♥♥♥
Luna keluar Apartemen tergesa-gesa, sesekali dia menolehkan wajahnya kesegala arah untuk memghindari seseorang. Memang aneh karena ia tahu bila lantai mereka berdua berbeda tidak ada kemungkinan mereka dapat bertemu dimana pun. Setelah segalanya cukup aman, tidak bertemu dengan Reza didalam lift ia pun sampai dilobby bawah dan menunggu taksi online yang dipesannya beberapa menit lalu. Tidak butuh lama taksi online pun datang, dengan sigap Luna masuk dengan cepat takut dia tiba-tiba bertemu dengan Reza. Memang konyol menghidari seseorang yang tidak mempunyai status hubungan. Luna melirik kearah jendela sampingnya melihat mobil dan motor berlalu linting dengan kepadatanya yang lumayan penat tapi untung tidak macet terlalu lama sehingga ia tidak akan terlambat masuk. Tapi sejak kejadian kemarin pikirannya semakin kalut soal kerjaan, cinta dan masa lalunya yang datang secara berurutan seperti sudah disiratkan.
Taksi online berhenti tepat diperepatan kantor, mereka tidak akan berpikir kalau ia turun dengan taksi online berwarna biru dengan logo burung itu. Sampai sekarang pun teringat kembali setiap kejadian saat ditoilet lobby, mendengar ancaman mereka membuat Luna sedikit cemas bukan takut.
Luna mendekati gedung menjulang tinggi dihadapannya dan memasuki pintu lobby yang sudah banyak karyawan memasuki kantor, pandangan pun tertuju dengan tiga wanita yang sering disebut Novi and Genk yang terus menatap tajam dirinya. Saat Luna menunggu antrian lift secara bergilir. Ia pun mengalihkan pandangan saat seorang perempuan menghampirinya dari arah belakang.
"Luna, sudah baikan?", kata Rani dengan raut muka sumbringah.
"Sudah baikan Mbak, terima kasih". ucap Luna lembut.
"Aku perhatikan Novi and Genk ngeliatin kearah sini mulu. Ngerasa nggak sih?".
"Masa sih, mungkin perasaan Mbak".
"Mungkin".
Lift pun terbuka kembali, karyawan lainya masuk termasuk Luna dan Rani tiba-tiba lift berhenti bekerja karena beban mereka terlalu berat, beberapa orang pun keluar sebagian. Untung keduanya berada tepat dibelakang pintu lift sehingga mereka tidak harus keluar disaat jam masuk kerja sudah akan berakhir.
Luna duduk dimejanya dengan dokumen-dokumen ditanganya memeriksa kembali data yang akan dibawa untuk dimeeting hari ini bersama dengan Pak Reza, karena akhir-akhir ini pengeluaran uang perusahaan cukup membengkak. Dengan teliti ia cek tiap lembar dokumen agar tidak ada kesalahan saat meeting berlangsung.
"Kamu ikut meeting juga, ini perintah Pak Reza". seru Rani sambil menekankan nama atasanyanya begitu laun dan jelas. Luna hanya mengerutkan alisnya karena berbidik aneh melihat Mbak Rani yang terlihat seperti mengetahui sesuatu antara Luna dan Reza.
"Kenapa? Aku kan masih magang".
"Tidak tahu, pokoknya kamu harus ikut tanpa protes dan alasan-alasan lainnya. Buat ini menjadi pengalaman kamu".
Luna pun hanya mengangguk paham maksud Mbak Rani dan melupakan sejenak pikirannya dan kembali mengerjakan tugasnya sebelum meeting dimulai. Perasaan ia pun mulai gusar, belum siap melihat wajah Reza yang akan membuat hatinya kembali berdebar-debar. Karena untuk sekarang ia tak ingin melihat pria itu karena semakin berhubungan dengannya semakin banyak orang yang akan mencaci dirinya seperti kemarin.
Beberapa menit sebelum pergi keruang meeting besar. Luna tiba-tiba mengeluh merasa kesakitan dikepalanya. Dengan sigap Rani membawa Luna keruang istirahat disamping ruangan Pak Fredi dibaringkannya Luna diranjang kecil untuk satu orang, Rani pun keluar untuk mengambil kotak obat yang disediakan perusahaan untuk setiap ruangan bagian. Dan tak lama Rani kembali membawa kantong plastik berisi roti yang biasa dia beli, air minum dan obat diletakan dimeja samping rajang Luna
"Kalau masih sakit, kamu nggak usah masuk Lun?". Rani begitu cemas.
"Maaf aku bikin Mbak repot mulu, lagian Luna nggak enak masih magang masa udah nggak masuk gitu aja. Baru kemarin aku izin pulang".
"Ya sudah kamu istirahat, minum obatnya. Kamu nggak usah ikut meeting nanti Mbak bilang kamu sakit".
"Terima kasih".
"Aku pergi meeting dulu, kamu hati-hati".
"Iya".
Setelah kepergian Mbak Rani dari ruanga, Luna mendekati pintu dan menguncinya. Dan bernapas lega karena aktingnya tidak dicurigai oleh Mbak Rani, ia melakukan itu untuk menghidarinya dari masalah karena dia cemas akan dibully oleh ketiga wanita kemarin menuduhnya penggoda.
Maafkan aku Mbak, aku bohongin kamu. Gumamnya
Meeting
"Apa penampilanku sudah rapih?", tanya Reza sambil merapihkan penampilannya.
"Rapih", balasnya sedikit mengerutkan alis, merasa aneh dengan sikap Reza berbeda seperti biasanya. Yang ia kenal Bossnya ini tidak begitu peduli dengan penampilannya. Entah apa yang sudah mengubahnya bisa lebih baik ini, banyak ekspresi yang dia tunjukan akhir-akhir ini, biasanya ia memasang wajah dingin dan datar. Saat melangkah kembali menuju ruang meeting Reza kembali bertanya pada Soni dengan tidak percaya diri dengan penampilannya.
"Kamu yakin, udah rapih dan bagus?", tanyanya lagi.
Soni pun dibuat kesal oleh Boss nya ini, sudah beberapa kali dia bertanya, dan apa meeting kali ini benar-benar ada sesuatu yang spesial untuk Reza karena beberapa jam lalu dia melihat kegelisahan dipikirannya, seperti akan menemui seseorang yang dia sukai. Tunggu Suka? Apa mungkin Boss nya ini sedang menyukai seseorang. Padahal mereka meeting dengan orang yang biasa dia temui, hanya saja ada tambahan karyawan magang dari bagian keuangan. Soni pun jadi banyak pemikiran diotaknya gara-gara Boss nya.
"Perfect", singkatnya lagi.
Saat memasuki ruang meeting, Reza langsung mencari seseorang yang dia kenal. Namun orang itu tidak ada diruangan, banyak pertanyaan dihatinya, aku kenapa dia tidak ada dan sebagainya. Suara dehaman Soni membuyarkan pikiranya dan kembali pada meeting hari ini meski tanpa melihat wajah Luna, karena akhir-akhir ini jarang bertemu ataupun menyapanya karena kesibukannya ini.
"Apa semuanya sudah kumpul?", tanya Reza sebelum memulai meeting.
Kemudian seorang wanita berbicara, "Maaf Pak, Luna anak magang dari bagian kami tidak ikut karena sakit". Seru Rani memberitahu pada Reza yang terlihat khawatir saat ia berkata Luna sedang sakit.
"Benarkah? Apa dia sudah minum obat?", spontan Reza membuat para karyawan yang ikut meeting menatap curiga dan aneh karena kekhawatirnya terhadap anak magang. Rezapun berdeham cepat, "Maksud saya, anak magang disini harus kita rangkul karena dia juga bekerja disini meskipun hanya membantu sedikit pekerjaan kita". ucapnya gugup.
"Sudah Pak", kata Rani, melihat Boss nya begitu khawatir ia sudah menyimpulkan bahwa pria didepannya ini sangat menyukai Luna. Rani pun hanya tersenyum dengan tingkah pria dihadapanya yang terlihat gugup.
Entah kenapa meeting hari membuat Reza gelisah karena pikiran terlalu mengarah pada Luna dibandingkan dengan dokumennya diatas meja, baru kali ini dia merasa kalau meeting begitu membosankan dan tak lama dia memerintahkan Soni untuk menunda meeting hari ini, dan dia pun kembali kerungannya dan mondar-mandir didepan meja.
Dia sakit apa? Aku benar-benar khawatir. Batinnya.
Reza mengambil ponselnya dimeja untuk mengetik chat pada Luna
Reza : Apa kamu sakit?
Reza : Sakit apa?
Reza : Apa sudah minum obat?
Reza: Kalau masih sakit kamu pulang saja
Beberapa pesan sudah dikirim, tapi belum ada satu pun yang dibales dan belum dibaca. Pikirannya pun menjadi semakin gelisah, bila dia bukan Boss disini dirinya sudah menemui Luna, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa bila sudah dikantor. Luna adalah karyawannya sementara dirinya Atasannya.
Sudah hampir setengah jam masih menunggu balasan dari chat yang ia kirim. Masih belum tenang Reza dengan cepat dia mencari kontak perempuan itu ditekan tombol tanda telpon diponselnya dengan gusar.
Luna Calling...
Masih belum diangkat.
Setelah 3x menelpon tetap Luna tidak mengangkat telpon. Perasaan Reza pun menjadi kalut, ia pun bertanya-tanya kenapa chat dan telponnya tidak dibalas dan tidak diangkat olehnya. Reza pun berpikir apa dia pernah membuat kesal atau kecewa sehingga dia mengabaikannya. Tapi setahu dirinya dia tidak berbuat salah atau sebagainya.
Disisi lain
Luna masih dalam ruangan tempat istirahat, ia mondar-mandir disamping ranjang melihat chat dari Reza masuk beberapa kali ingin membalas tapi dia tidak bisa ini adalah cara agar dirinya bisa menghidarinya sementara waktu. Dirinya terus memandangi ponselnya entah berapa menit dalam situasi seperti itu. Tiba-tiba telpon masuk dengan terkejut Luna terus diam tanpa melakukan apa-apa masih tetap dengan pendirianya setelah beberapa kali telpon, bunyi ponsel pun hening tidak ada tanda-tanda panggilan masuk lagi.
Kemudian Luna kembali ke ranjang dan berbaring saat mendengar ketukan pintu dari luar dan Mbak Rani masuk dan mengecek keadaan dirinya. Seperti biasanya memberitahu bahwa jam kerjanya sudah selesai.
"Kamu sudah mendingan? Ini udah jam 16.00 kamu pulang nanti Mbak pesankan taksi online buat kamu?". Seru Rani.
"Udah mendingan. Gak usah nanti aku pesan sendiri". ucap Luna. "Oh iya Mbak, meetingnya bagaimana?". Katanya lagi.
"Meetingnya diundur tidak tahu kenapa". Sebenarnya Rani tahu yang membuat Mood Bossnya itu menjadi gelisah adalah Luna.
Setelah mendengarkan cerita bahwa meeting diudur besok, dan tidak menutup kemungkin Luna harus mengikuti meeting besok. Padahal tadi saja dia sudah pura-pura sakit, dan tidak bisa beralasan lagi. Kata Mbak Rani bukan hanya beruntung bisa meeting dengan beliau tapi juga suatu kebanggaan tersendiri.
Luna sudah menunggu taksi online diperempatan kantor, tapi tak lama dia melihat mobil yang sering ditumpangi Reza. Pura-pura tidak melihat Luna membuang muka pada arah lain.
"Luna, naiklah kita pulang bareng?". Ajak Reza dari balik jendela.
"Maaf Pak saya sedang menunggu taksi online bentar lagi datang". Seru Luna dengan wajah datar.
"Apa kamu baik-baik saja, aku dengar kamu sakit?". tanya Reza cemas.
"Baik, saya cuma pusing sedikit. Maaf Pak taksi online saya sudah datang. Saya permisi". Kata Luna sambil meninggalkan Reza yang masih didalam mobilnya.
Mungkin kejam Luna melakukan itu pada Reza, tapi dia tidak tahu harus bagaimana lagi, tidak ingin melibatkan pria itu dalam masalahnya meskipun bersangkut paut dengan pria itu juga. Setelah meninggalkan Reza hati Luna benar-benar terasa sakit ia tidak sanggup bila harus bersikap jahat pada Reza yang sudah baik padanya. Sepanjang perjalanan ia terus-terusan memaki dirinya sendiri tentang sikap acuhnya tadi.
Maafkan aku Mas Reza. batin Luna
Sedangkan Reza merasa bahwa Luna sedang menghindar dirinya, dengan tidak membalas chat, tidak mengangkat telponnya dan sekarang menolak pulang dengannya apalagi dengan raut muka dingin tadi membuat Reza benar-benar pusing dibuatnya.
Kenapa kamu menghindariku Luna. batin Reza.
♥♥♥
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
diky hermawanrieo
ngobrol atuh ngobrol,dari pada pada nyangka yg nggak2,gemezzzz bgt deh ma autor,ehhh
2021-05-21
0
Li Can
emg susah mencinta dalam diam. sakiiiiiitttttt😮🤐
2021-05-01
0
Lucki RM
aku tebak alurnya pasti Luna ntar akan ketemu sama Aldo dan Reza lihat terus Reza pasti menyimpulkan kalau Luna menghindari dirinya karena Aldo.
2021-04-17
0