Ayu memakai reben itu. " Ini lebih baik, agar jika ada teman yang kebetulan cari angin kepantai ini, mereka tak mengenaliku dengan mudah. " Fikir Ayu menikmati reben yang dipinjamkan pria itu.
" Senang akhirnya adik mau berjalan- jalan denganku dik..." Katanya setelah mereka dijalanan. Ayu hanya membalas dengan senyuman, sembari fokus dijalanan. Begitu sampai didepan lapangan pinggir pantai, mereka berhenti dan memarkir kendaraan didepan tukang sate.
" Kok bisa kompakan pilih satenya! " kata mereka saling menunjuk. Lalu Sahman turun dari motor. kemudian memesan dua bungkus sate dengan lontong dan dua bungkus tulang.
" Emang suka tulang juga? tanya Ayu girang.
" Iya, ini nikmatnya sate sini. Adik suka kan? Ini buat bekal kita dipantai T. " katanya. Ayu hanya manggut- manggut.
Santai sore dipantau T. Duduk dilesehan, memandang ombak sambil makan sate, cukup bisa mengurangi rasa pusing yang akhir- akhir ini dirasakan Ayu. Mereka tak bicara ketika menikmati satenya. Hanya senyum manis yang menghias bibir mereka masing- masing. Menandakan mereka cukup senang dan menikmati pertemuan tak sengaja ini.
Setelah menikmati sate sambil memandang laut lepas. Azan Ashar terdengar berkumandang dari kejauhan.
Membuat Ayu tersintak.
" Ayu jauh, tak bisa menunggu Sunset. Habis Shalat langsung pulang." Ujar Ayu lirih.
" Baiklah...Ayo...Tapi sebelum pergi, Ayu tolong kasih Abang no telfon dulu. Kalau nomor Abang ada dikartu tadi. " katanya.
Tak usah kasih nomor, biar Ayu saja yang menghubungi." Ayu mencoba mengelak.
" Hubungi sekarang...Jangan menunggu pergi. " kata pria itu mendominasi.
Ayu terjebak, terpaksa mengikuti saran pria itu. Auranya begitu kuat. Satu detik saja, nomornya sudah tersimpan diKontak pria itu.
" Makasih...Abang juga ada sampingan sebagai penceramah, selain kerja dikantor. Kalau adik ada acara pengajian bulanan diMesjid, boleh berkabar padaku, kalau jadwal kosong, dihari libur, Abang mau datang. Itu tak perlu Amplop." Jelasnya sembari tersenyum.
" Promo ni ye? tak apa, bila ada acara diMasjid kampung, tak masalah, nanti Ayu usul pada Garimnya, kebetulan juga saudara."
" Oke..." Ujarnya pendek, lalu ia mulai berjalan menuju pemilik lesehan untuk membayar minuman.
Ayu melambaikan tangannya, lalu berlalu menuju parkiran motor meticnya. Kemudian ia berangkat menuju Mesjid terdekat.
********
Sementara dengan tidak bahagia sedikitpun. Raja Sahman melangsungkan
upacara pernikahannya dengan Nini dan Zahra. Setiap acara yang dilalui tanpa sedikitpun ada dihatinya. Sahman hanya memikirkan Ayu saja dihatinya.Ia mencoba memandang Ayu dari jauh, tapi entah mengapa hari ini ia tak dapat sedikitpun melihat bayangannya. Fikiran raja muda itu makin tak menentu.
" Ada apa gerangan, mengapa seperti ada yang menutupi pandanganku darinya. Aku sungguh heran, apa yang terjadi dengan istriku, mungkinkah karna pernikahan ini, akhirnya Ayu benar- benar melupakanku. " Tanya hatinya.
Setelah kembali kekamarnya, tiba- tiba Sahman merasa sendu.
Jangankan untuk bermalam dikamar Nini atau Zahra, memandang mereka saja Sahman begitu enggan.
Sementara dikamarnya. Zahra berfikir keras tentang hubungannya dengan Sahman.
" Apa yang bisa kita kulakukan? Menatap saja raja tak mau padaku. Sepertinya perasaannya hanya untuk perempuan dari jenis manusia itu saja. Sedang padaku dan Nini, sepertinya tiada harapan.
Tiba - tiba ia dikejutkan oleh suara. " Jangan menyesalinya, ayahmu yang memaksaku melakukan pernikahan ini, hati sampai kapanpun akan sama. Pernikahan kita hanya diatas perjanjian saja.
Zahra kemudian terdiam, raja Sahman kembali memperingatkan isi hatinya.
Dibandingkan dengan Suaminya, kemampuan Zahra tak ada apa- apanya.
" Coba ada niat buruk dihatimu ingin kau wujudkan sedikit saja, maka kau akan menanggung konsekwensinya, jangan pernah menyalahkan Ayu, atas cintaku yang tak bisa kalian miliki, ia tak boleh mendapat cela batang sedikitpun! Suara Sahman begitu mencekam, Zahra makin tak berdaya.
Kalau ia tahu bakal ditolak habis- habisan begini, takkan berani ia memimpikan Raja tampan ini dari dulu.
Bahkan ia sampai sakit- sakitan karna menginginkan Sahman, setelah Ayahnya menghantarkannya pada pria itu, ia ternyata tak berarti. Dengan lesu, Zahra melemparkan tubuhnya ditempat tidur.
Ayu sampai dirumahnya pukul 06 sore. Ini disebabkan ia terlalu santai membawa motornya. Entah mengapa, pertemuannya dengan Pegawai pariwisata yang bergelar MA ini membuat hatinya sedikit ringan, fikirannya jadi rileks. Lebih anehnya lagi, ia merasa geli dan kadang ingin senyum sendiri.
" Ada apa nak? nampaknya Ayu sedang bahagia, apa yang terjadi, bisa dibagi dengan ibu. " kata ibunya pada Ayu usai makan malam.
" Ayu biasa saja bu...ngak ada yang aneh,
cuma habis rekreasi kepantai, jadi agak terbawa sejuk angin laut. " katanya dengan senyum tipis.
" Kami sudah tua, sejak kecil Ayu bersama ayah dan ibu. Hanya beberapa tahun saja dikota Padang. Kami tahu betul putri kami, belum pernah kami melihat Ayu sesenang ini, tolong beri cerita, hanya Ayu yang kami punya, andai ada kabar gembira, kami akan sangat senang. " Pras Ayah Ayu menimpali.
" Aku hanya baru berkenalan dengan orang baru dari kota P ayah, itu hanya baru kenal, mana Ayu berani berkabar, apalagi berharap, sedang yang telah lalu, sudah hampir menikah saja gagal. " Ayu menjawab seraya tersenyum pahit.
Ibu Aini mendatangi Ayu, ia memeluk putrinya. " Maaf nak..Kami tak seharusnya mengingatkanmu pada lukamu, kami terlalu tergesa- gesa. Tapi ibu mohon jangan berputus asa. " Ucap Aini lirih.
" Tenanglah ayah dan Ibu...anakmu pantang putus asa, hanya belum ada harapan saja. " katanya kemudian.
Getaran telfon dimeja, mengejutkan mereka. Ayu memeriksa telfonnya, lalu menyentuh sambungan.
" Assalamualaikum..." Ayu membuka kata.
Terdengar balas Salam yang lebih panjang dari sebrang sana.
" Besok Abang balik subuh- subuh. Ada keperluan mendesak. Kalau Ayu sempat, lihat- lihat nenek Abang kesini, Abang senang sekali.
" Baiklah...Ayu kalau kesana akan mampir, tenang, sudah tahu alamat nya.
" jawab Ayu riang dan tanpa beban.
" Abang senang...Nenek juga senang dengan Ayu, kata nenek pertemuan tadi terlalu singkat, ia ingin banyak perjumpaan lagi dengan Ayu. " kata suara dari seberang.
" Baiklah...Ayu akan mampir, bila Ayu arah sana. "
" Oke...mudah- mudahan Angin darat selalu berembus, membawa Ayu selalu merindukan nenek, setelah itu cucunya juga. " Suara dari sana sedikit terdengar narsis.
" Kalau nenek mungkin bisa...tapi kalau cucunya belum tentu. Nampaknya cucunya tipe pria playboy, Ayu tak mau merindukan orang yang merindukan banyak perempuan. " Ucap Ayu semaunya
Terdengar tarikan nafas berat dari seberang. Terlalu cepat mengatakan suka bukan berarti Playboy. Nanti Abang pasti buktikan. Kalau sudah dapat waktunya, Abang akan membuat kejutan, biar Ayu tahu rasa, sudah berani menuduh sembarangan. " katanya kemudian.
" Ditunggu kejutannya, tapi jangan menyakitkan, Ayu sudah bosan. " tantang Ayu, entah mengapa ia begitu berani pada pria yang baru ia jumpai ini.
" Hanya pria berusia masalah yang mau menyakiti perempuan sembarangan. Abang rasa, Abang bukan tipe pria bermasalah, tunggu dan akan ada bukti nyata Insya Allah..." ucapnya mantap.
" Hhum...kedengarannya azan Isya berkumandang, Cukup dulu ya pa Ustadz, Kita tutup telfonnya dulu. Assalamualaikum..." ucap Ayu spontan setelah mendengar suara Azan. Setelah salam dijawab, Ayu memutus sambungan.
Ditempat tidur Ayu raja Sahman sedari tadi memperhatikan Ayu yang begitu riang dengan telfonnya. Hatinya yang keruh semakin menggelap.
Ketika ingin duduk ditempat tidurnya, Ayu. terkejut." Kau disini? bukankah ini malam pernikahanmu? " tanya Ayu sembari mengernyitkan dahinya.
" Entahlah...Aku sepi dalam keramaian memikirkan Ayu, kiranya disini Ayu sangat bahagia, bahkan tak teringat sama sekali denganku. " Raja Sahman merungut bagai anak kecil yang mainannya direbut kawannya.
" Ayu hanya merasa sepi, lalu mencoba berjalan- jalan, ketemu dengan seseorang yang namanya sama denganmu. Terus apa ada salah? " Jelas Ayu jujur. Ayu lalu menyentuhnya pundak Sahman.
" Tidak...Ayu tak ada salah..Hanya aku yang cemburu. " Sahman lebih mengaku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Dari Awal juga kalian udah tau,Kalian aja yg terlalu nekat,Nah sekarang jangan salahin Ayu yg menjadi TAHTA tertinggi di hati raja kalian..
2025-02-27
0