02. Karyawan Magang

Terik matahari menyambut kedatangan Luna yang datang tiba-tiba ke kampusnya. Luna dengan cepat masuk ke ruangan Dosen untuk mengikuti magang untuk sebuah perusahaan. Luna memang dari jurusan bisnis. Ia pun mendaftarkan dirinya pada Pak Diaz untuk magang di perusahaan SJ COMPANY. Perusahaan ini amat di minati seluruh mahasiswa maupun orang-orang di luar sana. Karena bagi yang ingin bekerja di sana amat sangat susah hanya orang terpilih yang dapet bekerja di perusahaan tersebut.

Setelah selesai menulis data formulir Luna bergegas ke kantin kampusnya untuk makan siang. Kantin pada jam begini tampak ramai hingga Luna mencari tempat untuk duduk. Melihat Rara sedang duduk sendiri, ia mendekati sahabatnya. 

"Rara." teriak Luna. Rara melonjak kaget akan suara sahabatnya. Untung dia tidak tersedak akan makanan yang sedang di makan.

"Astaga! Bisa nggak lebih kenceng lagi? Biar seluruh kampus denger teriakan kamu." protes Rara acara makannya terganggu. Sedangkan tersangkanya hanya tertawa.

"Habis. Sahabat lagi puyeng sama program magang. Nah, kamu malah enak-enak makan."

"Deritamu. Siapa suruh ambil program magang?"

"Pengen cepat lulus,Ra."

"Jadi pengen tinggalin aku nih. Kalau kamu lulus wisuda duluan. Aku gimana?"

"Makanya nekad. Belajar yang bener. Jangan belanja mulu."

"Sudah kodratnya kali." ngelesnya. Kemudian seseorang meletakkan es kelapa yang sudah dipesannya. "Terus, kamu sudah mengajukan lembar formulir ke Pak Diaz?" katanya lagi sambil menyuapkan mie ayam kedalam mulut sedikit-sedikit.

 

"Sudah, tapi nggak yakin bakal di terima magang di sana. Pasti banyak mahasiswa yang ikut daftar. Mereka punya nilai plus di banding aku." Ucap Luna pesimis mengambil es kelapa milik Rara. Yang punya hanya berdecak akan kelakuan wanita di hadapannya.

"Positive thinking dong. Aku yakin Luna Anatasya Gerraldy bakal di terima magang. Percaya akan keberuntungan." kata Rara memberi semangat 45' kepada Luna di sampingnya.

"Thank you. Rara." kata Luna merangkul Rara. Merasa senang sahabatnya selalu mendukung dan memberikan semangat. 

"Kamu nggak ke rumah sakit lagi? bukannya sudah janji sama itu anak." Rara mengingatkan. 

"Aku lupa." kata Luna sambil memukul keningnya pelan, tiba-tiba teringat akan janjinya. "Tapi, aku nggak enak sama Pak Abdul. Masa aku datang buat ketemu sama keponakannya." Tambahnya sambil menimbang-imbang haruskah ia kesana atau tidak. 

"Janji itu hutang. Atau mau akui temanin ke sana? Kira aja ada Bapaknya yang ganteng itu." Rara bertingkah mengoda. 

"Modus! mending nggak usah. Kalau niatan kamu buat godain suami orang." ketusnya. Rara cemberut sekilas memalingkan wajahnya.

Tidak lama suara ponsel Luna terdengar nyaring. Ia pun memandang ponselnya merasa bingung akan panggilan tidak di kenal masuk. Hanya memandangi layar ponsel.

"Siapa?" tanya Rara penasaran, karena Luna nampak kebingungan.

"Nggak tahu nomor tidak di kenal."

Luna hanya memandang tidak berniat mengangkat, tapi ponselnya terus bersuara.

"Kira aja penting."

Luna mengangguk. Takut menganggu pendengaran orang-orang di sekitarnya juga. Luna dengan sigap mengangkat ponsel itu dan ia terima.

Di ujung telepon terdengar suara tangisan seorang anak kecil yang Luna kenal. Suara seorang pria pun terdengar lega.

"Akhirnya kamu angkat telpon juga, Luna." Suara seorang pria terdengar gusar. Belum sempat Luna menjawab pria itu melanjutkan kata-katanya. "Ini Pak Abdul. Kamu bisa kerumah sakit sekarang tidak? Bi dari tadi nangis melulu pengen ketemu sama kamu. Bukannya kamu janji mau ke sini lagi." Kata Pak Abdul dengan nafas yang sedikit terengah-engah.

"Baru saya mau kesana Pak. Kalau begitu saya segera ke rumah sakit." Jawab Luna agak ragu.

"Saya tunggu. Maaf kalau merepotkan kamu."

"Nggak apa-apa, Pak. Saya tidak merasa di repotkan."

Tidak menunggu lama Luna pun bergegas ke rumah sakit dengan Rara yang memaksa ingin mengantar dan ikut menemui Bima anak dari adiknya Pak Abdul yang entah siapa namanya itu, sampai sekarang Luna tidak mengetahuinya. 

"Kamu yakin mau ikut." kata Luna. Dengan cepat ia pun melanjutkan perkataanya. "Awas saja jangan keganjenan."  Luna mengingatkan sahabatnya agar tidak berbuat aneh-aneh apalagi mengoda suami orang.

"Iya janji. Lagian siapa juga yang mau jadi pelakor". Rara jengkel. 

"Pegang itu janji". Luna menggingatkan kembali.

"Iya, Luna bawel." balas Rara kesal.

Keduanya berjalan ke parkiran. Dalam perjalanan banyak yang mereka obrolankan. Dari kampus ke rumah sakit jaraknya hanya lima belas menit saja. 

Sesampainya di rumah sakit Luna dan Rara langsung memasuki Lift. Hanya dalam waktu satu menit, lalu mereka sudah sampai di kamar Pak Abdul di rawat. Luna bergegas mengetuk pintu. Masuk. Lalu Luna mendengar suara tangisan Bima. Begitu keras dan sesegukkan.

Terdengar suara pintu terbuka di lihatnya Bima yang sedang menangis di gendongan Ibu Sarah. Luna pun masuk dan membungkuk sopan pada Pak Abdul yang masih berbaring di ranjangnya.

"Hai Bi. Sama Tante, maaf ya Tante telat datangnya." kata Luna mengambil alih Bima dari gendongan Bu Sarah. Dalam sekejap Bima berhenti dari tangisannya setelah Luna datang dan mengendongnya. 

"Ya, ampun. Anak ini benar-benar suka banget sama kamu Luna. Tangisanya aja langsung berhenti." Jelas Bu Sarah melihat Bima dalam pelukan Luna.

Rara dan Pak Abdul memandang kekaguman ke Luna bisa menenangkan Bima begitu saja tanpa repot. 

"Kangen ya, sama Tante." kata Luna memandang Bima dalam pelukanya yang sedang memainkan rambutnya dengan raut muka yang masih suram. Tanpa menjawab. 

"Bi, kamu marah sama Tante karena telat datang." Bima hanya mengangguk dan entah mengerti atau tidak dengan kata yang Luna maksudkan. Karena Bima masih kecil. 

"Kamu mau ice cream."

"Mau." Bima pun langsung menjawab dengan hati senang.

Pak Abdul, Ibu Sarah dan Rara hanya memandang Luna maupun Bima tanpa ingin merusak moment keduanya, di mana mereka sedang asyik berdua.

Luna mengusap punggung Bima. Anak kecil itu amat terlihat lelah. Luna tidak tega mengajaknya keluar untuk makan ice cream. 

"Luna. Terima kasih kamu mau datang kesini. Maaf jadi ngerepotin kamu." Pak Abdul membuka suara. yang masih bersandar di kasur empuknya.

"Tidak apa Pak. Saya senang kok. Lagian saya juga udah janji mau ke sini lagi." jawabnya yang masih mengendong Bima.

"Dia biasanya tidak begini sama siapapun. Tapi sama kamu dia itu merasa seperti sosok Ibu yang tidak pernah anak ini lihat sejak lahir." ucap Ibu Sarah menjelaskan. Luna hanya memandang bingung ke arah Ibu Sarah dan Pak Abdul dengan raut muka sedih.

"Maksud Ibu Sarah, Ibunya sudah meninggal." kata Rara dengan cepat membuka suara penasaran.

"Iya, benar. Ibunya meninggal saat melahirkan Bi. Jadi Luna tidak tahu rupa atau mendengar suara Ibunya." Sarah menjelaskan dengan hati yang masih sedih. Jadi pria itu Duda toh, batin Luna.

Karena sibuk bercerita tanpa sadar Bima tertidur di pelukan Luna, mereka tidak sempat untuk membeli ice cream.

Luna membaringkan Bima di atas ranjang yang sudah di sediakan oleh rumah sakit. Wajar di ruangan Pak Abdul memang bukan seperti kamar atau bangsal yang sering Luna lihat. Fasilitas di kamar ini seperti berada dalam hotel semuanya lengkap. 

Setelah membaringkan Bima ke tempat tidur single. Luna dan Rara berpamitan untuk pulang. Tidak mau terlalu lama di ruangan Pak Abdul. Merasa tidak enak dan nyaman. Apalagi Luna dan Rara tidak bergitu dekat dengan Pak Abdul. 

Dalam perjalanan sahabatnya ini tidak bisa berhenti bicara bila menyangkut obrolan tadi dirumah sakit mengenai Bima dan Bapaknya yang ternyata seorang Single Daddy alias Duda. 

"Sumpah ya, Aku nggak percaya. Si ganteng itu teryata Duren. katanya spontan.

"Udah deh kamu itu dari tadi ngomongin itu itu aja. Nggak bisa gitu bahas yang lain." ucap kesal Luna mendengar ocehan Rara saat keluar dari rumah sakit sampai sekarang masih belum percaya dengan apa yang di dengar. Masih Speecles. 

Bicara soal Duda, kebanyakan beranggapan keren untuk wanita. Apalagi Duda nya masih muda. Beuh, pasti banyak yang antri dan mengejar.

•••

Suasana dalam ruang kantor terasa kacau. Seorang pria dengan cepat melonggarkan dasi bajunya karena terasa letih. Dan menyandarkan tubuhnya di bangku. Menghela nafas dengan berat karena lelah melanda. 

Sesekali ia mengerutkan dan menyentuh pelipis di hidungnya sembari memejamkan matanya.

"Pak Reza, maaf saya ganggu. Ini data karyawan magang yang direkomendasikan dari beberapa peguruan tinggi." kata seorang pria berjas rapi menghampiri, meletakkan dokumen di atas meja.

Tanpa bicara apa-apa Reza mengambil dokumen di atas meja dan dengan serius, membaca data formulir untuk karyawan magang. Beberapa menit melihat data formulir yang di pegangnya, Reza mengenal di antara daftar mahasiswa yang ia ketahui. Dengan raut sedikit tidak terduga.

Ini kan mahasiswanya Mas Abdul. Yang namanya Luna. Jadi dia berniat magang disini, Reza dalam hati.

"Kamu proses saja semua anak magang ini. Dan tempatkan mereka pada bagian yang membutuhkan tambahan karyawan. Dan pastikan mereka bekerja dengan baik. Dan tetapkan tanggal panggilannya." katanya tegas. Meletakan kembali dokumen tersebut.

"Baik Pak, saya mengerti". Ucapnya sekretaris itu sambil meninggalkan ruangan.

Reza bergegas mengambil ponsel didalam jasnya dan menelpon seseorang.

"Assalamualaikum, Mbak sarah bagaimana keadaan Biboy sekarang?" tanya Reza merasa cemas akan keadaan anaknya. 

"Walaikumsalam, Biboy sudah tidur. Lelap banget. Mungkin tadi dia menagis terus." balas Sarah pada adik iparnya.

"Syukur.  Kalau gitu. Nanti aku jemput setelah kerjaan Reza di kantor beres."

"Iya, adikku sayang. kamu jangan cemasin dia. Kamu urusin aja kerjaan kamu."

"Terima kasih ya Mbak mau jagain anak Reza. Padahal Mas Abdul masih di rawat. Reza jadi banyak repotin Mbak Sarah. Nanti Reza akan cari baby sitter yang baru."

"Siapa yang repot. Malah Mbak senang bisa jagain Biboy. Cari baby sitternya yang benar jangan kayak kemarin." 

Baby sitter sebelumnya ternyata terlalu mengekang Bima. Dan parahnya Bima pernah di sentak Babysitter. Hingga menangis. Untung Reza selalu mengawasi Bima di apartemen melalu kamera CCTV yang tersembunyi. Baby sitter itu Reza berhentikan. Sejak saat itu Bima di titipkan pada Sarah, kakak iparnya. Dan belum mencari baby sitter baru. Masih sedikit trauma.

"Iya, aku akan selektif mencari Babysitter baru buat Biboy."

"Kamu ingin punya seseorang yang bisa jaga Biboy dengan aman dan menyayanginya?"

Tanpa Reza tahu, dia menjawab polos.

"Tentu saja."

"Seorang Istri. Cepat nikah cari Mommy buat jagain Biboy."

Ungkap Sarah pada adiknya. Selama ini Reza terlalu lama sendiri. Tidak mencoba untuk mengenal atau mendekati wanita lain di luar yang selalu mendekati Reza. 

Dari ujung telpon Reza tidak merespon ataupun berbicara sesaat ia terdiam memikirkan perkataan kakaknya ini. Reza tahu kalau Bima membutuhkan sosok seorang Ibu yang bisa menyayanginya.

Ia pun menghela nafas panjang dan tanpa menjawab pertanyaan kakaknya, Reza dengan sopan ijin untuk mengakhiri pembicaraannya ditelpon. Melanjutkan pekerjaanya.

Terpopuler

Comments

Mutia

Mutia

koreksi

menagis => menangis

2023-03-14

0

Wanda Meilani

Wanda Meilani

👍😌

2022-01-16

0

Vina Bestfriend

Vina Bestfriend

Baca lagi😊

2021-07-20

0

lihat semua
Episodes
1 01. Pertemuan
2 02. Karyawan Magang
3 03. Perempuan Dimasa Lalu
4 04. Kejutan
5 05. Perasaan
6 06. Kebersamaan
7 07. Jatuh Cinta
8 08. Makan Malam
9 09. Pria Dimasa Lalu
10 10. Curahan Hati
11 11. Tukar Pikiran
12 12. Bimbang
13 13. Menghidar
14 14. Kesabaran
15 15. Berbaikan
16 16. Kencan Pertama
17 17. Kekacauan
18 18. Kerinduan
19 19. Kegusaran
20 20. Kenalan Lama
21 21. Restu
22 22. Berlibur
23 23. Kecemasan
24 24. Kejujuran
25 25. Permintaan Maaf
26 26. Penentuan
27 27. Kepulangan
28 28. Sidang
29 29. Lamaran
30 30. Kesalah pahaman
31 31. Pernikahan
32 32. Kehidupan Baru
33 33. Rencana
34 34. To Japan
35 35. Keluarga Kecil
36 36. Marah
37 37. Bertingkah Aneh
38 38. Hamil
39 39. Rumah Baru
40 40. Keputusan
41 41. Peringatan
42 42. Kejadian Masa Lalu
43 43. Syukuran
44 44. Penasaran
45 45. Ide Gila
46 46. Kepercayaan
47 47. Reuni
48 48. Kegilaan
49 49. Penangkapan
50 50. Kantor Polisi
51 51. Maaf
52 52. Rencan dan Kejutan
53 53. Rapat dan Rencana
54 54. Penangkapan dan kesepakatan
55 55. Barberque
56 56. Manja
57 57. Posesif
58 58. Thank You, Mom
59 59. Perhatian...
60 60. Say Yes
61 61. Cemburu Buta
62 62. Si Kembar
63 63. Pertingkaian
64 64. Pengasuh
65 65. Pesta Ulangtahun
66 66. Teguran
67 67. Bohong
68 68. Berubah
69 69. Kabur
70 70. Penjelasan
71 71. Dede Bayi
72 72. Lupa
73 73. Kejutan Untuk Reza
74 74. I'm Home
75 75. Happy Ending
76 76. Ext. Part 1
77 77. Ext. Part 2
78 78. EXTRA PART SPECIAL (1)
79 79. EXTRA PART SPECIAL (2)
80 80. EXTRA PART SPECIAL (3)
81 81. EXTRA PART SPECIAL (4)
82 82. EXTRA PART SPECIAL (5)
83 83. EXTRA PART SPECIAL (6)
84 Say Hi (Bukan Update) Read Please
85 84. EXTRA PART SPECIAL (7)
Episodes

Updated 85 Episodes

1
01. Pertemuan
2
02. Karyawan Magang
3
03. Perempuan Dimasa Lalu
4
04. Kejutan
5
05. Perasaan
6
06. Kebersamaan
7
07. Jatuh Cinta
8
08. Makan Malam
9
09. Pria Dimasa Lalu
10
10. Curahan Hati
11
11. Tukar Pikiran
12
12. Bimbang
13
13. Menghidar
14
14. Kesabaran
15
15. Berbaikan
16
16. Kencan Pertama
17
17. Kekacauan
18
18. Kerinduan
19
19. Kegusaran
20
20. Kenalan Lama
21
21. Restu
22
22. Berlibur
23
23. Kecemasan
24
24. Kejujuran
25
25. Permintaan Maaf
26
26. Penentuan
27
27. Kepulangan
28
28. Sidang
29
29. Lamaran
30
30. Kesalah pahaman
31
31. Pernikahan
32
32. Kehidupan Baru
33
33. Rencana
34
34. To Japan
35
35. Keluarga Kecil
36
36. Marah
37
37. Bertingkah Aneh
38
38. Hamil
39
39. Rumah Baru
40
40. Keputusan
41
41. Peringatan
42
42. Kejadian Masa Lalu
43
43. Syukuran
44
44. Penasaran
45
45. Ide Gila
46
46. Kepercayaan
47
47. Reuni
48
48. Kegilaan
49
49. Penangkapan
50
50. Kantor Polisi
51
51. Maaf
52
52. Rencan dan Kejutan
53
53. Rapat dan Rencana
54
54. Penangkapan dan kesepakatan
55
55. Barberque
56
56. Manja
57
57. Posesif
58
58. Thank You, Mom
59
59. Perhatian...
60
60. Say Yes
61
61. Cemburu Buta
62
62. Si Kembar
63
63. Pertingkaian
64
64. Pengasuh
65
65. Pesta Ulangtahun
66
66. Teguran
67
67. Bohong
68
68. Berubah
69
69. Kabur
70
70. Penjelasan
71
71. Dede Bayi
72
72. Lupa
73
73. Kejutan Untuk Reza
74
74. I'm Home
75
75. Happy Ending
76
76. Ext. Part 1
77
77. Ext. Part 2
78
78. EXTRA PART SPECIAL (1)
79
79. EXTRA PART SPECIAL (2)
80
80. EXTRA PART SPECIAL (3)
81
81. EXTRA PART SPECIAL (4)
82
82. EXTRA PART SPECIAL (5)
83
83. EXTRA PART SPECIAL (6)
84
Say Hi (Bukan Update) Read Please
85
84. EXTRA PART SPECIAL (7)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!