BAB 1

Ezra, Erich, Ernest, dan Gibran mulai memainkan alat musik mereka masing-masing, dari bawah panggung Galen berjalan naik ke atas panggung dan mulai menunjukan kebolehannya Nge-Rap.

Galen berserta band anak-anaknya membawakan lagu Hidup Berawal Dari Mimpi, yang di populerkan oleh Bondan Prakoso. Mereka tampil sebagai band pembuka diacara pentas seni sekolah mereka, yang kebetulan Galen datang untuk memenuhi undangan acara pentas seni tersebut.

Yo, 'ku jelang matahari dengan segelas teh panas

Di pagi ini 'ku bebas, karena nggak ada kelas

Di ruang mata ini, kamar ini serasa luas

Letih dan lelah juga lambat-lambat terkuras

Teh sudah habis, kerongkongan 'ku pun puas

Mulai 'ku tulis semua kehidupan di kertas

Hari-hari yang keras, kisah cinta yang pedas

Perasaan yang was-was dan gerakku yang terbatas

Tinta yang keluar dari dalam pena

Berirama dengan apa yang 'ku rasa

Dalam hati ini ingin 'ku rubah semua

Kehidupan monoton penuh luka putus asa.

Diatas panggung Galen berdiri disamping putri sulungnya, sambil Nge-Rap ia merangkul pundak Gwen. Setelah daddynya selesai Nge-Rap, kini giliran Gwen menunjukan kebolehan dalam bernyanyi.

Tinggalkanlah gengsi, hidup berawal dari mimpi

Gantungkan yang tinggi agar semua terjadi

Rasakan semua, peduli 'tuk ironi tragedi

Senang, bahagia, hingga kelak kau mati

"Daddy" Gwen mempersilhkan daddynya untuk kembali Nge-Rap.

Yo, yo, dunia memang 'tak selebar daun kelor

Akal dan pikiranku pun 'tak selamanya kotor

Membuka mata hati demi sebuah cita-cita

Melangkah pasti, pena dan tinta berbicara

Tetapkan pilihan 'tuk satu kemungkinan

Sebagai bintang hiburan dan terus melayang

'Tak heran ragaku terbalut label mewah

Cerminan seorang raja dalam cerita Cinderella

Ini bukan mimpi atau halusinasi

Sebuah anugerah yang 'kan 'ku nikmati nanti

Hasil kerja kerasku terbayar lunas, tuntas

Melakoni jati diri sampai puas

Selelah daddynya selesai Nge-Rap, Gwen menyelesikan bait terakhir dari lagu tersebut.

Tinggalkanlah gengsi, hidup berawal dari mimpi

Gantungkan yang tinggi agar semua terjadi

Rasakan semua, peduli 'tuk ironi tragedi

Senang, bahagia, hingga kelak kau mati

Hingga kelak kau mati

Hingga kelak kau mati....

Galen dan band anak-anaknya mendapatkan standing applause dari para guru, siswa-siswi, hingga para undangan yang turut hadir dalam acara tersebut.

Begitu turun dari atas panggung, Galen mengenakan kembali blazernya kemudian duduk di samping istri dan sahabatnya Rey serta Felly sebagai tamu undangan.

Sedangkan Gwen dan yang lainnya ke belakang panggung bersama teman-temannya, salah seorang teman kelas gwen menghampirinya.

"Gila, bokap loe keren banget Gwen" ucap Nathalie, takjub dengan gaya Rap Galen, ayahanda Gwen.

"Iya dong, bokap gue" Gwen membusungkan dadanya, ia sangat bangga terhadap kedua orang tuanya terlebih pada daddynya.

"Minum dulu, Queen" Ezra membukakan air mineral, kemudian memberiknnya kepada Gwen, tanpa menunggu waktu lama Gwen pun langsung menghabiskan satu botol air mineral yang di berikan oleh Ezra kepadanya.

"Ke sana yuk." Ezra menggandeng tangan Gwen, ia mengajak Gwen duduk sambil menikmati acara pentas seni disekolahnya.

"Bye Nathalie" Gwen melambikan tangan kirinya ke arah temannya, sedangkan tangan kanannya di genggam oleh Ezra.

Acara tersebut berlangsung sangat ramai, sampai-sampai Ezra tak menemukan tempat duduk kosong.

"Minggir, gue mau duduk" ucap Ezra kepada salah satu adik kelasnya, karena tak berani dengan Ezra, adik kelas Ezra pun merelakan bangkunya untuk di tempati oleh Ezra.

"Duduk sini queen" Ezra mempersilahkan Gwen untuk duduk.

"Terus Bang Ezra duduk di mana?" tanya Ewen.

"Gampanglah." Ezra berdiri dibelakang Gwen sambil memegang pundak Gwen.

Pukul 12.00 siang acara diistirahatkan, handphone Gwen bergetar ada satu panggilan masuk dari daddynya.

"Daddy dan Mommy pulang duluan ya, jam satu siang Daddy ada meeting" ucap Galen dari seberang telephone.

"Ok, Dad. Terima kasih ya tadi Daddy sudah hadir dan ikut mengisi acara pensi bersama kami"

"Sama-sama sayang. Bye sweety, love you."

"Love you too." Gwen menutup telephonenya kemudian ia beranjak dari tempat duduknya.

Adzan dzuhur berkumandang, Ezra mengingatkan Gwen untuk melaksanakan shalat dzuhur.

"Yuk aku temani" Ezra menggandeng tangan Gwen menuju mushola sekolahnya.

"Aku shalat dulu ya Bang Ezra" ucap Gwen sebelum ia masuk ke dalam mushola, Ezra menganggukan kepalanya, dengan sabar Ezra menunggu Gwen didepan mushola.

Tak lama kemudian Gibran pun datang untuk melaksanakan shalat dzuhur "Hai Bang Ezra, kakakku di dalam ya?" sapa Gibran.

"Iya, nanti kumpul di kantin ya dek"

"Siap Bang Ezra" Gibran pun berlalu meninggalkan Ezra yang sedang menunggu kakaknya beribadah.

Dua puluh menit kemudian Gwen keluar dan menghampiri Ezra yang menunggunya sambil bermain games di handphonenya.

"Lama ya, maaf ya tadi ramai sekali" ucap Gwen.

"No problem" Ezra memasukan handphoneny ke dalam sakunya.

"Yuk kantin, aku lapar" Gwen menggandeng tangan Ezra mengajaknya ke kantin, namun Ezra menahannya.

"Ikat dulu yang benar tali sepatunya, nanti jatuh." Ezra berjongkok mengikatkan tali sepatu Gwen, ia tak merasa malu mengikatkan tali sepatu Gwen meski banyak teman-temannya yang melihatnya.

"Thank you Abang" ucap Gwen sambil tersenyum kepada Ezra.

"Sama-sama, ya sudah yuk" Ezra mengelus kepala Gwen kemudian menggandeng tangan Gwen menuju kantin bergabung bersama Erich dan Ernest yang sudah datang terlebih dahulu, selang sepuluh menit kemudian Gibran datang bergabung.

Hingga pukul 16.00 sore acara baru selesai, mereka pun kembali pulang kerumah masing-masing.

Pukul 17.00 Galen dan Ghaizka sudah kembali ke rumahnya, mereka sengaja pulang lebih awal kerena mereka berdua ingin makan malam dan ngobrol santai bersama kedua anak-anak mereka.

"Mom, Dad. Malam ini kita berdua izin ke rumah Bang Ezra ya, kita mau memberikan surprise diulang tahunnya" ucap Gibran.

"Boleh, tapi jam satu sudah kembali pulang ya. Besok kalian kan sekolah" ucap Galen.

"Siap Dad" Gibran menganggukan kepalanya.

Sudah menjadi sebuah kebiasaan setiap salah satu dari mereka ada yang berulang tahun, maka tepat pukul 00.00 akan diberikan kejutan.

Pukul 23.00 dengan di antar oleh supir pribadi keluarga, Gwen dan Gibran bersiap kerumah Ezra dengan membawa kue serta hadiah yang telah mereka siapkan, Galen mengantar kedua anaknya hingga masuk ke dalam mobil.

"Ingat ya jam satu harus sudah pulang" Galen kembali mengingatkan kedua anak-anaknya.

"Tenang Daddy, kita berdua tidak akan berubah menjadi upik abu jika kita lewat tengah malam" ucap Gwen sambil tertawa.

"Kamu ini ada-ada saja" Galen menutup pintu mobil anaknya kemudian melambaikan tangannya, setelah mobil anak-anaknya tak terlihat Galen pun masuk ke dalam rumahnya.

Tiba dikediaman Ezra, rupanya kedua orang tua Ezra dan juga si kembar telah menunggu kedatangan Gwen dan Gibran.

Tepat pukul 00.00 mereka semua mengendap-endap masuk ke kamar Ezra, secara perlahan mereka mendekati tempat tidur Ezra, namun tiba-tiba dari belakang Ezra menyalakan lampu kamarnya.

Ezra tertawa karena justru yang terkejut bukanlah dirinya, melainkan sahabat dan keluarganya yang datang memberikan kejutan untuknya, ia sudah hafal betul dengan kebiasaan seperti ini di setiap tahunnya.

"Abang, berpura-pura sedikitlah. Bukan malah balik mengerjai kami" ucap Felly dengan kesal.

"Iya mah, tahun depan Abang akan berpura-pura terkejut" ucap Ezra kemudian ia menutup matanya dan berdoa, dalam doanya ia berharap bisa selalu merayakan ulang tahun bersama Gwen seumur hidupnya.

Selesai berdoa Ezra meniup lilin pada kue ulang tahun yang di bawa oleh Gwen dan juga mamahnya, kwmudian Ezra mencium kedua pipi mama dan papanya secara bergantian.

"Sudah 17 tahun berarti Abang sudah boleh bawa mobil dan punya pacar dong" ucap Ezra sambil tersenyum.

"Bikin SIM dulu, baru bawa mobil" ucap Rey.

"Baru beberapa menit nambah umur sudah minta di bolehin pacaran. Memangnya kamu lagi naksir siapa sih?" tanya Felly penasaran.

Mata Ezra langsung beralih menatap Gwen.

"Do you want to be my girlfriend?" tanya Ezra kepada Gwen.

Pertanyaan tersebut benar-benar membuat, Gwen dan kedua orang tua Ezra terkejut. Pasalnya baik Rey maupun Felly selama ini menganggap mereka hanya bersahabat tak lebih dari itu.

"Aku tahu pasti ditolak, karena kamu belum 17 tahun." Ezra mencolek kue yang tangan Gwen kemudian menempelkannya di hidung Gwen "Tapi aku akan menunggumu sampai kamu 17 tahun" sambung Ezra.

Mendengar ucapan putra sulungnya, Rey dan Felly saling menatap satu sama lain. Namun suasana kembali mencair ketika Ernest meminta abangnya untuk membuka hadiah yang mereka berikan, di temani teh hangat dan sepotong kue mereka semua berbincang hangat sambil menemani Ezra membuka satu persatu hadiah yang di berikan padanya.

Dengan penuh semangat Ezra membuka hadiah pemberian dari Gwen, Gwen menghadiahi Ezra sepasang sepatu, sepatu yang sama dengan yang ia sering pakai.

"Agar kita selalu melangkah bersama, terima kasih ya." Ezra menatap mata Gwen.

Terpopuler

Comments

ㅤㅤ𝐀⃝🥀 ʙᷢᴀⷶɴɢͪ͢ ᴍͤᴀᷞʀ ⁸⁹ ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

ㅤㅤ𝐀⃝🥀 ʙᷢᴀⷶɴɢͪ͢ ᴍͤᴀᷞʀ ⁸⁹ ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

ezra bngek bru jg ulth gk ada bbrp mnit dh minta pcaran🏃🏃🏃
tp cowok kek ezra nyri dmn sih, keknya setia 🤔

2022-11-10

0

chipa'm

chipa'm

aku koq blm moveon ya cerita kei dan ken..

2021-11-12

2

banyubiru

banyubiru

semangat

2021-10-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!