Luna berdiri didepan perusahanan tempat dia magang dilihatnya gedung menjulang tinggi keatas. Dengan perasaan gugup ia masuk kedalam dan menghampiri temannya yang juga lolos, Alda dan Reyhan yang sama beruntungnya dapat di terima diperusahaan ini. Lalu seorang pria berjas dengan wajah yang rupawan mendekati mereka dan meminta untuk mengikutinya. Dan meninggalkan mereka di ruangan yang cukup besar, dan tidak lama pria itu datang kembali dengan dua orang dibelakangnya melangkah maju.
Pria itu tersenyum ramah, "Kalian bertiga akan menempati bagian yang sudah kami tetapkan. Saya harap kalian bisa bekerja dengan baik dan buat ini menjadi kesempatan kalian untuk memasuki dunia kerja kelak kalian lulus nantinya". Katanya.
Luna dengan sigap berjalan mengikuti seorang wanita di depannya melangkah maju menuju divisi Keuangan. Ia di percaya magang di bagian tersebut. Sedangkan Alda dan Reyhan di tempatkan di bagian Humas.
"Ini tempat kamu mulai kerja. Saya harap kamu bisa bekerja dengan baik. Karena kesempatan tidak datang dua kali." Kata wanita itu tegas dan tersenyum ramah pada Luna, kemudian kembali melanjutkan ucapanya. "Kenalkan aku Rani, nanti saya yang akan membimbing kamu selama kerja disini".
"Saya Luna. Mohon bantuanya Mbak". Luna sambil mengulurkan tanganya untuk bersalaman sedang Mbak Rani.
Selama pekerjaan berlangsung tidak ada keluhan ataupun kerjaan yang membuatnya pusing karena ini masih hari pertama untuk sementara berjalan dengan harapannya.
Pukul dua belas siang, semua karyawan bergegas meninggalkan ruangan untuk makan siang. Luna dan Mbak Rani berjalan kekantin yang sudah dipenuhi semua karyawan kantor.
Luna mendapatkan rekomendasi makanan dikantor oleh Mbak Rani, dia bilang makanan dikantin yang paling numero uno adalah soto ayam yang sudah disediakan oleh perusahaan.
Banyak menu makanan di kantin sehingga karyawan di sini tidak bosan-bosan untuk mencicipi semua menu makanan di kantin karena semuanya Free.
Bekerja di perusahaan ini adalah impian semua orang, karena SJ Company yang memakmur semua karyawannya. Tidak gampang masuk di perusahaan yang bertarap Internasional ini.
Terdengar suara bising karyawan di sudut kantin, mereka menatap seorang pria berjas dengan langkah kaki tegap dan kharismatik di setiap langkah kakinya.
Dengan mata melebar dan sangat terkejut, Luna mengarahkan tatapannya pada pria yang sedang berjalan di samping meja. Masih dengan tatapan tidak percaya Luna memejamkan sekilas matanya. Merasa ada yang salah dengan kedua matanya saat melihat pria itu melewatinya.
Itukan Reza, Ya ampun aku kok baru sadar kalau dia ganteng dan mempesona begini, batinnya.
"Lihatnya biasa aja, Luna". seru Mbak Rani membuyarkan lamunannya.
"―maaf". Katanya malu. Ketahuan mengagumi pria itu. Luna menunduk.
"Gantengkan?" kata Mbak Rani menggoda. Luna diam tidak menjawab dan menggukan kepala. Sebenarnya bukan itu saja yang membuat kaget. "Beliau adalah Pemimpin dari SJ Company". Lanjutnya, membuat Luna tersedak sesaat menelan makananya dikedalam tenggorokannya.
Dengan cepat Mbak Rani memberikannya minum agar menghilangkan rasa tidak enak di dalam rongga mulutnya.
"APA?" Desis Luna tidak percaya dengan apa yang di dengarnya.
Pemimpin? maksudnya CEO tempatnya, SJ Company? Yang benar saja? Runtuknya dalam hati.
"Iya benar, Reza Aditya Winajaya. Memangnya kamu nggak tahu atau cari informasi saat mau magang di sini". Seru Rani.
"Cari info kok, yang Luna tahu namanya Galang Braham Winajaya Owner dari perusahaan ini". Kata Luna menjawab yang ia ketahui. "Aku kira masih beliau yang pimpin". lanjutnya.
"Itu memang benar, tapi Beliau sudah pensiun. Dan Anaknya di percaya untuk mengisi posisi tersebut". Jelasnya.
"Oh begitu. Kalau boleh tau bukannya selain Pak Reza, beliau punya masih punya anak lagi yang bernama Pak Abdul?" Tanya Luna kepo, membuat Rani di sampingnya mengerut kedua alisnya. Sejak Luna tahu kalau Pak Abdul-Dosennya dari kalangan orang berduit. Luna dan Rara bertanya ke beberapa teman-temannya yang selalu mengosip, dan benar saja kalau Pak Abdul adalah anak dari pemilik SJC. Yang Luna bingungkan kenapa bukan Pak Abdul yang mengambil alih, malah adiknya bernama Reza. Dan ini suatu kejutan yang Luna ketahui saat pertama ia menginjak perusahaan ini.
"Aku sih nggak tau, tapi yang aku dengar Pak Abdul tidak berminat meneruskan usaha Pak Galang, dia lebih suka mengajar dari pada mengurus sebuah perusahaan".
"Benar-benar orang bersahaja Pak Abdul itu". Seru Luna kagum dengan sikap sahajanya ini. Kalau di lihat-lihat beliau memang tidak pernah menunjukkan penampilan yang berlebihan saat dikampus. Berbeda dengan adiknya lebih mengutamakan penampilan.
Itu yang Luna lihat bukan men-judge.
•••
"Kamu sudah tempatkan wanita itu di bagian yang Mas Abdul rekomendasikan". Tanya Reza yang masih sibuk dengan dokumen di tangannya.
"Sudah Pak dan dia pun orangnya cepat tanggap, mudah berinteraksi dan bekerja dengan baik untuk saat ini". Jawabnya menjelaskan. Memandang Reza dengan tatapan kecurigaan tidak pernah sebelum Reza mengurusi seseorang, meski itu permintaan orang terdekatnya.
Reza hanya mengangguk kecil tanpa berbicara. Dan Soni Seketarisnya, perlahan keluar ruang setelah melaporkan hasil tugasnya.
Suara ponsel berbunyi nyaring menganggu Reza yang sedang sibuk dengan laptop dan dokumen di meja. Karena penasaran siapa yang menelpon Reza pun menerima telpon tersebut.
Suara anak kecil terdengar. "Daddy, miss you".
Reza tersenyum sumbringah mendengar suara anaknya tampak begitu riang. "Miss you too, Biboy sudah makan?" tanya Reza karena sekarang sudah jam makan siang.
"Sudah Daddy, kapan pulang?"
"Daddy pasti pulang cepat, kamu jangan nakal ya." balasnya, yang tadinya Reza lelah akan pekerjaan dalam sekejab semangatnya kembali pulih akan celotehan anaknya, Bimantara.
"Yes Daddy".
Telponpun beralih ketangan Sarah.
"Reza, Mbak dengar dari Mas Abdul, katanya Luna magang diperusahaan kamu ya?" tanya ingin tahu dan memastikan ucapan suaminya benar atau tidak.
Sedangkan Reza berdecak malas kalau Sarah sudah kepo akan urusannya terlebih tentang Luna yang di sukai Sarah.
"Iya". Jawabnya singkat.
Terdengar suara kegirangan Sarah. "Ya ampun, Reza. Ternyata jodoh tidak kemana ya. Mbak yakin 100% Luna itu jo―" Belum sepat bicara panjang lebar Reza langsung menutup telpon sepihak.
Tutt.. Tutt
"Dasar Reza kebiasaan deh, belum kelar ngomong udah dimatiin aja". Ketus Sarah pada Adik iparnya.
Sedangkan Reza membuang napas leganya, setelah menutup telpon, ia paling malas mendengar ocehan Sarah yang terus menerus menjodohkannya dengan Luna. Padahal sampai hari ini pun dia belum pernah mengobrol dengan wanita itu.
Apa wanita itu pake guna-guna membuat Biboy dan Sarah menyukai?
Reza melanjutkan kembali pekerjaannya, tidak mau ambil pusing akan ucapan Sarah. Reza memang harus menikah, dan menikah karena cinta bukan paksaan. Tapi cinta itu belum datang, sebelumnya cintanya sudah mati terkubur dengan wanita itu. Dan dia tidak akan terpuruk akan hal itu. Dia berusaha mencari sosok wanita yang akan membuat Reza dan Bima nyaman, menyanyagi, dan mencintainya apa adanya. Bukan ada maunya.
Kebanyakan wanita memandangnya karena fisik dan kekayaannya bukan karena cinta, tapi obsesi yang mereka cetuskan.
Maka dari itulah Reza sangat selektif dalam mencari pendamping hidup. Sekali seumur hudup yang Reza inginkan.
•••
Saat berjalan pulang melewati lobby resepsionis, seorang menyapa Luna. Luna menerka-nerka akan wanita itu, seperti Luna kenali. Tapi siapa? Otak Luna masih membuka memorinya yang lemot. Wanita itu mendekatinya.
Ah aku inget.
"Luna, Kan?" sapanya, memastikan kalau wanita itu tidak salah orang.
Luna mengiyakan.
"Kamu, Abel?" balas Luna. Terrnyata Abel sahabatnya saat SMA, bukannya tidak mengenali tapi penampilan Abel cukup membuat Luna tercengang dan berubah drastis.
"Kamu apa kabar?" tanya Abel seraya memeluk Luna kegirangan. Luna pun membalas pelukkannya.
"Aku baik. Kamu sendiri apa kabar? Makin cantik aja. Sampai aku nggak kenal loh." Balas Luna, tersenyum manis. Mengangumi Abel yang tampak begitu cantik dan modis. Tidak sepertinya sederhana dan biasa aja.
"Baik. Kamu yang makin cantik. Ya, ampun, Luna si tomboy kemana? Sekarang jadi girly begini". kata Abel tahu kalau Luna dulu agak boyish dalam berpakaian tapi tetap mempunyai pesona yang banyak di kagumi banyak cowok di sekolah. Abel tidak pungkiri fakta itu.
"Bisa aja, udah lama banget kita nggak ketemu tiga atau empat tahuan deh".
"Lima tahun kali, Bel. Dan selama itu kita lost contact begitu aja, karena kesibukan masing-masing".
"Lama juga ya. Benar banget. Maafkan aku ya. Tapi sekarang kita ketemu lagi di sini. Jangan sampai kita lost contact lagi.
"Pastilah jangan sampai, kita harus nongkrong lagi. Sama Rara juga."
"Benar tuh, apa kabar Rara?"
"Dia selalu baik."
"Syukurlah aku kangen masa-masa jaya kita dulu."
"Sama aku juga."
"Kamu kerja disini?"
"Aku magang. Sebelum lulus aku ikutan magang di sini buat syarat kelulusan aku wisuda".
"Enak. Aku masih butuh satu tahun lagi buat lulus, Ini lagi cuti".
"Emang kamu ambil jurusan apa?"
"Arsitektur Interior".
Setelah berpindah tempa keruang tunggu, Luna dan Abel asyik mengobrol tanpa jeda. Keduanya melepas rindu setelah bertahun-tahun tidak bertemu. Saking kangennya mereka memutuskan untuk bertemu kembali diakhir pekan dan bertukar nomor.
Saat masih dengan obrolannya, seseorang datang menghampiri keduanya. Awal Luna pikir siapa, dan ternyata Reza apalagi pria tersebut langsung duduk disampingnya.
Loh kok, dia?
"Abel. Kenapa kamu tiba-tiba datang nggak kasih kabar?" tanya Reza kesal. Reza mendapatkan kabar dari Soni kalau Abel berada di resepsionis bawah mengobrol dengan sesorang yang ternyata adalah Luna.
"Aku nggak mau repotin Kakak". Balas Abel manja.
Wait kakak? Dari sekian banyak keluarga kenapa aku harus berhubungan sama keluarga ini sih, mulai dari Dosen, Bi, Pak Reza, tempat kerja, dan sekarang Abel teman SMA aku yang ternyata adik dari atasan magang aku sendiri? Dunia memang kecil bagai semut. Gerutunya dalam hati
"Kamu belum pulang, Luna?" tanya Reza membuat Luna kaget karena ia sedikit melamun akan pikiran yang berkecambuk dalam hatinya.
Untuk pertama kalinya Reza mengajukan pertanyaan pada umumnya ke Luna. Sampai Luna tidak percaya apa yang ia dengar barusan. Pertama bertemu Reza, pria itu tampak dingin dan cuek, tapi saat ini Luna merasa kalau pria di sampingnya bukan Reza yang ia kenal sebelumnya. Dia tampak santai saat berbicara dengan Abel layaknya manusia biasa. Bukan manusia kutub utara, yang dingin bagai es balok atau salju.
"Baru mau pulang Pak, dan ternyata saya ketemu Abel jadi ngobrol dulu". Balas Luna, menunduk sopan tidak mau bertatapan langsung dengan mata pria itu, karena akan membuat Luna salah tingkah dan malu.
"Oh. Jadi kamu temannya Abel, kok kamu mau sih temanan sama adik saya yang cengeng dan manja begini". Candanya sontak membuat Abel kesal dan memukul bahu Reza dengan pelan. Luna tersenyum kikuk.
"Kak Reza jahat deh. Gini-gini Abel banyak temannya tahu".
Melihat kedekatan mereka berdua Luna sampai tidak menjawab pertanyaan pria dihadapanya yang sedang menggoda adiknya.
Saat itu, Luna teringat bahwa dia memiliki janji untuk bertemu sahabatnya di apartemennya, sebenarnya Luna masih ingin melepas rindu dengan Abel tapi dia tidak bisa berlama-lama mengobrol. Karena itu Rara pasti menunggunya.
"Kayaknya aku harus pulang deh, aku udah ada janji". Kata Luna sedikit gusar.
"Padahal masih kangen, tapi akhir pekan ini kita ketemu ya?" Abel sembari mengingatnya kembali.
"Itu pasti". keduanya pun berpelukan. Untuk sesaat mengarahkan pandangannya pada Reza disamping tempat dia duduk.
"Pak saya pamit". ucapnya sopan dan meninggalkan keduanya.
"Baik hati-hati." balas Reza tersenyum ramah, Luna pun merasa luluh akan senyumnya itu. Jantungnya menjadi berdebar-debar seketika.
"Hati-hati ya, Luna." seru Abel.
Luna mengiyakan, terseyum lalu keluar dari ruangan. Merasa lega karena sejak tadi jantungnya tidak bisa di ajak kompromi.
Lega nya..
•••
Setelah selesai dengan ritual mandi, Luna bergegas ke luar kamar dan di lihatnya Rara sedang duduk asyik duduk sambil menonton Film yang ingin mereka tonton. Karena hari pertama magang membuat seluruh badan Luna pegal dan ngilu. Ia pun duduk di samping Rara yang masih fokus akan filmnya.
Rara memandang kearah sahabatnya yang sembari tadi masih diam dalam pikirannya. Rara memecahkan keheningan.
"Ehm.. " suara dehem Rara membuyarkan pemikiran Luna sejak tadi. "Kamu kenapa sih? begong melulu sejak tadi. kesambet baru tau rasa".
"Capek, Ra."
"Nggak usah kerja kalau capek."
"Enak aja, kalau ngomong asal jeplak. Aku butuh perjuangan kali buat masuk itu perusahaan. Masa cuma gara-gara capek aku keluar". Balas Luna sedikit tersentak.
"Segitunya bu, terus kenapa loyok begini habis kerja rodi aja."
"Aku mau cerita, kejutan apa aja yang aku hadapin hari pertama aku magang".
"Cerita dong. Bagaimana hari pertama magang. Terus ada banyak cowok-cowok ganteng nggak?"
"Otak kamu, cowok mulu. Hari pertama aku dalam segi kerjaan nggak ada hambatan apapun lancar".
"Terus, kejutanya apa?" Luna membuat rasa ingin tahu Rara bercabang.
"Kejutannya pertama adalah CEO SJC itu Bapaknya Bi, adiknya Pak Abdul".
Ucapan Luna membuat Rara terkejut bukan main. Saking terkejutnya dia hampir melepaskan gelas minuman yang dia genggam sebelumnya.
"SUMPAH, demi apa? Duren itu CEO. OMG Hello, orang tajir dong tuh Duren. Mau dong". Candanya kelewat lebay. Maklum saja, Rara itu adalah pencinta novel romantis tentang CEO-CEO, yang kebanyakan cerita di luar jangkauan alias khayalan semata.
"Benar nggak bohong. Dan untuk kejutan kedua, kamu masih inget sama Abel teman SMA kita, dia tenyata Adiknya Pak Reza dan Pak Abdul. Gila gak tuh!" Serunya bercerita.
"Maksudnya Abel yang hobby nya mewek itu, member Geng Bajaj kita dulu?" Tanyanya balik. Luna manggut.
"Yaelah, nggak usah pake hobby kali, teman macam apa kamu".
"Sorry sorry, cuma dia loh diantara kita yang paling suka nangis."
Luna setuju akan kebenaran Rara tentang Abel tapi itu kan dulu, sekarang dia sangat berbeda.
Zaman sekolah dulu, Luna, Rara dan Abel angat dekat kemana-mana bertiga. Sampai-sampai mereka itu di juluki teman sekelas dengan sebutan Geng Bajaj yang rodanya ada tiga. Kepribadian mereka bertiga sangat bertolak belakang. Luna yang sikapnya tomboy, Rara yang kelewat sok Ngartis, dan Abel yang manja dan cengeng, menjadi satu kesatuan dalam Geng Bajaj. Tapi mereka tidak pernah bisa menutupi kelemahan dengan kelebihan mereka masing-masing. Setelah lulus sekolah Luna maupun Rara masih melanjutkan kuliah di Indonesia. Semetara Abel kuliah di Belanda.
Mengenang kembali masa lalu memang tidak pernah habis untuk di ceritakan. Keduanya melanjutkan lagi acara menonton film yang mereka tunda. Kemudian memasak untuk makan malam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Santy Mustaki
lanjuut
2021-06-11
1
Li Can
katanya sahabatan knp luna gak tau kl reza kaka si abel😑 jd bingung....
2021-05-01
0
Aqnez Bihgoliq
👍💪💪lanjut thor
2020-12-05
2