Kepergian Nadia menimbulkan duka yang mendalam bagi Galen, sehingga ia menunda acara pertunangan putrinya hingga dua bulan kedepan.
Galen meminta Fahri untuk bersabar menunggu, dan Fahri sangat mengerti dengan kondisi yang terjadi, ia pun bersedia menunggu.
"Terima kasih ya, kamu sudah bersedia untuk menunggu" ucap Galen kepada Fahri, usai menggelar acara pengajian yang ke tujuh hari.
"Akusangat mengerti Om, lagi pula tidak etis rasanya menggelar acara pertunangan di tengah suasana yang masih berduka" ucap Fahri, kemudian ia pamit kepada kedua orang tua Gwen untuk ke kembali ke Surabaya setelah satu minggu Fahri berada di Jakarta bertakziah ke rumah Gwen.
"Hati-hati ya" ucap Ghaizka saat Fahri mencium tangannya, kemudian Fahri beralih ke Tara dan Rey yang juga sedang berada sebelah Ghaizka.
Fahri menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari keberadaan Gwen, ia ingin berpamitan juga dengannya.
"Gwen tadi masuk ke dalam, kamu cari saja di dalam" Galen mempersilahkan Fahri untuk mencari sendiri keberadaan putrinya.
Fahri melangkah masuk ke dalam ruang keluarga, namun ia tak menemukan Gwen, salah seorang asisten rumah tangga Gwen memberi tahu Fahri jika Gwen sedang berada di dapur.
Fahri mempercepat langkahnya menghampiri Gwen di dapur, samar-samar Fahri mendengar Gwen tengah mengobrol dengan Felly.
" Well done" Felly menaruh steak buatannya di piring Gwen, Felly meminta Gwen untuk mencicipi steak buatannya.
"Emmm... yummy.." Gwen mulai mengunyah steak buatan Felly.
"Enak banget mah, rasanya sama persis seperti buatan Bang Ezra"
Meski sudah beberapa tahun berlalu namun Gwen masih mengingat dengan jelas rasa steak yang pernah Ezra buatkan untuknya.
"Bang ezra kan resepnya dari mama, jadi wajar saja jika rasanya sama. Kamu habiskan ya sayang" Felly mengelus kepala Gwen dan menciumnya, kemudian Felly duduk di sebelah Gwen yang tengah menikmati steak buatannya.
'Ezra???' gumam Fahri, langkah Fahri sempat terhenti ketika Gwen dan Felly menyebut nama Ezra.
"Hai Fahri, kamu mau makan juga?" Felly yang melihat Fahri berdiri tidak jauh dari dapur, langsung menyapanya.
"Tidak terima kasih tante, aku hanya ingin berpamitan saja" Fahri kembali melangkahkan kakinya mendekat ke arah Gwen.
"Aku pulang dulu ya sayang" ucap Fahri kepada Gwen.
Gwen menganggukan kepalanya, hanya sebentar ia melihat ke arah fahri kemudian ia melanjutkan kembali menikmati steak buatan Felly.
"Kok buru-buru?" tanya Felly.
"Aku mau kembali ke Surabaya tante, ada pekerjaan yang harus aku selesaikan." Fahri menyalami Felly.
"Hati-hati ya, sukses untuk pekerjaannya" ucap Felly.
"Terima kasih tante, aku pamit pulang dulu" ucap Fahri kepada Felly, kemudoannia beralihnke Gwen "Assalamualaikum Gwen."
"Walaikumsalam Mas Fahri, hati-hati ya" jawab Gwen tanpa menoleh ke arah Fahri.
Fahri pun meninggalkan kediaman Gwen setelah ia berpamitan kepada seluruh keluarga besar Gwen.
Felly merasakan ada yang mengganjal dalam hubungan Gwen dan Fahri, Gwen nampak cuek terhadap Fahri, bahkan Gwen tak mengantar Fahri ke depan. Felly mencoba memberanikan diri untuk bertanya kepada Gwen.
"Gwen, boleh mama bertanya sesuatu kepadamu?" Felly mengelus kepala Gwen.
"Tentu saja mah."
"Apa kamu benar-benar mencintai Fahri?" Felly menatap Gwen yang tengah menghabiskan steak buatannya.
Sesaat Gwen terdiam, ia tak bisa menjawab pertanyaan Felly.
"Aku akan belajar mencintainya, bukankah cinta akan tumbuh seiring berjalannya waktu? Kalo kata orang jawa Witing Tresno Jalaran Soko Kulino." Gwen mencoba menjawab pertanyaan Felly dengan santai dan tersenyum, ia tidak ingin Felly mengetahui jika dirinya masih belum move on dari Ezra.
"Sejak kapan kamu bisa bahasa Jawa? haha.."
Felly berharap jika suatu saat Gwen akan melupakan putranya dan dapat mencintai Fahri sepenuhnya, begitu pun dengan Ezra dapat melupakan Gwen dan menemukan wanita seiman yang ia cintai.
"Mama tidur di sini ya, besok aku kembali ke Osaka, nanti aku pasti akan rindu dengan mama" pinta Gwen.
Melihat sosok Felly yang mirip sekali dengan Ezra dapat sedikit mengobati kerinduannya pada Ezra, Gwen ingin semalam saja bisa bersama dengan Felly sebelum dirinya berangkat lagi ke Osaka.
"Mamah ijin papa dulu ya" Felly beranjak dari tempat duduknya menghampiri Rey yang sedang mengobrol bersama Galen, Tara dan Ghaizka.
Melihat istrinya mendekat ke arahnya, Rey meminta Felly untuk duduk di sebelahnya.
"Aku boleh menginap disini, menemani Gwen?" tanya Felly.
Meski sedikit terkejut, Rey mengijinkan istrinya untuk menginap di rumah Galen.
"Nanti pagi aku jemput ya, temani aku ke gereja" ucap Rey sambil mengecup pipi istrinya.
"Thanks ya pah" ucap Gwen, rupanya ia mengikuti Felly dari belakang, Rey tersenyum ke arah Gwen sambil menganggukan kepalanya.
"Yuk mah" Gwen mengulurkan tangannya mengajak Felly untuk istirahat di kamarnya.
"Bye honey, good night" Felly mengecup pipi suaminya, kemudian ia beranjak dari tempat duduknya, saat Felly hendak melangkahkan kakinya, Rey menahan istrinya dengan memegang tangannya.
Felly membalikan tubuhnya menghadap suaminya, ia melihat Rey mencium tangannya.
"Good night honey" ucap Rey.
Felly tersenyum sambil mengelus wajah suaminya, kemudian ia berjalan menuju kamar Gwen sambil menggandeng tangan Gwen.
Sesampainya di kamar Gwen, mereka berdua berbincang hingga larut malam, Gwen banyak bercerita tentang kegiatannya selama kuliah di Osaka, obrolan tersebut berlanjut sampai di titik dimana gwen menanyakan kabar Ezra.
"Puji tuhan kabar Abang baik, ia sedang membuat tesis. Mudah-mudahan semuanya berjalan dengan lancar sehingga Abang bisa cepat mendapatkan gelar S2nya."
"Aamiin." Gwen turut senang sekaligus bangga mendengarnya.
"Mah, apa di sana Abang sudah memiliki kekasih?" tanya Gwen kembali.
"Emmm...." Felly berfikir sejanak untuk menjawab pertanyaan Gwen.
"Mama belum tahu pasti sih karena Abang belum cerita kepada mama, tapi pada saat mamah ke L.A Abang pernah membawa seorang wanita ke apartement, Abang mengenalkan ke mama hanya sebagai teman" ucap felly.
"Abang dekat dengan seorang wanita?" tanya Gwen seakan ia tak percaya jika Ezra berani membawa seorang wanita ke apartementnya.
"Kalau tidak salah namanya Gabriella, adik tingkatnya di kampus, ia berasal dari Singapore, uniknya mereka justru kenal pada saat di gereja bukan di kampus" lanjut Felly.
Dada Gwen terasa sangat sesak, ada perasaan cemburu dalam dirinya yang tidak mungkin ia ungkapkan kepada Felly.
"Sudah larut malam, aku tidur dulu ya mah. Good night." Gwen membalikan tubuhnya membelakangi Felly, kemudian ia menarik selimut menutup sebagian wajahnya menyembunyikan air mata yang menetes ke pipinya.
Ia tak rela Ezra memiliki hubungan dengan dengan wanita lain, namun ia juga tak mampu mencegahnya, ia memegang gelang pemberian Ezra yang masih melingkar di lengan tangannya.
"Maafin mama sayang, mamah terpaksa berbohong agar kamu bisa melupakan Ezra dan bisa mencintai Fahri" gumam Felly dalam hati, ia mengelus kepala Gwen dengan lembut.
Felly sendiri benci dengan dirinya yang tega melukai hati Gwen hanya agar Gwen melupakan putra sulungnya.
"Tuhan apa yang harus aku lakukan? aku tidak ingin menyakiti hati orang yang aku sayang" Felly mencium kepala gwen.
Tadinya ia pikir dengan memisahkan jarak antara Gwen dan Ezra keduanya bisa dengan mudah saling melupakan, namun nyatanya baik gwen maupun Ezra sama-sama tidak dapat move on.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
༄༅⃟𝐐✰͜͡w⃠🆃🅸🆃🅾ᵉᶜ✿☂⃝⃞⃟ᶜᶠ𓆊
kenapaa 🥺🥺🥺🥺🥺
2021-10-13
1
*🍒🥝🌹*
hooh sedih, beda prinsip ya, yg prnh merasakan psti tau rasanya 😔
seamiin tpi beda seiman, 😥
2021-10-09
6
Rahmalia Maricar
mampir thor semangat
2021-10-08
1