Beberapa minggu setelah Gwen menyelesaikan Ujian Nasionalnya, Ghaizka dan Galen mulai membuka topik obrolan mengenai hubunga Gwen dengan Ezra, mereka berdua menghampiri putri sulungnya di kamarnya.
"Boleh Mommy dan Daddy masuk?" tanya Ghaizka dari balik pintu kamar putrinya.
"Ya tentu saja Mom, masuklah!!" Gwen mengijinkan kedua orang tuanya untuk masuk ke dalam kamarnya.
Ghaizka dan Galen duduk di tempat tidur putrinya, sementara Gwen duduk di kursi belajarnya menghadap ke arah kedua orang tuanya.
"Daddy, akan mendaftarkanmu di Osaka University, minggu depan kita semua akan berangkat ke Osaka, setelah adikmu Gibran menyelesaikan Ujian Nasionalnya. Nanti Ijazah dan yang lainnya akan di urus oleh pegawai Daddy" ucap Galen.
"Osaka? Jepang? tunggu... tunggu... Daddy menyuruhku untuk kuliah di sana?" Gwen menyakinkan jika ia tak salah mendengar informasi yang berikan oleh Daddynya.
"Iya Nak, kamu akan kuliah di tempat dulu Daddy kuliah. Daddy juga sudah merenovasi unit apartement kita agar kamu lebih nyaman dan betah tinggal di Osaka, Daddy harap kamu bukan hanya kuliah tapi kamu juga bisa membantu Daddy mengelola perusahaan Daddy di sana" terang Galen.
"Tidak... tidak... tidak... aku tidak ingin kuliah di luar negeri, aku ingin kuliah di kampus Bang Ezra"
"Agar kamu dan Ezra bisa tetap melanjutkan hubungan kalian? mau sampai kapan Gwen? bukankah kamu tahu jika kita dengannya itu berbeda?" tanya Ghaizka.
"Da-dari mana Mommy tau?" Gwen sangat terkejut karena ternyata kedua orang tuanya mengetahui hubungannya dengan Ezra.
"Bersembunyi di balik kata persahabatan dan adik kakak, diam-diam kalian menjalin hubungan special yang kini sudah berjalan kurang lebih tiga tahun. Apa yang kamu harapkan dari hubunganmu dengan Abangmu?" tanya Galen.
" Kamu menginginkan dia mengikuti iman kita dengan mengambil dia dari tuhannya dan juga keluarganya? Apa kamu tidak memikirkan bagaimana perasaan kedua orang tuanya yang telah mendidiknya sedari ia kecil? Apa kamu tega mengecewakan Om Rey dan Tante Felly yang telah menganggapmu putri mereka sendiri, hanya demi egomu menginginkan Ezra sepenuhnya?"
"Atau justru kamu yang ingin menggadaikan keimananmu hanya demi pria yang kamu cintai?"
Pertanyaan-pertanyaan yang terlontar dari mulut Daddynya merupakan tamparan keras bagi Gwen, yang membuatnya tersadar jika memiliki Ezra adalah sebuah ketidakmungkinan, ada dinding kokoh yang berdiri tegak di antara cinta mereka berdua.
Ghaizka menggenggam tangan putri sulungnya kemudian menatap matanya dalam-dalam.
"Nak, jangan sampai cinta kita kepada makhluk melebihi cinta kita kepada allah."
Gwen tak dapat lagi menahan air matanya, ia menangis dalam pelukan ibundanya.
"Dan janganlah kamu nikahi perempuan musyrik, sebelum mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya perempuan yang beriman lebih baik daripada perempuan musyrik meskipun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu nikahkan orang (laki-laki) musyrik (dengan perempuan yang beriman) sebelum mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya laki-laki yang beriman lebih baik daripada laki-laki musyrik meskipun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. (Allah) menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka mengambil pelajaran.(QS. Al-Baqarah Ayat 221)"
Galen mengelus punggung putrinya dengan lembut yang tengah menangis dalam dekapan istrinya.
"Mommy tau ini berat untukmu, tapi kamu harus ikhlas melepas Ezra. Mommy yakin suatu saat nanti kamu akan mendapatkan pria yang terbaik, dan Ezra pun akan mendapatkan wanita yang terbaik dan seiman dengannya." Ghaizka menghapus air mata putrinya yang masih terus menetes.
Drrrt... drrrt... drrrt...
Handphone Gwen bergetar, ada satu panggilan masuk dari Ezra, namun Gwen mengabaikan panggilan tersebut hingga handphonenya berhenti dengan sendirinya, selang beberapa menit kemudian handphone Gwen kembali bergetar kali ini pesan masuk dari Ezra.
^^^Ezra:^^^
^^^Sayang, minggu depan jadwalku sidang skripsi. Besok ke cafe ya, temani aku belajar presentasi.^^^
Galen mengijinkan purtinya untuk menemui Ezra, dengan catatan jika itu adalah pertemuan terakhirnya dengan Ezra, Galen menyuruh Gwen untuk berpamitan dengan Ezra sebelum minggu depan mereka bertolak menuju Osaka.
Keesokan harinya gwen menepati janjinya untuk datang ke cafe menemui Ezra, setobanya di cafe Gwen langsung menghampiri Ezra yang telah menunggunya di ruang meeting.
"Hei, abang pikir kamu tidak jadi datang. Kok tumben tidak mau Abang jemput?" Ezra menghampiri Gwen menyambut kedatangan kekasihnya, ia memeluk dan mencium pipi Gwen.
"Maaf ya tadi aku kejebak macet" Gwen mencoba untuk tersenyum di hadapan Ezra meski hatinya sangat sakit mangingat ini adalah pertemuan terakhir dengan pria yang ia cintai.
Ezra menarik kursi untuk Gwen duduk kemudian mengambilkan minuman favorit kekasihnya.
"For my queen." Ezra memberikan Gwen smoothie pisang buatannya.
"Aku mulai presentasi ya." Ezra berdiri di hadapan Gwen menerangkan isi skripsinya yang ia tulis.
Gwen sama sekali tak menyimak apa yang Ezra bicarakan, ia hanya terfokus pada wajah Ezra yang sebentar lagi wajah itu tidak akan ia lihat lagi secara langsung.
"Sayang...sayang... queen... "
"Eh ia, kenapa Bang Ezra?" Gwen tersadar dari lamunannya.
"Kok bengong sih? Abang sudah dari tadi sudah selesai loh" Ezra duduk di samping Gwen.
"Kamu kenapa sayang?" Ezra membelai rambut kekasihnya dengan lembut.
Gwen tak sanggup untuk mengatakan jika dirinya akan pergi ke Osaka untuk waktu yang lama atau mungkin tidak kembali lagi ke Jakarta, Gwen juga tidak sanggup jika harus memutuskan hubungannya dengan Ezra.
"Hiks..."
Seketika Gwen langsung memeluk Ezra dengan erat, dan menangis di pelukannya.
Melihat wanitanya menangis membuat Ezra sangat panik "Sayang, ada apa denganmu? kamu ada masalah? ayo ceritakan pada Abang" Ezra mengelus punggung gwen dengan lembut.
Gwen tak mampu menjawab pertanyaan Ezra, ia hanya menggelengkan kepalanya dan kembali menangis di pelukan kekasihnya. Ezra membiarkan Gwen menangis sepuasnya hingga Gwen mulai mencoba mengatur nafasnya dan mengontrol tangisannya.
"A-aku hanya terharu akhirnya abang bisa segera lulus" ucap Gwen terbata-bata.
"Hanya itu?" Ezra merangkum wajah Gwen dan menghapus air matanya, gwen menganggukan kepalanya.
Ezra mencium kening Gwen dan membawanya kembali ke dalam dekapan hangatnya.
"Ini semua kan karenamu sayang, thank you ya" bisik Ezra
Gwen membiarkan Ezra mendekap erat tubuhnya 'Ya Allah, jika rasa ini memang salah, bantu aku untuk menghilangkan rasa yang sudah terlalu dalam ini, aku benar-benar mencintainya' gumam Gwen dalam hati.
Setelah Gwen tenang, Ezra membuatkan makan malam untuk Gwen di dapur cafe.
"Kamu tunggu di ruang meeting saja sayang" ucap Ezra.
Gwen menggelengkan kepalanya, ia tak ingin sedetikpun menyia-nyiakan waktu kebersamaannya dengan Ezra.
Setelah selesai membuatkan steak untuk Gwen, Ezra mengajak Gwen kembali ke ruang meeting, kali ini mereka berdua duduk di sofa.
"Enak?" Ezra memasukan potongan steak yang ia buat kedalam mulut kelasihnya, Gwen menganggukan kepalanya sambil mengunyah.
"Masakan Bang Ezra tidak pernah gagal, selalu pas di lidahku" puji Gwen.
Ezra tersenyum puas melihat kekasihnya menyukai masakannya "Setelah menikah nanti, aku akan masak untukmu setiap hari" ucap Ezra sembari kembali menyuapi Gwen hingga steak buatannya habis.
Mendengar kata 'Menikah' membut hati Gwen kembali sakit, memiliki Ezra sepenuhnya merupakan sebuah ketidakmungkinan.
"Hei kok bengong lagi? sudah malam, Abang antar kamu pulang ya" Ezra melihat jam di tangannya sudah menunjukan pukul 21.00 malam.
Gwen menggelengkan kepalanya "Aku masih ingin bersama bang ezra." Gwen menggenggam tangan Ezra dengan erat.
"Baiklah, sampai jam sepuluh ya" ucap Ezra, bersama Gwen merupakan saat terindah bagi Ezra, namun ia tak ingin merusak kepercayaan kedua orang Gwen karena ia selalu berjanji untuk mengantarkan Gwen pulang sebelum larut malam.
Gwen memeluk Ezra dengan erat sambil mendengarkan Ezra membicarakan planing-planingnya ke depan mengenai pendidikan dan karirnya dan rencana menikahi dirinya.
'Maafin aku Bang Ezra, aku menggagalkan semua planing-planingmu karena aku akan pergi meninggalkanmu' gumam Gwen dalam hati, ia menyandarkan tubuhnya di dada Ezra, berharap waktu berhenti berputar sejenak, agar ia bisa lebih lama bersama dengan pria yang telah membuatnya jatuh hati terlalu dalam.
''Sudah jam sepuluh, saatnya pulang" Ezra kembali mengajak Gwen untuk pulang, sebenarnya Gwen masih enggan untuk pulang, ia masih ingin bersama Ezra namun di satu sisi ia takut jika orang tuanya akan memarahi Ezra jika Ezra telat mengantarnya pulang, dengan sangat terpaksa ia pun menganggukan kepalanya.
Sepanjang perjalanan menuju kediamannya, Gwen tak melepaskan genggaman tangan Ezra, beberapa kali ia juga bersandar di bahu Ezra dan memeluknya.
"Kok tumben sih manja banget hari ini?" Ezra mencium tangan Gwen.
"Enggak boleh ya?"
"Aku ingin tiap hari kamu seperti ini" Ezra mengelus kepala Gwen.
Ezra menepikan mobilnya di depan rumah gwen.
"I love you more than anything." Gwen mencium bibir Ezra.
Meski cukup terkejut Ezra menikmati ciuman panasnya bersama kekasihnya malam itu, yang tanpa ia tahu, jika itu adalah ciuman sekaligus pertemuan terakhir dirinya dengan Gwen.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
ㅤㅤ𝐀⃝🥀 ʙᷢᴀⷶɴɢͪ͢ ᴍͤᴀᷞʀ ⁸⁹ ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
huaaaa daddy galen kata" nya np bkin tertampar sih😭
2022-11-11
0
Mas Adam
semangat
2021-10-28
0
༄༅⃟𝐐✰͜͡w⃠🆃🅸🆃🅾ᵉᶜ✿☂⃝⃞⃟ᶜᶠ𓆊
waaaaaaaduuuuuuuh
2021-10-13
0