"Kamu masih mikirin soal ucapan Ezra tadi ya?" Felly membelai lembut kepala suaminya yang sedang memainkan kedua puncak payu*aranya.
"Bukan hanya ucapan Ezra tapi tadi kamu lihat sendirikan sorot mata Ezra kepada Gwen? ia benar-benar sedang jatuh hati pada Gwen. Aku tidak ingin Ezra memilik perasaan yang terlalu dalam kepada Gwen" ucap Rey, kemudian ia ******* kedua puncak dada istrinya secara bergantian.
"Kamu kalau mikir kejauhan, dua jam yang lalu anak kita baru saja 17 tahun. Setelah lulus nanti dia akan kuliah di luar negeri atau di luar kota, lingkup pertemanannya akan bertambah luas, ia akan bertemu dan kenal dengan banyak orang. Begitu pula dengan Gwen, dia juga akan bertemu dengan orang-orang baru. Jadi kamu tidak perlu khawatir sayang, ini kan hanya cinta monyet, akan ada saatnya mereka berlima memiliki kehidupan masing-masing." ujar Felly, ia membiarkan suaminya mengeksplor tubuhnya hingga puas.
"Aku juga berharap seperti itu" Rey merubah posisinya, ia merebahkan kepalanya di atas bantal karena ia sudah puas memainkan puncak dada istrinya.
"Pasti akan seperti itu sayang, percayalah." Felly tertidur dalam dekapan hangat suaminya.
Keesokan paginya sebelum anak-anaknya berangkat ke sekolah, Rey memberikan hadiah kejutan untuk putra sulungnya berupa mobil BMW X7 seharga 2.2 miliar.
Rey sengaja membelikan mobil yang lebih lapang karena ia yakin jika Ezra pasti akan mengajak adik kembarnya dan juga dua sahabatnya (Gwen dan Gibran) untuk jalan-jalan bersamanya.
"Ingat harus punya SIM dulu baru kuncinya papa berikan padamu" ucap Rey.
"Dan ingat, jangan nembak ya Bang." Felly tak ingin putra sulungnya mengambil jalan pintas untuk mendapatkan sesuatu.
"Iya Mah, tenang saja Abang sudah jago mengemudi. Terima kasih banyak ya Mah atas hadiahnya, Abang suka sekali dengan mobilnya" Ezra mencium dan memeluk mamanya.
"Hei, yang memberikanmu hadiah itu papa bukan mamamu. Kenapa kau hanya berterima kasih pada mamamu?" Protes Rey, ia selalu perhatikan setiap kali dirinya memberikan sesuatu kepada anak-anaknya, mereka hanya berterima kasih kepada istrinya saja.
"Sudah sana kalian semua berangkat ke sekolah nanti terlambat" Felly tak ingin meladeni protes suaminya, sehingga ia menyuruh ketiga anak-anaknya untuk segera berangkat ke sekolah.
Tak butuh waktu lama untuk Ezra mendapatkan surat izin mengemudi, beberapa hari kemudian, ia telah mendapatkan SIM tersebut. Sore itu ia sudah tidak sabar untuk mengendarai mobil barunya, maka setelah pulang sekolah Ezra langsung mengajak kedua adik kembarnya untuk menjajal mobil tersebut, Ezra mengajak kedua adik kembarnya melihat cafe yang mereka dirikan bersama, tak lupa ia juga mengajak Gibran dan Gwen.
Tin..tin.. tin...
Ezra memencet klakson mobilnya didepan kediaman rumah Gwen, tak lama kemudian Gibran keluar dari rumahnya.
"Wih.. Bang Ezra sudah punya SIM, kita jadi bisa keluar tanpa supir lagi sekarang." ucap Gibran sambil masuk ke dalam mobil baru Ezra.
"Queen mana Dek?" tnya Ezra.
"Biasalah cewek dandan du....." Belum sempat Gibran melanjutkan kata-katanya Gwen sudah datang.
"Ngomong apa kamu?" Gwen bersiap untuk marah kepada adiknya.
"Nest duduk dibelakang sana" Ezra menyuruh adiknya untuk duduk dibelakang bersama Gibran dan Erich, Ernest pun menuruti perintah kakaknya, ia pindah dikursi belakang.
"Queen sini!!!" Ezra menepuk kursi disampingnya, meminta Gwen untuk duduk di sebelahnya.
Setelah Gwen masuk ke dalam mobil baru Ezra, Ezra langsung mengemudikan mobilnya menuju cafe milik mereka.
Ide awal pembuatan cafe bermula dari Erich yang ingin belajar mandiri, ia ingin memiliki uang saku sendiri dari hasil kerja kerasnya tanpa meminta dari orang tua dan juga ia ingin memiliki tempat tongkrongan yang asik.
Walaupun modal awal dan perijinan pendirian cafe tersebut masih dibantu orang tua mereka, namun untuk konsep cafe yang mereka namai "Berlima Cafe" sepenuhnya ide mereka berlima.
Dicafe tersebut terdapat panggung kecil untuk mereka menyalurkan hobby bermain musik, rencannya setiap malam minggu akan ada live music dimana mereka sendirilah yang akan perform di cafe mereka sendiri.
Tiba di cafe suasana masih nampak sepi, wajar saja karena cafe tersebut memang belum beroperasi, mereka berlima masih menyiapkan segala sesuatunya termasuk karyawan yang akan bekerja di cafe mereka.
Ezra membuka pintu depan cafe, mempersilahkan gwen untuk masuk ke dalam terlebih dahulu kemudian dirinya yang diikuti oleh adik-adiknya di belakangnya.
"Jadi peresmiannya tangga lima Mei ini?" tanya Gwen kepada Ezra.
"Jadi dong, mamaku dan mommymu sedang mencari karyawan untuk bekerja di cafe ini." ucap Ezra, ia mengajak Gwen untuk duduk di sudut cafe, sementara yang lainnya sedang mengecek kondisi dapur, panggung dan ruangan lainnya.
"Queen, aku tahu kamu belum mendapatkan izin dari orang tuamu untuk berpacaran. Tapi maukah kamu memberikan hatimu dan menjaganya hanya untukku? aku benar-benar sangat menyukaimu, Queen." Ezra menatap mata Gwen dalam-dalam.
"Maksud Bang Ezra?" Gwen masih belum mengerti dengan arah pembiaraan Ezra.
"Kita tetap berteman seperti ini, tapi kamu punya aku dan aku juga punya kamu." Ezra mengeluarkan dua buah gelang tali berwarna hitam dari dalam sakunya.
"Kamu maukan?" tanya Ezra kembali.
Gwen tersenyum sambil menganggukan kepalanya karena sebenarnya ia pun memiliki rasa yang sama kepada Ezra.
Ezra memakaikan gelang hitam tersebut ditangan Gwen, kemudian ia meminta Gwen untuk memasangkan dipergelangan tangannya.
Saat Gwen hendak memasukan gelang di tangan Ezra, ia melihat gelang salib melingkar di pergelangan tangan Ezra, Gwen menjadi sedikit ragu untuk memakaikan gelang tersebut ditangan Ezra.
"Kenapa Queen?" tanya Ezra, ia melihat Gwen napak ragu memansangkan gelang tersebut di pergelangan tangannya.
"Tidak apa-apa" Gwen tersenyum kemudian memakaikan gelangnya di pergelangan tangan Ezra.
Ezra tersenyum bahagia melihat Gwen memakaikan gelang di tangannya, kemudian ia mengajak Gwen untuk bergabung dengan adik-adiknya.
Usai mengecek persiapan cafe, Ezra mengajak adik-adiknya makan malam di sebuah restoran.
Ezra menepikan mobilnya didepan sebuah masjid dipinggir jalan ketika ia mendengar adzan maghrib berkumandang.
"Shalat gih sono" ucap Ernest kepada Gibran yang berada di sebelahnya.
"Gue Shalat di rumah aja deh, gue lupa bawa sarung" ucap Gibran.
Gwen mengambil bawahan mukenanya dari dalam tasnya "Tidak usah banyak alasan, cepat sana Shalat!!!" ia memberikan bawahan mukenanya kepada adiknya.
"Enggak mau ah, masa pakai mukena sih." Gibran menolaknya.
"Pakai ini atau aku aduin ke Daddy?" ancam Gwen.
"Tapi..." Gibran nampak berfikir sejenak di satu sisi ia enggan mengenakan mukena kakaknya namun di satu sisi ia sangat takut dengan Daddynya, untuk urusan ibadah Galen sangat tegas kepada istri dan anaknya, Galen tidak segan-segan memarahi jika ada salah satu keluarganya yang tak melaksanakan ibadah wajib.
"Udah pakai saja, sana" Ernest mengambil mukena Gwen dari tangan Gwen kemudian memberikan kepada Gibran.
"Dah gih sana, ketinggalan tuh." Ernest menyuruh Gibran untuk cepat masuk masjid karena adzan hampir selesai.
"Buruan dek, aku aduin ke daddy nih." ancam Gwen sekali lagi.
"Ia ia, pada bawel banget sih semuanya." Dengan muka cemberut ia keluar dari mobil Ezra.
Keempatnya tertawa ketika melihat gibran memakai mukena sambil berjalan masuk ke dalam masjid.
"Queen mukena loe enggak ada motif bunga-bunganya kan?" tanya Erich, Gwen menggelengkan kepalanya.
"Untung saja warnanya coklat, jadi tidak terlihat seperti mukena" ucap Ernest.
"Kamu sendiri tidak shalat?" tanya Ezra kepada Gwen
"Tidak, aku lagi dapet" jawab Gwen.
Ditengah obrolan mereka sambil menunggu Gibran, Ezra terus memandangi wajah cantik Gwen yang sedang tertawa mendengar lelucon Ernest.
Tak lama kemudian gibran kembali kedalam mobil Ezra setelah ia selesai menunaikan ibadah shalat maghribnya.
"Bagaimana tadi? tidak ada yang tahu kan jika kau memakai mukena?" tanya Ernest, Gibran tak menanggapi pertanyaan ledekan Ernest, ia mengembalikan mukena yang ia pakai ke kakaknya.
"Besok kalian taruh saja perlengkapan shalat kalian di dalam mobil Abang" ucap Ezra kepada Gwen kemudian Ezra menyalakan mesin mobilnya, dan melanjutkan kembali perjalanannya menuju sebuah restoran tempat mereka biasa makan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
ㅤㅤ𝐀⃝🥀
aku ngakak ngebayangin ekspresi nya si gibran pas diledekin sm ernest 😂
2022-11-10
0
ㅤㅤ𝐀⃝🥀
wkwkwk papa rey protes😂
mobil nya mahal yak harga nya👀
queen ragu itu masang nya, liat gelang salib di pergelangan ezra👀
2022-11-10
0
🅛➊🅝⸙ᵍᵏ
coba aja sarung dari mukenan gwen itu ada motif bunga 🤭🤭
waaaah waaah waaah untung aja ngak ya🤭
2021-11-13
2