"Jadi saya diterima Pak". Luna tidak percaya dengan apa yang ia dengar dari seorang memberitahu bahwa dirinya lolos dan diterima magang diperusahaan yang Luna inginkan. "Terima kasih Pak, atas informasinya". Kata Luna sopan dan menutup panggilan masuk di ponselnya.
Dengan kegirangan dia menelpon sahabatnya. Ingin memberikan kabar baik, bahwa dirinya di terima untuk magang. Tapi panggilan telpon Luna tidak di angkat sahabatnya ini. Padahal ia berniat mentraktir makan Rara. Mungkin sibuk, pikir Luna.
Tidak lama sebuah chat masuk. Di bacanya chat dari sahabatnya, Rara.
Sorry Luna. Aku nggak bisa angkat telpon kamu. Aku lagi di acara kondangan teman Mamiku. Ponsel aku di kekeupin Mami biar nggak kabur. Jangan marah Luna nanti aku telpon balik deh.
Membaca chat temannya ini Luna hanya menghela nafas panjang. Segera membalas chat sahabatnya ini.
Oke, aku tunggu telpon kamu. Ini penting pake banget.
Luna pun bergegas menuju KFC memesan makanan dan minuman untuk mengisi makan siang. Setelah makan siang habis Luna masih sibuk dengan ponsel dan mencari referensi busana untuk hari pertama dia kenakan untuk bekerja dengan status magang.
Banyak macam-macam style yang Luna lihat. Tapi ia mulai bosan dan bergegas meninggalkan restauran cepat saji itu.
Luna cepat menekan pencarian untuk mendapat taksi online. Tapi tidak ada taksi online yang dia dapatkan. Sambil menunggu pencarian taksi online, Luna masih berdiri di depan restauran, menunggu di pinggir jalan.
Sebuah mobil Mercedes-Maybach S-Class berhenti di depan Luna berdiri. Dengan raut wajah kebingungan Luna pun melihat ponsel ditanganya. Tapi pencarian taksi online masih belum menujukkan keberadaannya yang di pesan dari App. Ini mobil ngapain berhenti didepanku, batin Luna terus bertanya-tanya.
Sesekali Luna melihat ke arah samping maupun belakang takutnya ada seseorang yang menunggu mobil ini. Tapi nihil hanya ada Luna seorang. Masih dengan raut muka bingung.
Sedangkan seseorang dalam mobil tersenyum geli akan tingkah Luna dengan raut kebingungannya.
Jendela mobil di kedua sisi pun perlahan terbuka di lihatnya seorang pria dan seorang wanita tersenyum. Luna membalas senyum mereka. Masih sedikit tidak percaya. Di lihatnya ada Pak Abdul dan Ibu Sarah memandang dirinya dari dalam mobil mewah di hadapannya.
"Kamu nunggu siapa Luna?" tanya Ibu sarah.
"Nunggu taksi online, Bu. Tapi nggak dapat-dapat." keluh Luna yang masiha setia berdiri di depan mobil itu
"Kita antar kamu yah." tawar Pak Abdul membuka suara menawarkan tumpangan.
Dengan cepat Luna menggeleng kepala pelan. "Tidak usah Pak saya bisa pulang sendiri." ucapnya menolak ajakan Dosennya ini. Bukannya menolak Luna tidak enak kalau harus menghantarkannya ke apartemen miliknya.
Dari arah dalam mobil Luna mendengar suara Bima yang memanggil dirinya. "Tante Una."
"Hai, Bi." sapa Luna balik, dengan senyum senang melambaikan tangannya. Ibu sarah pun membuka pintu mobil dan dengan cepat menarik tangan Luna. Tanpa sadar Luna sudah berada didalam mobil yang di tumpangi Dosennya.
"Kamu tinggal di mana biar kita antarkan. Iya kan Reza?" Tanya Ibu sarah yang masih mendudukan Bima di pangkuannya.
Reza toh namanya.
Sembari melirik ke depan melirik sekilas pada seorang pria yang mengemudi di sisi kanan. Pria itu hanya menggaguk setuju tanpa berkata apapun. Pria itu benar-benar pelit bicara. Membuat Luna sedikit ragu menerima tumpangan dari Dosennya.
"Saya tinggal di apartemen Sudirman Park". Jawab Luna yang masih tidak enak hati untuk diantarkan.
"Kamu tinggal disana?" Kata Ibu Sarah. Membuat Luna mengerut keningnya, seakan wanita itu tidak percaya akan ucapannya. Memang apartemennya lumayan mahal untuk kalangan mahasiswa. Luna mendapat apartemen dari Ayahnya yang meminta Luna untuk tinggal di apartemen, dari pada harus tinggal di kosan atau mengontrak rumah.
"Reza juga tinggal di sana. Tapi kita kok nggak pernah ketemu kamu, ya?" Sarah melanjutkan lagi.
"Luna baru satu bulan tinggal disana, Bu." Jawabnya memberitahu.
"Pantesan, kamu tinggal sama siapa?" Tanya Ibu Sarah benar-benar kepo akan Luna. Sedangkan kedua pria di depan hanya mendengarkan sekali-kali mereka melirik kebelakang.
"Udah Mah, kamu kepo banget sih, kamu nggak lihat Luna nggak nyaman di tanya-tanyain terus." sahut Pak Abdul memandang malu dengan tingkah istrinya itu.
Pak Abdul peka banget sih. Luna hanya tersenyum tidak mau menyinggung Ibu Sarah.
"Mamah nggak kepo cuma tanya saja. Iya kan Luna." Belanya. Luna hanya mengangguk pelan dalam arti setuju.
"Saya, tinggal sendiri." jawabnya sambil megambil Bima dari pangkuan Ibu Sarah di sampingnya.
"Kamu tinggal sendiri. Orang tua kamu?" Ibu Sarah bertanya kembali saking kepo, Luna memang tidak suka kalau orang lain menayakan keluarganya tapi Luna tidak tahu kenapa malah menceritakan hal pribadi pada keluarga Pak Abdul. Meski tidak secara detail.
"Ibu saya sudah meninggal. Ayah tinggal sama Istri dan anaknya di Jerman." Jawab Luna dengan nada pelan namun jelas. Meskipun begitu Luna merasa senang bisa berbincang tanpa beban pada mereka.
"Maaf. Saya nggak tahu". Ibu Sarah merasa bersalah dan mengelus pundak Luna lembut. Luna pun hanya mengangguk tanpa berbicara apapun. Reza dan Pak Abdul hanya diam tanpa berkata-kata.
Hanya mendengarkan obrolan keduanya belakang. Fokus memandang kedepan. Kadang kedua pria itu asyik dengan obrolan mereka sendiri.
Dalam perjalanan menuju apartemen. Luna dan Ibu Sarah asyik mengobrol. Maklum saja Sarah sangat menyukai Luna, gadis yang manis dan asyik untuk diajak bicara. Dan mereka punya satu hobby yang sama yaitu menonton drama korea, dan menyukai aktor yang sama yaitu Gong Yo, Hyun Bin dan Song Seung Hun. Tiga pria korea paling populer dan tampan.
Saking asyik mengobrol mereka sampai di depan apartemen. Bima yang tertidur di pangkuan Luna berpindah tempat pada Ibu Sarah. Mereka turun dari mobil masuk menuju Apartemen. Sebelumnya Luna mengucapkan terima kasih pada Reza. Pria itu hanya membalas dengan anggukan saja. Membuat Luna kesal. Seperti pria bisu.
Pria itu melajukan mobilnya memarkirkan mobilnya.
Sedangkan Luna dan yang lain memasuki Lobby, mereka masuk ke dalam lift.
Memang Pak Abdul tidak tinggal Sudirman Park. Tapi mereka tinggal disini sementara semenjak keluar dari rumah sakit. Karena Dosennya ini masih dalam tahap penyembuhan dan harus bulak balik untuk control. Jarak rumah beliau jauh dari rumah sakit, sedangkan dari apartemen ini hanya butuh waktu lima belas menit untuk sampai.
"Apartemen kamu lantai berapa?" tanya Pak Abdul sebelum menekan nomor lift dihadapanya.
"Saya tinggal di lantai lima Pak". Balasnya.
Tidak lama pintu lift sudah terbuka. Luna berpamitan pada pasangan suami istri ini dan bergegas menuju pintu apartemenya.
•••
"Pah. Menurut kamu Luna bagaimana?" tanya Sarah tiba-tiba. Di samping mereka Reza duduk yang sibuk dengan ponselnya. Mendengarkan pertanyaan Sarah tentang Luna, wajah Reza yang tadinya serius dengan ponselnya berubah mengerit keningnya, seperti ada sesuatu yang membuat Reza tidak tenang dan tidak suka akan pertanyaan Sarah pada Abdul-kakaknya.
"Luna anaknya cantik, ceria dan baik yang aku tahu." Jawab Abdul sambil membuka lembaran buku yang sedang ia pegang.
Sarah merasa tidak puas akan jawaban Abdul yang tidak sesuai akan maksud pertanyaannya.
"Itu Mamah setuju. Maksud Mamah cocok nggak jadi Mommynya Biboy." Kata Sarah membuat kedua pria di sisinya melotot tidak percaya dengan perkataan wanita dihadapanya ini.
Dehem Reza terdengar. "Ngomong apa Mbak, jangan bercanda deh." Masih kaget dengan perkataan kakak iparnya ini. Reza kembali fokus pada ponsel yang ada di tangannya. Tapi masih tetap kepikiran akan ucapan kakak iparnya.
"Betul apa kata Reza. Kamu kalau ngomong jangan bercanda. Apalagi jodoh-jodohin Luna sama Reza." Bela Pak Abdul pada adik. Reza cepat mengangguk setuju.
"Terus mau sampai kapan. Biboy butuh sosok Ibu dan yang sayang sama dia. Biboy itu udah dekat banget sama Luna. Kamu tahu sendiri dia itu susah banget dekat sama orang asing. Tapi sama Luna dia itu kayak ada something gitu". Ucapnya menjelaskan panjang lebar.
Reza. Setuju akan ucapan Sarah tentang kedekatan Luna dan Bima cepat tanpa butuh waktu lama dan hanya sekali bertemu saja mereka begitu akrab.
"Benar juga kata kamu Mah." Pak Abdul tanpa sadar setuju dengan ucapan istrinya ini.
Reza hanya diam malas mendengarkan ocehan kakak iparnya yang menyuruh Reza untuk cepat menikah. Diapun bergegas meninggalkan mereka berdua dan naik ke lantai dua memasuki kamar Biboy.
Melihat anaknya telah tertidur lelap semenjak kembali dalam perjalanan ke apartemen.
Flashback
"Dok. Bagaimana keadaan istri saya dan anak saya?" Kata Reza khawatir. Di hadapannya seorang Dokter yang masih terdiam tanpa bicara. Dan tanpa sadar ia mengucapkan kalau Lisa itu istrinya.
"Maaf, istri anda mengalami pendarahan cukup banyak. Pendarahannya tidak dapat di hentikan. Kami hanya bisa menyelamatkan istri anda. Kami sudah berusaha keras untuk menyelamatkan istri anda. Tapi kondisi istri anda sangat lemah. Dan一" ucapan Dokter pun terhenti ketika seorang Dokter lainnya menghampiri dan meminta bantuan. Karena ada seorang pasien hamil yang membutuhkan bantuannya.
Reza menoleh tak jauh dari ruangan mereka seorang gadis berpakaian seragam putih abu-abu terisak menangis keras didepan ruangan tempatnya berdiri di temani seorang pria dengan bertubuh kekar merangkul dan menengkan gadis itu.
Ketika Dokter itu berpamitan pada Reza yang masih tak percaya kalau orang yang sangat ia cintai sudah tiada. Sebenarnya Reza dan Lisa tidak menikah, namun hubungan mereka bukan sekedar hubungan pacaran biasanya. Tapi seperti pasangan suami istri. Dan mereka putus saat hubungan mereka menginjak satu tahun lamanya. Reza dengan brengsek malah meninggalkan wanita itu dalam keadaan hamil.
Mereka bertemu kembali saat Lisa mengandung delapan bulan. Hidup sendiri tanpa ada yang menemaninya saat berbadan dua. Ia ditinggal di panti asuhan 'Kenangan Ibu' karena Lisa sudah memalukan panti itu. Lisa dan Adiknya di usir begitu saja, tanpa rasa kasihan sedikitpun. Sedangkan pemilik sebelumnya sudah meninggal yang begitu menyanyagi Lisa dan Adiknya, dan di lanjutkan oleh anaknya.
Dengan tekat berani karena tidak ingin kalau anaknya kesusahan dan dihina oleh orang-orang.
Lisa menghubungi Reza yang menghamili dirinya untuk bertemu dan minta pertanggung jawaban untuk kelangsungan anaknya.
__
Dua jam sebelum pendarahan Lisa terjadi. Sosok Reza berhadapan dengan Lisa yang sedang mengelus perut buncitnya sambil memandang pria tampan itu yang masih bingung akan maksud dan tujuannya.
"Kamu mau bicara apa, sama saya?" Ucapnya sinis dan to the point.
"Harusnya kamu tanya kabar saya. Bukannya malah mau bicara apa." Jawabnya tegas.
"Saya sibuk banyak kerjaan." ucap Reza dengan nada sedikit keras ketus.
"Saya tahu kamu sibuk, apalagi sekarang kamu sudah jadi orang besar. Pastinya kamu nggak punya waktu buat bicara sama saya. Langsung pada intinya karena saya nggak mau ganggu kerjaan kamu". Ucapnya sedikit gemetar dan gugup. Reza hanya diam dan mendengarkan ocehan mantan kekasihnya ini.
"Kamu lihatkan saya sedang hamil?" Lanjutnya berkata.
"Saya tahu. Terus urusannya sama saya apa?"
"Ini anak kamu" Jawabnya singkat padat. Tanpa respon apapun Reza hanya memasang raut muka datar memandang wanita di hadapanya.
"Kamu yakin itu anak saya?" tanyanya sok tidak tahu. Padahal dalam dirinya Reza sangat tahu kehamilan Lisa saat itu. Hanya waktu yang tidak bisa membuat Reza menerimanya.
Lisa terdiam sesaat mendengar ucapan Reza tidak percaya dengan perkataanya. Dia melihat pria di hadapanya berbeda dengan pria dulu sangat mencintainya.
Lama mereka berbicara tapi tidak ada titik temu. Rezapun tetap dengan pendiriannya dia tidak mengakui anak yang ada dikandungannya itu adalah darah dagingnya.
Tidak banyak berpikir Lisa bangkit dari tempat duduknya dan bergegas akan meninggalkkan Reza dihadapannya. Sambil mengelus perutnya yang terasa sakit menyerang. Tanpa disadari Reza tertegun melihat bagian belakang dress yang di pakai Lisa sudah ternodai bercak darah yang masih baru. Ia pun bergegas menghampiri Lisa yang sudah lemas hampir jatuh kelantai. Tapi untung Reza dengan sigap merangkul mantan kekasihnya dan membawanya kerumah sakit terdekat.
Sesampainya dirumaha sakit Lisa langsung memasuki UGD sebelum memasuki ruangan Lisa berbisik pelan pada telinga Reza. Tanpa ia sadari tetesan air mata jatuh dipipinya. Ucapa Lisa membuat ia mati rasa.
Tolong jaga dan sayangi anak kita. Jangan buat dia menangis.
Pesan terakhir Lisa.
__
Reza masih dalam bayangan masa lalunya sambil mengelus anaknya. Ada rasa penyesalan yang amat dalam benaknya. Penyelasan yang tidak bisa Reza ubah kembali. Dia hanya bisa memegang pesannya yang terakhir.
"Maafkanlah Daddy, Biboy. Karena Daddy sudah membuat kamu kehilangan sosok Ibu. Daddy janji akan menjaga dan menyayangimu." gunamnya, air mata lolos begitu saja dan mengusap jejak air mata itu dari pipinya.
Maafkan aku juga Lisa, semua ini memang salahku, tidak seharusnya aku mengikuti kemauannya dan meninggalkanmu begitu saja. Membuatmu harus menderita karena diriku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Melii Zee🐣
Luna aku saingan mu gong Yo adalah suamiku🤣
2022-11-29
0
Prince SuhoLee ❤
dokternya bilang "kami hanya bisa menyelamatkan istri anda" tapi kok gk bisa dislamatin? mungkin typo ya maksud dokternya hanya bisa nyalamatin anak anda gitu keknya
2020-12-18
3
Aqnez Bihgoliq
ternyata Reza dl nya sangat egois y
2020-12-05
0