan kembali untuk memulai aktivitasnya yang lain.
*****
Setelah selesai bertelfonan dengan sang kekasih. Sintia segera menuju ke ruangan kerja Al.
Tok...... tok..... tok.....
Ceklek.....
" Permisi tuan " Seru Sintia.
Dan hal itu berhasil mengalihkan pandangan Al dan juga Andrew.
" Sintia?, iya ada apa Sintia? ". Tanya Al ramah dengan tatapan nya yang begitu lembut.
Melihat tatapan tuannya yang tidak biasa, membuat Andrew sedikit mengernyit. Pasalnya tidak seperti biasanya tuannya menatap seorang wanita seperti itu, kecuali hanya pada nyonya Devina sang mama.
" Tuan Al, hari ini saya boleh izin ke luar, mungkin sekitar sore hari nanti saya baru kembali ". Ujar Sintia meminta izin.
" Memangnya kamu mau kemana Sintia? ". Tanya Al.
" Saya ada perlu tuan dengan teman saya. Dia baru datang dari desa untuk bekerja di rumah ini tuan. Dia meminta bantuan saya karena di tidak tahu menahu tentang kota ini tuan ". Sahut Sintia menjelaskan.
" Hemm..... begitu ya, ya sudah kalau begitu, aku izinkan. Tetapi ingat kamu harus pulang tepat waktu. Dan kalau terjadi apa - apa cepat hubungi aku ". Sahut Al. Namun hal itu malah menjadi tanda tanya bagi Andrew sang asisten.
" Terima kasih tuan ". Sahutnya dan di balas anggukan oleh Al.
Tanda tanya besar di benak Andrew muncul begitu kuatnya saat ini. Bagaimana tidak, tuannya itu adalah sosok yang sangat tidak mudah untuk di pengaruhi oleh seorang wanita. Tetapi apa ini, tuannya dengan begitu ramah dan lembut dalam memperlakukan wanita yang bernama Sintia itu.
Dan satu hal lagi yang membuatnya tak percaya. Tuannya meminta pada wanita itu, jika terjadi sesuatu padanya harus segera menghubunginya. Sejak kapan tuannya itu peduli pada seorang wanita?. Hal yang sangat tidak mungkin dilakukan oleh seorang Alexander.
Di lain tempat dimana beberapa pelayan wanita sedang sibuk melakukan aktivitasnya, bu Nadia datang menghampiri Adinda yang sedang sibuk menata beberapa sayur - sayuran di lemari pendingin itu.
" Adinda ". Seru bu Nadia.
" Iya bi? ". Sahut Adinda.
" Berhentilah dulu kamu sebentar dari kegiatanmu nak! ". Seru bu Nadia.
" Berhenti?, memangnya ada apa bi?, kenapa Adinda disuruh berhenti? ". Tanya gadis berhijab itu.
Bu Nadia tersenyum melihat keponakannya itu.
" Tidak ada apa - apa nak, hanya saja sekarang tuan Al memanggilmu, tuan Al ingin bicara padamu nak ". Ujar bu Nadia pada akhirnya.
Deg.....
Deru nafas Adinda seolah terhenti. Seketika itu tubuhnya terasa membeku. Mendengar nama itu, benar - benar telah mengingatkan nya akan kejadian tiga malam yang lalu. Rasa takut, cemas, begitu mendera jiwanya saat ini. Bahkan tubuhnya kini mulai terasa panas dingin.
" Adinda, ayo, kamu ke ruangan kerja tuan Al dulu nak, tuan Al sudah menunggumu nak ". Seru bu Nadia lagi.
Namun yang disuruh masih diam tak bergeming.
" Adinda, kenapa kamu diam nak, ayo, pergi ke ruangan tuan Al sekarang. Jangan biarkan tuan Al menunggumu terlalu lama nak ". Seru bu Nadia lagi untuk yang kesekian kalinya.
" I, iya bi ". Sahut Adinda gugup.
" Ya sudah nak, tuan Al sudah menunggumu dari tadi ". Serunya lagi.
Mau tidak mau Adinda pun melangkahkan kakinya menuju ke ruangan kerja tuan Al.
Dilangkahkannya kaki jenjang yang tertutup rok panjang itu. Rasa takut pada tuan Al nya benar - benar tidak bisa ia tepis lagi. Ya, tentu saja hal itu ia rasakan karena kejadiannya pun baru beberapa hari yang lalu ia alami.
Hingga langkahnya kini telah sampai di tempat yang ia tuju. Adinda terdiam. Diperhatikan nya pintu mewah yang tertutup rapat itu. Bagaimana cara dirinya untuk membuka pintunya.
Keringat dingin pun sudah mulai membasahi setiap bagian tubuhnya. Sungguh Adinda tidak tahu bagaimana cara menenangkan dirinya saat ini.
Hingga tangan mungil miliknya itu, mulai mencoba untuk mengetuk papan pintu yang sedari tadi hanya ia lihat.
Tok.....
Tok.....
Tok.....
Begitu sangat pelan di ketuk.
Ceklek.....
Dengan tubuh yang sudah mulai bergetar Adinda memasuki ruangan kerja Al. Terlihat di sana Al dan juga Andrew yang memperhatikannya.
Adinda menunduk. Diam tanpa melangkah lagi, itulah yang ia lakukan.
" Kamu keponakan bi Nadia kan? ". Tanya Al.
" I, iya tuan ". Sahut Adinda gugup.
" Kemarilah ". Perintah Al.
Adinda pun melangkah dengan tetap menundukkan kepalanya. Dan hal itu tentunya tidak luput dari perhatian Andrew. Sebuah senyuman kecil yang hampir tak terlihat oleh mata tersemat di bibirnya saat ini.
Andrew merasa kagum. Bagaimana tidak, dari sekian banyak pelayan wanita di kediaman tuan Al nya, baru kali ini dirinya melihat seorang pelayan wanita yang menggunakan hijab, dengan pakaian tertutup hingga ke ujung kaki nya.
Bisa Al pastikan, jika pelayan wanita di depannyaini adalah wanita baik - baik dan sangat menjaga kodratnya sebagai seorang wanita.
" Kenapa kamu hanya diam, duduklah ". Perintah Al.
Adinda pun duduk di sebuah sofa panjang dan sangat empuk yang ada di ruangan itu. Entah mendapat angin darimana, tiba - tiba saja Al beralih dari kursinya dan berpindah tempat dan duduk di sofa yang sama dengan Adinda.
Sontak saja hal itu membuat Adinda merasa ketakutan. Bayang - bayang akan kejadian dimana dirinya telah dinodai oleh tuannya kembali teringat.
" Kalau tidak salah, nama kamu Adinda bukan? ". Setelah dirinya berhasil mendaratkan tubuhnya di sofa yang empuk itu.
" I, iya tua ". Sahut Adinda gugup dengan kepalanya yang masih menunduk.
" Aku sengaja memanggilmu kemari, karena aku ingin mengenal kamu lebih baik lagi. Seperti kamu ketahui, aku tidak terlalu suka kalau terlalu banyak pelayan di rumah ini, jadi yang bekerja di sini hanya orang - orang pilihan saja " Ujar Al menjelaskan.
" Nama lengkap kamu siapa Adinda? ". Tanya Al.
" Nama saya Adinda Zilvanya Kanzu tuan ". Sahut Adinda.
" Nama yang indah ". Serunya.
" Kamu terlihat masih sangat muda, memangnya berapa usiamu Adinda? ". Tanya Al lagi.
" Usia saya delapan belas tahun tuan ". Sahut Adinda.
Al sudah menduganya jika gadis di depannya ini masih berusia belasan tahun, hal itu terlihat dari wajahnya yang masih imut dan terlihat polos.
" Kalau boleh aku tahu, siapa nama ayah kamu Adinda? ". Lanjut Al bertanya.
" A, ayah saya bernama Budi Sudirman tuan ". Sahutnya.
" Apa pekerjaan ayahmu? ". Tanya Al lagi.
" A, yah saya, sudah tidak bekerja tuan, hanya mengurus kebun kecil di rumah. Kesehatan beliau yang menurun tidak me- mungkinkan ayah saya untuk bekerja tuan ". Sahut Adinda menjelaskan.
Al terdiam. Dirinya cukup prihatin terhadap kondisi Adinda. Bisa Al pastikan jika gadis berhijab di depannya ini sangatlah membutuhkan pekerjaan. Dari hal ini pula Al yakin jika gadis di depannya ini akan bersungguh - sungguh dalam bekerja. Dan orang seperti inilah yang Al inginkan, bersungguh - sungguh dalam bekerja.
" Ibumu bagaimana, apakah ibumu juga bekerja? ". Lanjut Al lagi.
Bukan tanpa sebab dirinya bertanya seperti itu. Setelah ayah Adinda tidak bekerja, bukan tidak mungkin jika ibunya juga ikut bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
" I, ibu tidak bekerja tuan, karena beliau sudah kembali pada yang maha kuasa ". Jawab Adinda lirih.
Al tersentak kaget, begitupun dengan Andrew yang sedari tadi hanya diam menyimak. Al merasa bersalah.
" Maaf Adinda, aku tidak tahu hal itu ". Ucap Al merasa bersalah.
" Tidak apa - apa tuan ". Sahut Adinda.
" Ya sudah, hanya itu yang aku tanyakan. Bekerjalah dengan baik di rumah ini. Jangan kecewakan ayahmu ". Ujar Al pada akhirnya.
" Te, terima kasih tuan ". Sahut Adinda.
Adinda berusaha bangkit dari posisinya. Karena dirinya yang sedari tadi memang merasa takut dan gugup, membuat Adinda tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya. Alhasil tubuhnya menjadi limbung ke depan dan membuatnya hendak terjatuh.
" Akkhh..... astagfirullah ".
Seketika itu Adinda langsung memekik. Ia takut dirinya akan terjatuh. Tetapi tunggu dulu. Apa ini?, kenapa badannya terasa seperti ada yang seperti menahan.
Hingga tatapannya kini mengarah pada sesuatu yang merangkul tubuhnya. Terlihat ada sepasang tangan kekar yang sedang merangkul tubuh mungilnya itu dengan begitu eratnya. Hingga pandangan nya Adinda arahkan pada sang pemilik tangan kekar itu.
Mereka saling menatap. Ada rasa yang aneh di hati Al saat menatap wajah Adinda. bayang - bayang akan dirinya di malam yang gelap gulita itu tiba - tiba saja berseliweran di otaknya.
Al teringat akan saat - saat dimana dirinya dengan begitu teganya telah mengkungkung seorang gadis dan menggagahi nya tanpa ampun, itu muncul begitu saja. Entah mengapa rasa bersalah begitu mencuat dengan begitu kuatnya di hatinya saat ini.
" Ya Tuhan, kenapa aku merasa bersalah pada gadis ini ..... ".
Bersambung.....
Buat teman - teman yang sudah menunggu maaf ya Author baru update, soalnya sibuk sama persiapan penyelesaian skripsi. Mohon bantuan doa nya ya ☺🙏❤.
🌹🌹🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
epifania rendo
berusahalah untuk ingat al
2023-12-04
0
Yusria Mumba
semoga, al mengingat malam itu,
2023-11-13
1
Kar Genjreng
semoga ada yang melihat Sintia lagi kencan...biar kapok...nah Al bisa kan merasakan ada getaran jantung ❤️❤️ ketika berdekatan dan memegang tubuh Adinda...🤭🤭🤭😮😮😮
2022-12-04
0