♥♥♥
Beberapa hari berlalu Luna benar-benar menghindari seorang Reza. Setiap dimana Biboy ingin bertemu dengannya, Luna malah meminta Abel membawa dan mengantarkan bocah itu keapartemenya. Abel atau Mbak Sarah merasakan perbedaan dengan sikap Luna akhir-akhir ini, ia tidak menghidari Abel ataupun yang lainnya. Tapi hanya pada Reza sikapnya cukup dingin. Luna belum bisa mengatakan semua pada temannya ini, karena tak ingin mereka menjadi repot karenanya.
"LUNA". panggil Abel sedikit teriak.
"Apa? kamu nggak usah teriak gitu juga kali, telinga aku masih normal". ujar Luna sibuk merapihkan tempat tidurnya sebelum berangkat.
"Kamu kenapa sih? Kamu terus menghindari Kak Reza. Apa dia punya salah sama kamu?". protes Abel.
Terdiam
"Luna jawab?". kata Abel lagi.
"Dia nggak punya salah apa-apa". balas Luna dengan nada tenang.
"Terus sikap kamu akhir-akhir ini kenpa?".
"Aku biasa-biasa saja".
"Biasa bagaimana? kalau kamu terus mengacuhkan Kak Reza. Dia itu suka sama kamu, disaat dia mau membuka hati, sikap kamu malah begini".
Mendengar ucapan Abel membuat sesak didadanya.
"Aku_".
"Aku tahu kamu masih cintakan sama Aldo, makanya kamu bersikap begitu sama Kak Reza. Aku juga tahu kalau kalian jalan bersama. Aku lihat semuanya Luna. Aku benar-benar kecewa sama kamu". seru Abel kecewa dan pergi meninggalkan Luna yang masih diam mematung ditepi ranjangnya.
Mendengar kekecewaan Abel terhadapnya, membuat Luna benar-benar merasakan kesedihan yang amat sangat dalam. Ketika itu pun Luna menangis semakin kencang tak terkendali dengan terduduk dilantai meratapi kesalahannya yang sangat tidak pantas dimaafkan. Air matanya terus jatuh dipipinya. Dan tangan Luna mulai memukul tubuhnya agar dadanya yang begitu sesak dan sakit menusuk hatinya bisa sedikit berkurang.
Melihat penampilan dirinya sangat kacau apalagi dia harus berangkat kerja dengan perasaan pilu dan tidak semangat, dengan mata yang sedikit lembab efek ia menangis. Luna melangkah keluar untuk berangkat kekantor, hanya saja dia sedikit kesiangan karena berangkat terlalu siang sehingga terjebak macet beberapa menit. Memang berat bekerja disaat suasana hati sedang kacau. tapi ia harus tetap bekerja tidak ingin membuat Mbak Rani kecewa.
•••
Merasa kerjaan sangat melelahkan hingga tenggelam dengan kesibukannya, Luna menyadarkan tubuhnya disandaran kursi dan memandangi deretan nomor dan nama yang tertera dilayar ponsel, namun pada detik berikutnya ada chat masuk dari Rara temannya. Dia mengajaknya untuk bertemu dan mengobrol nanti sepulang kerja, mungkin Rara tahu bahwa dirinya dan Abel bertengkar. Mungkin Abel sudah mengatakannya pada Rara apa yang sudah terjadi sekarang ini. Selama kerjaan berlangsung pun Luna masih belum bisa fokus karena pikiran terlalu banyak masalah. Ditambah dia harus mengikuti meeting yang sempat ditunda. Tidak alasan lagi untuknya tidak mengikuti meeting karena ia menghormati dan menjaga sikapnya selama magang disini, susah payah ia bisa masuk diperusahaan yang memang banyak diminati.
Semua perwakilan dari semua bagian sudah masuk keruangan menunggu kehadiran Boss mereka, memang sesuatu kebanggaan mereka bisa bertemu langsung dengan atasan dan orang-orang besar lainnya. Disini Luna menjadi anak magang yang beruntung bisa mengikuti meeting besar seperti ini, ia merasa gugup dan canggung karena ini pertama kali untuknya bisa merasakan suasana kerja seperti ini. Luna memandang tiap orang didalam ruangan dan ia menyakini mereka semua adalah orang-orang hebat yang ikut andil dalam mengembangkan perusahaan SJC menjadi seperti sekarang. Sesaat pandangannya tertuju pada wanita yang bernama Novi, yang sempat mengancam dirinya dan ikut andil dalam meeting ini, dan tatapan tajam membuat ia menunduk tak ingin mengarahkan pandangannya pada wanita itu, dan merasa diimitidasi.
Semua orang diruangan berdiri saat kedatangan sang atasan yaitu Reza. Ia pun ikut berdiri seperti yang dilakukan orang-orang didalam dan menundukan pelan kepala mereka sebagai tanda hormat. Reza duduk ditengah-tengah dan menatap semua yang hadir, namun sesaat dia melihat sekilas wanita yang duduk diujung terlihat muram diraut wajahnya. Ia benar-benar tidak bisa mengabaikan, atau marah dengan Luna yang akhir-akhir ini menghidarinya. Semakin dia menjauh semakin juga dirinya ingin mendapat Luna yang sudah menyadarkan Reza akan sesuatu yaitu dirinya patut mencintai seseorang dan patut pula dicintai seseorang.
Saat meeting berlangsung Luna hanya melihat dan mendengarkan pembicaraan orang dalam ruangan itu, memang terasa aneh karena dirinya tidak begitu paham dengan apa yang sampaikan atau dibahas hanya mengangguk mengikuti Mbak Rani yang fokus mendengarkan Reza ataupun orang yang berbicara. Ia menatap kagum dengan pria yang sedang duduk tegap ditengah yang sedang serius membahas suatu masalah dan membalikan berkas-berkas dimeja yang berserakan rapih dan sesekali ia memainkan jarinya didekat bibirnya yang terlihat sexy sembari senyum masam. Saking terpanah dengan dengan Reza tanpa sadar tatapan kedua mata mereka bertemu sesaat, dan kembali mengarahkan pandangan mereka kearah lain.
Disisi lain pandangan tajam, dia dapatkan dari arah depanyanya wanita itu menatap kesal padanya. Luna benar-benar ingin meeting ini cepat berakhir agar dirinya bisa lebih tenang karena otaknya sudah tidak penuhi pemikiran-pemikiran negatif setelah meeting ini berakhir. Setelah akhirnya yang ditunggu-tunggu meeting pun berakhir disebelum jam makan siang. Sebelum mereka keluar, Reza terlebih dahulu meninggalkan ruangan. Luna dan Rani keluar dengan yang lainnya. Tiba-tiba seorang menbrak Luna sehingga tubuhnya terasa terguncang namun tak sampai jatuh karena Rani sudah menahan tubuhnya.
"Sorry, tidak sengaja". seru Novi dengan nada mengejek dan pergi begitu saja.
Luna tidak ingin merespon a dan mengabaikan begitu saja tak ingin membuat masalah dengan karyawan kantor disini, namun berbeda dengan Mbak Rani yang terima dengan sikap Novi begitu sengaja menabrakan tubuhnya ke Luna yang hampir terjatuh bila dia tidak menahannya.
"Dasar orang menyebalkan, pengen aku pites itu kelakuannya". Protes Rani.
Luna tersenyum, "Udah Mbak biarin dia kan nggak sengaja". kata Luna menenangkan Mbak Rani.
"Dia itu sengaja, kayaknya nggak suka banget gitu sama kamu". ucap Rani.
"Udah, Luna lapar makan yuk", ajaknya membuat Rani meluapkan sejenak kejadian tadi.
Setelah menyimpan berkas dan buku keruangan, mereka bergegas area kantin kantor yang sudah dipenuhi karyawan lainnya, Luna dan Rani mengantri untuk mengambil makanan yang mereka inginkan dan setelah mendapatkannya mereka mencari tetap duduk yang kosong, namun tidak menemukanya keduanya pun ikut nimbrung dengan karyawan yang masih ada tempat disisi lainya dan duduk menyantap makananya.
Mendengar suara dengan obrolan-obrolan seorang wanita disebrang meja dekat dengan mereka tempati. Luna maupun Rani menoleh kearah wanita yang sengaja bicara dengan nada yang sedikit keras, agar terdengar oleh karyawan lain disekitarnya untuk mencari perhatian. Pandangan Luna dan Rani terlihat bertanya-tanya karena perbincangan itu melibatkan dirinya.
"Kalian tahu nggak, ada anak magang bisa ikut meeting besar tadi? Kok bisa ya?", ketus Novi dengan nada menekan. Mendengar ucapan Novi sebagian karyawan menoleh dan penasaran dengan ucapan yang dilontarkannya.
"Masa, aku aja yang udah kerja lama nggak pernah dapat kesempatan itu". kata Eria.
"Main licik kali itu anak magang, siapa sih namanya?". seru Shella.
"Kalau nggak salah Luna namanya, bagian keuangan kalo nggak salah", balas Novi menatap kearah Luna disebrang meja. "Jangan-jangan dia ngegodain Boss kita".
Luna masih diam tidak ingin menyahut ataupun membalas lontaran Novi and Genk itu dan fokus menghabiskan makananya, merasa banyak pandang sekitarnya melihat kearahnya dan ia pun merasa tidak nyaman. Sementara Mbak Rani merasa geram melihat dan mendengarkan ocehan ketiga wanita itu yang mengatai Luna sembarang kata. Luna pun tahu kalau Mbak Rani ingin menghampiri mereka namun dirinya menahan tangan erat Mbak Rani dan mengelengkan kepala pelan tidak setuju kalau Mbak Rani melabrak mereka dikantin yang terbilang ramai oleh karyawan. Luna maupun Rani bergegas meninggalkan tempat mendapatkan pandangan dari karyawan lainnya dan merasa malu karena lontaran kata yang Novi cetusan tadi dan kembali keruangan agar dia bisa menengkan dirinya sementara.
"Luna, kamu kok diam aja sih digituin", keluh Rani.
"Memangnya aku harus bagaimana? Aku ini masih magang dikantor ini. Apa kata mereka kalau aku membalas omongan ketiganya, nanti saya disangka ngelunjak. Aku itu nggak mau buat masalah saat ini. Dan bersabar melewati ini semua".
"Mbak ngerti kok perasaan kamu cuma Mbak nggak terima kalau kamu dituduh-tubuh begitu sakit banget rasanya hati Mbak".
"Terima kasih Mbak khawatirkan Luna".
"Iya. Tunggu Mbak jadi inget kalau kejadian waktu Lukas lihat kamu digiring paksa sama Novi and Genk, jangan-jangan itu benar lagi".
Luna terdiam
Mungkin ini saatnya dirinya bercerita pada Mbak Rani, agar pikirannya menjadi plong. Luna pun meneteskan air matanya tiba-tiba dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya sambil berjongkok didepan Rani tak kuasa menompangkan tubuhnya merasa lemas begitu saja.
"Kenapa Luna, cerita sama Mbak". Kata Rani dan membangunkan Luna dan membawanya keruangan kosong tempat yang pernah Luna pakai saat dia sedang sakit.
"Luna bingung", gusar Luna ingin menceritakan tentang masalahnya.
"Percaya sama Mbak, kamu ceritain semuanya". Kata Rani memeluk Luna agar dia lebih tenang saat akan mulai menceritakan semua yang ingin dia dengarkan. Pertama dia menceritakan ketiga wanita itu memang mengancamnya karena mereka melihat dirinya keluar dari mobil Reza beberapa kali dan mengambil foto sebagai bukti ucapan mereka tidak salah dengan mengancam dirinya. Dan tidak ingin melihat bila Luna berada didekat Bossnya apalagi berangkat bareng kekantor yang sudah sering mereka lihat sebelumnya. Rani pun sedikit terkejut dengan cerita Luna tentang ancaman yang dicetusan teman-teman kantornya. Dan lebih terkejutnya lagi ternyata curhatan Luna tentang pria selama ini adalah Reza Aditya Winajaya, Rani pun menyadari hal itu, disaat tiba-tiba Bossnya menelpon keruangannya untuk menanyakan tentang keberadaan Luna, yang ketika itu Luna sudah pulang terlebih dahulu karena sakit. Dan kembali mengaitkan kejadian saat Rani memberitahu Bossnya bahwa Luna tidak ikut karena sakit, melihat tatapan kekhawatiran diwajahnya membuat Rani semakin yakin bahwa ada sesuatu hubungan antara Luna dan Reza.
Merasa hatinya mulai tenang telah mengeluarkan sebagian pikiranya pada Mbak Rani selama ini dia pendam sendiri. Ibarat seperti Jerawat besar bila dipencet keluar semua nanas dan darah. Semua lebih baik dikeluarkan dari pada dipendam sendiri malah menjadi penyakit yang bisa berbahaya nanti.
•••
Luna memasuki sebuah Coffee Shop tempat biasa mereka berkempul, seorang wanita melambaikan tangan kearahnya dan mengarah langkah maju mendekati Rara yang sudah menunggu dirinya dan duduk disamping.
"Aku udah pesanin yang bisa kamu minum, gimana kabar kamu? seminggu nggak ketemu badan kamu kurusan", ucap Rara melihat temannya ini terlihat suram dan tidak bersemangat seperti biasanya.
"Kalau boleh jujur, aku nggak baik sama sekali". ujar Luna sambil memijatkan pelipis dahinya yang menunjukan banyak yang dipikirkannya.
"Kamu kan biasanya kalau ada apa-apa kamu cerita sama aku, jangan dipendam sendiri. Gunanya teman kita selama ini apa coba kalau bukan saling berbagi atas kesenangan dan kesedihan kita. Aku juga dengar kalau kamu sama Abel berantem, benar itu?".
"Iya, aku berantem sama Abel".
"Tentang?"
"Tentang aku jauhin Mas Reza".
"Kenapa".
"Karena_".
"Ceritain aja, biar hati kamu tenang gak banyak pikiran kayak sekarang ini. Kamu kelihatan suram banget bukan Luna yang aku kenal".
Memang menyebalkan kalau sudah menyangkut perasaan Luna selalu menangis tiba-tiba. Sebelum menceritakan semuanya pada Rara dia menyetuh sisi matanya mengunakan tissu untuk mengelap butiran air matanya yang menetes dipipinya. Rara dengan sigap mengelus lembut pundak temannya ini dan memberikan sedikit ketenganan agar Luna bisa leluasa untuk bercerita.
"Aku ketahuan sama karyawan kantor, beberapa kali ikut berangkat bareng Mas Reza, berpikir bahwa aku godain Boss mereka dan ngancam aku".
"Kamu diancam sama mereka, Mas Reza tahu nggak kelakuan karyawannya?".
"Nggak tahulah. Kalau aku ngadu yang ada mereka pikir aku ada apa-apa sama Bossnya. Makanya aku bertahan dan sabar ngejalani hari-hari aku".
"Serba salah juga, terus kamu juga nggak cerita sama Abel?".
"Kalau aku cerita, yang ada langsung diaduin ke Mas Reza".
"Tapi itukan namanya kekerasan secara tidak langsung dan pencemaran nama baik Lun".
"Pokoknya masalah ini cuma kamu sama Mbak Rani yang tahu, aku bisa tahan selama aku nggak dekat sama Mas Reza".
"Siapa Mbak Rani?".
"Dia yang bimbing aku selama magang, sekaligus teman Alm. Kak Anggi".
"Dunia memang sempit banget ya, terutama sama kehidupan kamu, kalau dipikir-pikir orang yang disekitar kamu seperti sudah diterikat sebelumnya. Nanti kejutan apa lagi?".
"Tunggu aja kejutan selanjutnya, to be continue".
Keduanya tertawa lepas terutama Luna sudah beberapa hari ini tidak mengekspresikan wajahnya dan akhirnya bisa menghilangkan beban yang selama ini dipikulnya sendiri.
Tanpa terasa waktu sudah larut malam, Luna pun diantarkan Rara dengan mobilnya sampai apartemen. Dan sesampainya dilobby, Luna keluar dan menutup kembali pintu mobil tapi sebelumnya Luna berucap, "Terima kasih, Rara buat hari ini aku jadi merasa lega. And thanks you sudah antarkan pulang".
"Iya sama-sama, kalau ada yang mau diceritain, kamu hubungin aku ya".
"Siap".
Mobil Rara melaju menghilang dari pandangan Luna, ia bergegas masuk kedalam berjalan kearah pintu lift yang tak butuh lama menunggu lift terbuka dan langsung masuk kedalam. Dan ditekannya tombol angka lima dengan cepat karena ia sudah terlalu lelah dan ingin beristirahat. Belum sampai lantai lima, lift berhenti dilantai tiga seorang ibu dan anak memasuki lift dan tanpa sadar Luna tiba-tiba sangat merindukan bocah kecil itu, dan bertanya-tanya sendiri sedang apa dia sekarang, apa dia sudah makan, dan banyak pertanyaan muncul dipikirannya tentang bocah kecil itu.
'ting'
Pintu lift pun terbuka tepat dilantai lima, dan berjalan keluar tanpa melihat langsung kedepan tak sadar dia melewati pria yang sedang bersandar didinding, dan saat menoleh penasaran Luna terlihat sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya ternyata adalah Reza. Ia menunggu tepat didepan pintu apartemennya dengan wajah yang terlihat khawatir. Beberapa detik mereka terdiam saling pandang, entah sejak kapan Reza sudah memeluk dirinya. Luna melebarkan matanya tak percaya dan saat ini ia bisa merasakan detak jantung pria itu dengan jelas, dan mungkin Reza juga bisa merasakan detak jantung dirinya yang berdebar-debar kencang.
Reza mengeratkan pelukannya ketubuh Luna, rasa ingin memberontak atas apa yang dilakukan pria itu. Tapi ia tidak bisa terlalu nyaman untuknya saat ini, Mereka berpelukan dalam diam, Luna pun bisa merasakan hembusan napas Reza disisi lehernya. Suara Luna dibalik pelukan terdengar jelas ditelingan Reza memulai pembicaraan meski masih berada dalam pelukkannya.
"Mas Reza".
"Hmm".
"Mas, kenpa peluk aku?".
"I Miss You".
"Jangan becanda".
"Kamu memang nggak rindu sama aku, tiap hari menghidar melulu".
"Aku ngga menghindarimu Mas. Aku_".
"Aku tahu semuanya kok".
"Maksud Mas Reza?
"Semuanya, kenapa kamu menghidari dari aku".
"Tahu dari mana".
"Kepo"
"Aku serius Mas Reza?".
Kemudian Reza mengendurkan pelukannya dan menompangkan dahinya dan didahi Luna saling berhadapan seraya berkata, "I Love You" lalu mencium kening Luna lama dan kembali memandang wanita dihadapannya yang masih terdiam Reza menatap langsung kedua mata Luna dihadapannya ingin mendengar jawaban apa yang akan diucapkan Luna, bukanya menjawab tapi dia malah kembali memeluk tubuh Reza dan berbisik, "I Love You too". Perasaan keduanya tidak bisa diucapkan dengan kata-kata, hanya ada perasaan lega dalam hati mereka karena perasaan keduanya terbalaskan.
Reza melepas pelan pelukannya memandang dalam kearah Luna lalu memajukan wajahnya dan mecium bibir Luna lembut dan lama. Dia mengalungkan tangannya keleher Reza dengan erat, sementara Reza memegang pinggang Luna. Ciuman keduanya pun semakin dalam dan memabukkan, kemudian melepas ciuman mereka sesaat untuk mengambil napas sebelum mereka kembali memangutkan bibir keduanya lagi dan semakin menuntut. Namun sesaat Luna dengan lembut mendorong tubuhnya agar menghentikan aktifitas mereka.
"Kenapa?". ucap Reza masih dengan embusan napas yang masih berat.
"Kita masih didepan pintu apartemen, kalau ada yang liat gimana?". Luna menundukkan wajah karena malu atas ciuman yang dilakukan mereka tadi.
"Ah, aku lupa", kata Reza sambil mengarukan kepala dengan jari telunjuknya. "Kalau gitu kamu masuk kedalam udah malem".
"Iya".
"Good night"
"Night"
Lunapun masuk kedalam sementara Reza kembali keapartemenya dengan perasaan hatinya yang berbunga-bunga. Memang untuk seumuran dia tidak pantas terlalu mengekpos suasana hatinya, tapi cinta itu tidak memandang usia. Luna yang sudah masuk apartemennya langsung memasuki kamar mandi dan setelah selesai dengan ritual mandinya dia bergegas menghempaskan tubuhnya keranjang dan mengingat kembali moment antara mereka lakukan tadi dan memejamkan kedua matanya dengan perasaan senang. Dan berharap hari esok akan menjadi hari yang baik untuknya.
♥♥♥
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Nunik Warsiah
to the poin , i love you.😍😍😍😍i love you to
2021-06-04
0
diky hermawanrieo
jangan kebablasan ya,
2021-05-21
0
fanthaliyya
aamiin 🤲🤲
semoga y Luna keberuntungan selalu berpihak padamu
2021-05-16
0