Kabar rencana pertunangan Gwen pun sampai juga ketelinga Felly dan Rey, ghaizka sendirilah yang memberi tahu Felly, bahkan Ghaizka meminta bantuan Felly untuk membantunya menyiapkan acara pertunangan putri sulungnya.
Tentu saja dengan senang hati Felly membantu Ghaizka menyiapkan acara pertunangan Gwen dan Fahri, setelah ia kembali dari L.A.
Sebelum Felly berangkat menemani Ghaizka meeting dengan pihak WO, Rey mewanti-wanti istrinya untuk tidak menanyakan hal yang macam-macam mengenai pertunangan Gwen.
"Ingat ya ini semua keputusan Gwen, jadi kita harus menghargai keputusannya, kita tidak berhak mencampurinya" ucap Rey dengan tegas.
"Ia sayang, aku mengerti."
"Abang sudah tahu jika gwen akan bertunangan?" tanya Rey.
"Aku sengaja tidak memberitahunya, aku ingin ia konsentrasi menyelesaikan tesisnya. Untuk sementara seperti ini saja dulu, biarkan ia meraih cita-citanya. Aku tidak ingin ia terburu-buru mengenal cinta kembali, sebelum ia benar-benar melupakan Gwen" ucap Felly.
Padahal kenyataanya justru Ezralah yang terlebih dahulu mengetahui jika Gwen telah di lamar oleh Fahri, hanya saja Ezra tak membahasnya ketika Ibundanya mengunjunginya di L.A.
"Ya sudah, Aku pergi dulu ya" Felly mengambil kunci mobilnya kemudian ia mencium tangan suaminya.
"Kamu yakin mau nyetir sendiri?" Rey khawatir istinya jet lag karena baru saja tiba dari L.A.
"Aku baik-baik saja sayang" Felly mencium pipi dan bibir suaminya, kemudian Rey meraih tubuh istrinya dan memeluknya dengan erat.
"Aku rindu sekali denganmu" Rey semakin mempererat pelukannya, beberapa hari di tinggal ke L.A membuatnya sangat merindukan istrinya.
"Nanti malam ya, siang ini kan kamu mau ke gereja" ucap Felly dengan tatapan menggoda, ia mengedipkan sebelah matanya dan kembali mendaratkan satu kecupan manisnya di pipi suaminya sebelum ia melangkahkan kakinya keluar dari kediamannya.
Felly menepikan mobilnya tepat di depan kantor Ghaizka, dari dalam mobil ia melihat Ghaizka telah menunggunya di lobby kantornya. Gahizka pun langsung masuk ke dalam mobil Felly.
"Maaf ya Kak aku merepotkan" ucap Ghaizka sambil menutup pintu mobil Felly, kemudian ia memeluk dan mencium kedua pipi Felly.
"Enggak kok santai aja, oh ia anak gadis kesayanagnku mana?" Felly mencari keberadaan Gwen.
"Gwen masih di Osaka, ia sendang UAS. Baru H-2 nanti dia akan pulang, jadi aku sendiri yang mengurus acaranya, karena orang tua Fahri sudah tidak ada, tapi anti Fahri akan ikut membantu, ia bolak balik Jakarta-Surabaya untuk mengurus acara ini" terang Ghaizka.
"Aku pikir anak gadisku sudah pulang ke Jakarta, aku benar-benar sangat merindukannya" ucap Felly dengan nada kecewa "ya sudah kalo begitu acaranya di hotel mana Ghaiz?" sambung Felly
"Di Thamrin, tempat biasa Kak"
"Okay" Felly menyalakan GPSnya mencari rute yang tidak macet agar bisa sampai ke tujuan dengan cepat.
"Ezra apa kabarnya Kak?" Ghaizka mulai menanyakan kabar Ezra, sama halnya dengan Felly, Ghaizka pun merindukan Ezra. Bocah yang dulu sering menemaninya saat suaminya tengah tugas ke luar Negeri, kini bocah itu sudah tumbuh dewasa dan memiliki dunianya sendiri.
"Puji tuhan baik, ia sedang menyelesaikan tesisnya. Doakan ya semoga lancar dan bisa lulus tahun ini." Felly tersenyum kearah ghaizka.
"Pasti Kak, aku akan selalu mendoakannya" Ghaizka tersenyum sambil menganggukan kepalanya.
Felly mengungkapkan jika dirinya merasa kesepian sejak ketiga anak-anaknya menempuh pendidikan di luar negeri.
"Jika di terima di Oxford, tahun depan pun Gibran akan tinggal di Britania Raya bersama unclenya (Tara)" ucap Ghaizka, ia membayangkan suasana rumah yang akan terasa sangat sepi karena anak-anaknya sudah beranjak dewasa.
"Tidak berasa ya, mereka berlima sudah dewasa dan memiliki kesibukan masing-masing" ucap Felly, keduanya berbincang mengenai pencapaian anak-anak mereka yang semakin bertumbuh dewasa, hingga mereka sampai di hotel yang di tuju.
Saat meeting berlangsung, Felly banyak memberikan masukan mengenai posisi dekor penempatan buffet dan gubukan serta setingan dekor venue secara keseluruhan.
Melihat Felly yang begitu antusias membantu dirinya menyiapkan acara pertunangan Gwen dan Fahri membuat Ghaizka sangat terhenyuh akan kebaikan sahabat yang telah ia anggap sebagai kakak sendiri.
"Andai kata kita tidak berbeda, mungkin ini akan menjadi acara kita" gumam Ghaizka, ia menghela nafasnya berat.
Tiga minggu sudah felly dan ghaizka di sibukkan mengurus persiapan acara pertunangan Gwen dan Fahri, semua persiapan sudah hampir rampung hanya tinggal menunggu kedatangan Gwen pulang ke Indonesia.
Di H-5 tiba-tiba saja kondisi Nadia (Eyang putri Gwen) menurun, hingga beliau harus di larikan ke rumah sakit, hingga keesokan harinya kondisi Nadia terus mengalami penurunan, dokter memutuskan untuk merawat Nadia di ruang ICU.
"Bertahanlah Mih, Galen akan membawa Mami ke Singapore" kali ini perasaan galen sudah tidak enak, ia begitu sangat mengkhawatirkan kondisinya Maminya.
"Ti-tidak perlu, Nak" tangan meraih tangan putranya, menahan putranya yang ingin pergi ke ruang administrasi untuk mengurus surat perpindahan perawatannya ke Singapore.
"Ma-mami sudah sangat rindu dengan Daddymu" ucap Nadia dengan terbata-bata.
"No mom, please don't leave me" Air mata galen mulai menetes di pipinya ia mencium tangan maminya yang telah berkerut.
"Terima kasih sudah menjadi anak yang baik dan sangat membanggakan, meski tak lahir dari rahimku, namun kau lahir dari hatiku, aku sangat menyayangimu. Jaga Tara dan juga keluargamu, lebih bijak lagi dalam bersikap" nafas Nadia mulai menjadi sangat lambat.
Air mata Galen mengalir deras di pipinya ketika maminya meminta Galen untuk membimbingnya mengucapkan La ilaha illallah (Tiada Tuhan selain Allah). Meski berat untuk melepas kepergian ibundanya, perlahan Galen membisikan di telinga kanan ibundanya 'La ilaha illallah' di tarikan nafas terakhir ibundanya.
"Thanks for everything mom, I love you so much" Galen mencium kening Ibundanya kemudian ia membacakan doa dan menutup mata ibundanya.
Jenazah Nadia di semayamkan di kediamannya, menunggu kepulangan Gwen, Tara dan keluarga besar dari Bandung dan Singapore.
Rey bersama istri dan putranya Erich yang kebetulan sedang berada di Jakarta datang ke kediaman Galen untuk bertakziah.
"Aku turut berduka cita atas kepergian Mami Nadia" Felly memeluk hangat Ghaizka yang tengah menangisi kepergian Ibundanya, Felly sama sekali tak beranjak sedikitpun dari tempatnya, ia terus berada di samping Ghaizka, menemani sahabatnya itu.
Sedangkan suaminya menemani Galen yang juga tengah terpukul atas kepergian ibundanya, dan Erich sendiri tentu menemani Gibran.
Pukul 23.00 malam gwen tiba di Bandara Soekarno-Hatta, ia bergegas menuju kediamannya, sesampainya di kediamananya Felly menyambut kedatangan Gwen.
"Mama hiks..."Gwen menangis di pelukan Felly.
Felly mengelus kepala Gwen dengan lembut, ada perasaan sakit di dadanya melihat wajah gadis yang sudah ia anggap putrinya itu, tampak pucat dan tubuhnya yang sangat kurus.
"Masuk yuk sayang" Felly menghapus air mata Gwen yang mengalir deras di pipinya, Felly merangkul pundak Gwen masuk ke dalam ke tempat jenazah eyangnya di semayamkan.
"Mommy mana mah?" tanya Gwen.
"Mommy baru saja tertidur, dia pasti sangat lelah" Felly menunjuk ke arah ghaizka yang tengah bersandar di bahu galen sambil memeluk al-qur'an, Ghaizka baru saja selesai mengaji bersama dengan Galen, Gibran dan keluarga lainnya.
Gwen berjalan mendekat ke arah jenazah eyangnya, Gwen masih tak menyangka jika eyangnya telah pergi meninggalkannya secepat ini.
"Eyang hiks.." Air mata Gwen kembali menetes saat ia melihat tubuh eyangnya yang terbujur kaku.
"Ikhlas sayang..." bisik Felly sambil kembali merangkul bahu Gwen dan mengelusnya dengan lembut.
Setelah Gwen terlihat lebih tenang Felly meminta Gwen untuk mengganti pakaiannya.
"Ganti baju dulu yuk sayang, kamu mau mengajikan?" tanya Felly
Gwen menganggukan kepalanya, ia meminta Felly menemaninya ke kamarnya, Felly pun menuruti permintaan Gwen, ia menggandeng tangan Gwen masuk ke dalam kamarnya.
Saat Gwen tengah mengganti pakaiannya di kamar mandi, Felly mendekat ke arah meja belajar Gwen, ia melihat Gwen masih memajang foto-foto kebersamannya dengan putra sulungnya.
"Maafkan kami yang telah memisahkanmu dengan Ezra" gumam Felly, ada rasa penyesalan di dirinya namun ia tak punya pilihan lain.
"Yuk mah" ajakan Gwen membuyarkan lamunannya, Gwen menggandeng tangan Felly turun kebawah kembali bergabung bersama Mommynya.
Meski ia berbeda keyakinan, semalaman Felly terus berada di samping Gwen dan Ghaizka menemani mereka berdua. Tak hanya Felly, Rey dan Erich pun menginap di kediaman Galen.
Keesokan paginya saat jenazah Nadia telah di shalatkan, Tara datang bersama dengan istri dan putra semata wayangnya.
Tara menangis sambil memeluk Galen, ia teringat akan semua kebaikan Nadia kepadanya.
"Doakan Mami ya Dek" Galen mencoba menguatkan tara, meski hatinya pun sangat sedih atas kepergian ibundanya.
Jenazah Nadia langsung di kebumikan di samping kiri makam suaminya (Alex).
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
༄༅⃟𝐐✰͜͡w⃠🆃🅸🆃🅾ᵉᶜ✿☂⃝⃞⃟ᶜᶠ𓆊
semoga Gwen dpt yang terbaik 🥰
2021-10-13
0
L i l y ⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈💦
Semangat Gween semoga kamu bisa berbahagia dengan Fahri
2021-10-07
4
I'M Yacem
semoga gwen dan ezra bersatu thor
2021-10-07
2