05. Perasaan

"Luna, tolong photo copy dokumen ini". Mbak Rani memberi sebuah map dan diambil Luna. "Dua set ya, soalnya Pak Reza minta rekapan dokumen ini buat bandingan, pengeluaran bulan ini dan bulan lalu". Lanjutnya.

"Siap Mbak". Seru Luna semangat.

Dia pun berjalan mendekati mesin Photo Copy dan meletakkan dokumen diatas diatas mesin lalu dia tutup bagian atas mesin pelan, agar cetakan dokumennya tercetak rapih saat keluar dari mesin. Menunggu dua menit lamanya, dan Luna kembali memberikan Map yang tadi dia Copy dengan bersamaan dengan dua set yang sudah dia Copy juga.

Hari ini pun tidak banyak yang di kerjakan karena kata Mbak Rani, Departemennya akan sibuk saat di akhir bulan. Saat mereka harus merekap gaji semua karyawan dan pembayaran bulanan seperti PAM, PLN dan lain-lain. Itu sangat menguras otak dan tenaga mereka. Membayangkannya saja Luna sudah berat apalagi dia melakukan tugasnya itu nanti.

Biasanya saat jam istirahat tiba, Luna dan Mbak Rani akan makan dikantin. Dan Tapi tidak hari ini kami makan diluar, tempat yang tidak jauh dari kantornya. Mereka memasuki Restoran cepat saji, dengan antrian yang tidak begitu panjang mereka hanya butuh lima menit untuk menunggu.

Keduanya duduk diujung ruangan dekat dengan jendela, agar bisa melihat pemandangan sekitar atau pun cuci mata kira saja bisa lihat cowok ganteng lewat.

"Mbak Rani, udah kerja berapa lama disini?" tanya Luna memecahkan kehinangan sejenak.

"Sudah lima tahun". Jawabnya.

"Lama juga ya". Ucap Luna sembari menyuapkan Fried Chicken kedalam mulutnya dengan hati-hati.

"Kamu magang disini, karena kamu keinginan sendiri apa rekomendasi dari Dosen kamu? tahu sendirikan masuk kesini aja susahnya setengah mati, aku aja pernah ditolak dua kali sebelum akhirnya diterima". Cerita Mbak Rani bagaimana dia susah bisa bekerja diperusahaan ini. Memang beda kalau bekerja di tempat bagus dan biasa aja. Setiap perusahaan ada tingkat kesulitan berbeda-beda dalam menyeleksi calon karyawannya. Seperti halnya perusahaan ini.

"Dua kali?" tanyanya cepat. Rani hanya mengangguk kepalanya membenarkan, Lanjut Luna berjawab pertanyaan perempuan dihadapanya. "Saya kesini karena keduanya, Mbak. Rekomendasi dan keinginan sendiri, karena kakak saya dulu pernah kerja di sini juga". Ucapnya mengingat kakak Anggi yang amat dia sayangi. Dulu kakaknya selalu membanggakan diri sendiri karena bisa memasuki perusahaan ini. Bukan sombong. Tapi karena sesuatu yang amat sangat Anggi banggakan bisa lolos dan mengalahkan hampir seribu peserta yang melamar.

Tentu saja bangga. Luna bisa merasakan itu.

"Benarkah? Siapa namanya? Bagian apa?". Mbak Rani penasaran saking penasarannya.

"Namanya Anggita Lamia Gerraldy, dulu dia bagian Marketing. Mbak kenal sama dia?" jawabnya sambil memandang Rani yang tampak terkejut mendengar nama kakaknya lengkapnya di sebutkan.

"Jadi kamu adiknya Anggita? Ya Tuhan, kamu tahu Anggita itu teman seperjuangan Mbak saat masuk kesini, Luna". Kata Rani dan menghentikan acara makan mereka dan berfokus dengan obrolannya.

Rani pun menyentuhkan tangan pada Luna, dengan raut muka sedikit berkaca-kaca. Tidak menyangka akan bertemu dengan Adik temannya.

Luna tidak bisa berkata apapun dan melihat Rani yang cara memandangnya begitu tulus, dan sesaat perempuan dihadapannya ini meneteskan air mata. Yang entah kenapa Luna pun merasakan kesedihan didalam diri Rani.

"Mbak sedih banget saat tahu Anggita meninggal saat dia lagi hamil tua karena kecelakaan". Rani terisak menangis, Luna hanya bisa menenangankannya dengan menyentuh tangan Rani di depannya, Luna ikut sedih.

"Sebelum, dia memutuskan berhenti kerja. Anggita selalu mengajak Mbak makan, nonton dan shopping. Katanya kapan lagi kita bisa seperti ini. Di saat itulah Mbak merasakan ada yang aneh pada Anggita. Dan dua hari setelahnya Mbak malah mendengar berita Anggita meninggal". Katanya masih terisak tangisan kesedihan seorang temanya yang begitu tulus. Rani saat itu syok berat hingga dia tidak sanggup untuk berkata-kata. Terlebih tidak bisa menghadiri acara pemakamannya, karena Rani berada di luar kota.

"Kak Anggi beruntung punya sahabat kayak Mbak Rani". Ucap Luna yang juga meresakan kesedihan wanita itu.

Yang Luna sedihkan dia tidak bisa menemai kakaknya disaat-saat terakhir, saat kejadian kecelakaan itu Luna sedang sibuk sekolah karena akan menghadapi berita Kelulusannya. Tapi nyatanya dia mendapatkan kabar berita kalau kakaknya meninggal karena kecelakaan.

Luna dan Mbak Rani kembali kekantor karena jam makan siang selesai, karena mereka terlalu terbawa suasana dengan obrolan mereka, sampai-sampai makanan yang mereka pesan masih tersisa banyak. Keduanya membungkusnya dan melanjutnya nanti di ruang saat ada waktu.

•••

Tet Tet Tet

Suara bel terdengar nyaring, waktu menujukan pukul sebelas malam, Luna bergegas menghampiri pintu tanpa melihat monitor komputernya.

"Siapa sih malam-ma―", ucapannya terhenti saat Luna memandang pria itu di hadapannya dengan mata melebar mengejutkan. Siapa yang tidak kejut, melihat Reza, pimpinanya berada di depan pintunya malam-malam.

Dengan sedikit gugup Luna memberanikan diri untuk bertanya, "Pak Reza, ngapain malam-malam kesini?"

Reza belum merespon pertanyaan Luna, dia malah menatap kaget melihat penampilan Luna yang menurutnya Sexy memakai baju tidur Two-Piece warna hitam, bermotif bunga dengan panjang diatas lutut.

Melihat reaksi kaget pria didepannya itu Luna dengan sekejap menyadari dengan penampilannya memang sangat terbuka, dengan cepat bersembunyi untuk menutup tubuhnya di balik pintu, tidak kemudian memunculkan kepalannya di balik pintu runtuknya malu.

"Tunggu sebentar Pak". Katanya lalu berlari kekamar untuk mengambil kimono dengan motif yang sama dia kenakan untuk menutup bentuk tubuhnya.

Luna pun keluar dan membuka kembali pintu dan masih menemukan pria itu di depan apartemennya, dengan raut muka wajah canggung dan sedikit malu.

"Maaf saya ganggu tidur kamu, Biboy demam dan panggil-panggil nama kamu Luna". Ungkap Reza memberanikan membuka suaranya yang terdengar serak saat mereka masih dalam keadaan canggung.

Sial, batin Reza.

Luna mengerut keningnya, saat mendengar suara Reza sedikit serak. Lalu menghilangkan pemikiran aneh di otaknya.

"Ya ampun, saya kesana Pak". Ucap Luna merasa khawatir.

"Saya tidak enak repotin kamu". Kata Reza merasa bersalah harus mengganggu tidur Luna.

"Tidak apa-apa Pak, Ayo..." seru Luna menutup pintu apartemenya dan mengikuti langkah pria didepannya dan memasuki lift. Hanya butuh dua menit keduanya sampai apartemen Reza yang beda tujuh lantai dari tempat Luna.

Memasuki apartemen Luna melihat ke sekeliling ruangan, terlihat besar untuk seorang yang hanya tinggal berdua. Apartemen ini memiliki dua lantai berbeda dengan Apartemennya yang sederhana.

Reza pun mengiring Luna kelantai dua kamar dimana bocah kecil berada, dengan suara samar-samar dia bisa mendengar Bima menangis dan saat memasuki sebuah kamar dengan nuansa biru yang dipenuhi mainan anak-anak.

Luna melihat Ibu Sarah dan Pak Abdul yang sedang menenangkan Bima yang menangis merengek dan menggeliat sehingga Ibu Sarah sedikit kewalahan.

Tanpa permisi, Luna memasuki dan melangkah ke dalam kamar mendekati Bima dan mengambil bocah itu di gendongan Ibu Sarah. Luna begitu cekatan dan lihai meskipun belum berumah tangga atau memiliki anak.

"Cup, cup Bi sayang jangan nangis ya Tante Luna udah disini". Luna mengendong Bima dan mengusap lembut punggung bocah kecil dipelukannya. Entah kenapa saat melihat Bima menangis seperti tadi hatinya begitu sakit dan gundah. Seketika Bima berhenti merengek dan menangis meski sedikit terseguk-seguk.

Bima memeluknya erat seperti tidak ingin di pisahkan dan menunduk berhadapan di bahu Luna.

"Mommy... " lirih Bima, dalam gendongan Luna, bukan hanya ia yang mendengar lirihan Bima tapi juga Abdul, Sarah dan Reza di buat terkejut seakan Bima menganggap Luna adalah Mommy-nya yang amat di rindukan Bima.

Satu jam setelah merengek-rengek bocah kecil ini pun tertidur di pelukan Luna yang duduk di sofa samping tempat tidurnya.

Dengan perlahan Luna melangkahkan kakinya ke arah tempat tidur untuk membaringkan Bima agar tidurnya lebih nyaman dan tenang.

Reza datang memasuki kamar sambil membawakan teh hangat untuk perempuan ada di depannya, saat itu Luna sedang mengelus-elus rambut kepala Bima. Reza sembari tadi memperhatikan Luna dari ambang pintu.

Apa benar Biboy butuh sosok Ibu? Apa Luna adalah jawabanya, Pikirnya.

Dengan melangkah pelan mengarah Luna, yang  sudah menyadari kedatangan Reza membenarkan posisi duduknya di atas ranjang. Terbesit kembali pikirannya saat Bima memanggil Luna dengan sebutan Mommy.

"Minum dulu tehnya". Kata Reza sambil menyodorkan cangkir teh pada Luna.

"Terima kasih Pak". Ucap luna menerima cangkir teh itu, dan meminumnya pelan merasa tenggorokannya kering.

Kehingan di antara mereka sesaat, Reza pun duduk di samping Luna dan mengarahkan pandangan ke Bima dan meletakan tangannya pada kening Bi memeriksa suhu panasnya. Sejak tadi Reza tidak tenang anaknya menangis histeris dan suhu badanya begitu tinggi, ia beruntung ada Sarah dan Abdul berada di aparteman kalau tidak Reza tidak tahu berbuat harus berbuat apa. Baby sitter belum mendapatkan.

"Demamnya udah turun kok, Pak. Jangan khawatir". Luna melihat Reza begitu khawatir dengan anaknya ini. Reza melirik sekilas pada Luna, wanita itu senyum membuat dirinya tenang terlebih dadanya berdetak tidak biasanya.

Kenapa jantungku begitu berdebar-debar saat melihat senyumnya.

Reza merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya, ia sudah lama tidak merasakan hal ini sebelumnya.

"Terima kasih kamu udah mau bantu saya, saya tidak tahu harus bilang apa lagi. Maaf juga karena anak saya, tidur kamu jadi terganggu". Ucap Reza melihat perempuan disampingnya yang masih menundukkan wajahnya, tanpa memandang Reza di hadapanya.

"Nggak apa-apa, Pak. Lagian besok kan weekend jadi nggak masalah kalau tidur larut malam juga". Luna memberanikan diri untuk memandang wajah Reza, perasaan canggung dan berdebar-debar karena untuk pertama kali setelah beberapa kali bertemu. Ini ada untuk pertama untuk mereka bisa berbicara lebih dekat apa lagi duduk berdampingan. Membuat hati Luna semakin tidak karuan.

Sumpah rasanya jantung aku mau copot. kalau liat wajah Pak Reza yang kelewat ganteng apalagi wangi parfum di badannya benar-benar menggoda dan pengen peluk dia. Pasti pelukable banget deh. Batin Luna berpikir mesum.

Luna menghapus semua pikiran negatif, meminum teh yang di pegangnya.

"Saya, nggak nyangka kalau kamu temannya Abel". ucap Reza mengalihkan topik pembicaraan, karena merasa sedikir awarkwad.

"Saya juga, ternyata Abel Adiknya Pak Abdul dan Pak Reza".

"Hm, dunia memang kecil, segala sesuatunya tidak ada yang menyangka".

"Pak Reza benar".

Kemudian hening kembali. Reza maupun Luna tidak tahu berbicara apa, tapi mengingat kalau Luna itu adalah karyawan magangnya. Dan berpikir akan jadi topik pembicaan Reza sekarang.

Beginilah sudah lama tidak berdekatan dengan wanita segalanya terlihat canggung. Padahal dulu Reza sangat pintar bicara dan gombal. Berbanding balik sekarang terasa begitu susah untuk berbicara.

"Bagaimana betah bekerja di perusahaan SJC?"

"Betah Pak, orang-orangnya ramah. Mereka sangat membimbing saya dalam bekerja. Saya pun banyak belajar dari mereka."

"Syukurlah, saya harap kamu bisa nyaman magang di sana. Karena banyak mahasiswa menyerah sebelum jadwal magang mereka selesai."

"Saya harap begitu. Semoga saja saya bisa sampai selesai magang di sana sesuai jadwalnya."

Luna maupun Reza tanpa sadar sudah cukup lama mengobrol, tanpa sadar Sarah datang menggangu obrolan mereka berdua.

"Ehm, maaf ganggu", godanya melihat keduanya langsung canggung seketika.

Luna pun bangun dari duduknya dan menghampiri Sarah. "Ada apa, Bu?"

"Luna panggil aja Mbak nggak usah Ibu". koreksinya.

Luna merasa tidak nyaman kalau bersikap sok akrab seperti itu, mereka baru kenal.

"Tapi―"

"Pokoknya nggak mau tahu kamu panggil Mbak, jangan Ibu." Sarah memaksa.

Maksa banget sih istrinya Pak Abdul.

"Iya-Mbak."

Sarah tersenyum senang. "Mbak bikin nasi goreng kamu lapar nggak?" Sarah menawarkan. "Reza, ayo kamu pasti lapar juga kan?" Masih di depan kamar menunggu jawaban Adik iparnya ini.

"Nggak Mbak, Reza mau jagain Biboy di sini". tolak Reza, membuat Sarah kecewa. Tapi bagi Luna, Reza sangat perhatian akan Bima. Dia begitu karena tidak mau meninggalkan Bima sendirian.

Suami idaman.

Sarah hanya mengganguk pelan mengerti, sekilas Luna mengarahkan pandangannya pada Reza, dan membuat keduanya saling bertatapan dan berlalu. Saat Luna dan Kakak iparnya meninggalkan kamar dan turun kebawah.

Reza kembali dalam renungannya, merasa perasaan hatinya berkecambuk.

"Perasaan Apa ini?" gunaman Reza.

Reza berbaring di samping Bima sambil meletakkan tangannya didada bidangnya yang berdebar-debar kencang.

Terpopuler

Comments

Mutia

Mutia

koreksi + baca ulang thor

sedikir => sedikit

2023-02-10

0

Santy Mustaki

Santy Mustaki

Luna adikx si Anggia.. artix...???🤔🤔

2021-06-11

0

Nunik Warsiah

Nunik Warsiah

semua novel yg saya baca, pasti ga ketinggalan menu nasi goreng,mau sarapan ataupun makan malam....

2021-06-04

0

lihat semua
Episodes
1 01. Pertemuan
2 02. Karyawan Magang
3 03. Perempuan Dimasa Lalu
4 04. Kejutan
5 05. Perasaan
6 06. Kebersamaan
7 07. Jatuh Cinta
8 08. Makan Malam
9 09. Pria Dimasa Lalu
10 10. Curahan Hati
11 11. Tukar Pikiran
12 12. Bimbang
13 13. Menghidar
14 14. Kesabaran
15 15. Berbaikan
16 16. Kencan Pertama
17 17. Kekacauan
18 18. Kerinduan
19 19. Kegusaran
20 20. Kenalan Lama
21 21. Restu
22 22. Berlibur
23 23. Kecemasan
24 24. Kejujuran
25 25. Permintaan Maaf
26 26. Penentuan
27 27. Kepulangan
28 28. Sidang
29 29. Lamaran
30 30. Kesalah pahaman
31 31. Pernikahan
32 32. Kehidupan Baru
33 33. Rencana
34 34. To Japan
35 35. Keluarga Kecil
36 36. Marah
37 37. Bertingkah Aneh
38 38. Hamil
39 39. Rumah Baru
40 40. Keputusan
41 41. Peringatan
42 42. Kejadian Masa Lalu
43 43. Syukuran
44 44. Penasaran
45 45. Ide Gila
46 46. Kepercayaan
47 47. Reuni
48 48. Kegilaan
49 49. Penangkapan
50 50. Kantor Polisi
51 51. Maaf
52 52. Rencan dan Kejutan
53 53. Rapat dan Rencana
54 54. Penangkapan dan kesepakatan
55 55. Barberque
56 56. Manja
57 57. Posesif
58 58. Thank You, Mom
59 59. Perhatian...
60 60. Say Yes
61 61. Cemburu Buta
62 62. Si Kembar
63 63. Pertingkaian
64 64. Pengasuh
65 65. Pesta Ulangtahun
66 66. Teguran
67 67. Bohong
68 68. Berubah
69 69. Kabur
70 70. Penjelasan
71 71. Dede Bayi
72 72. Lupa
73 73. Kejutan Untuk Reza
74 74. I'm Home
75 75. Happy Ending
76 76. Ext. Part 1
77 77. Ext. Part 2
78 78. EXTRA PART SPECIAL (1)
79 79. EXTRA PART SPECIAL (2)
80 80. EXTRA PART SPECIAL (3)
81 81. EXTRA PART SPECIAL (4)
82 82. EXTRA PART SPECIAL (5)
83 83. EXTRA PART SPECIAL (6)
84 Say Hi (Bukan Update) Read Please
85 84. EXTRA PART SPECIAL (7)
Episodes

Updated 85 Episodes

1
01. Pertemuan
2
02. Karyawan Magang
3
03. Perempuan Dimasa Lalu
4
04. Kejutan
5
05. Perasaan
6
06. Kebersamaan
7
07. Jatuh Cinta
8
08. Makan Malam
9
09. Pria Dimasa Lalu
10
10. Curahan Hati
11
11. Tukar Pikiran
12
12. Bimbang
13
13. Menghidar
14
14. Kesabaran
15
15. Berbaikan
16
16. Kencan Pertama
17
17. Kekacauan
18
18. Kerinduan
19
19. Kegusaran
20
20. Kenalan Lama
21
21. Restu
22
22. Berlibur
23
23. Kecemasan
24
24. Kejujuran
25
25. Permintaan Maaf
26
26. Penentuan
27
27. Kepulangan
28
28. Sidang
29
29. Lamaran
30
30. Kesalah pahaman
31
31. Pernikahan
32
32. Kehidupan Baru
33
33. Rencana
34
34. To Japan
35
35. Keluarga Kecil
36
36. Marah
37
37. Bertingkah Aneh
38
38. Hamil
39
39. Rumah Baru
40
40. Keputusan
41
41. Peringatan
42
42. Kejadian Masa Lalu
43
43. Syukuran
44
44. Penasaran
45
45. Ide Gila
46
46. Kepercayaan
47
47. Reuni
48
48. Kegilaan
49
49. Penangkapan
50
50. Kantor Polisi
51
51. Maaf
52
52. Rencan dan Kejutan
53
53. Rapat dan Rencana
54
54. Penangkapan dan kesepakatan
55
55. Barberque
56
56. Manja
57
57. Posesif
58
58. Thank You, Mom
59
59. Perhatian...
60
60. Say Yes
61
61. Cemburu Buta
62
62. Si Kembar
63
63. Pertingkaian
64
64. Pengasuh
65
65. Pesta Ulangtahun
66
66. Teguran
67
67. Bohong
68
68. Berubah
69
69. Kabur
70
70. Penjelasan
71
71. Dede Bayi
72
72. Lupa
73
73. Kejutan Untuk Reza
74
74. I'm Home
75
75. Happy Ending
76
76. Ext. Part 1
77
77. Ext. Part 2
78
78. EXTRA PART SPECIAL (1)
79
79. EXTRA PART SPECIAL (2)
80
80. EXTRA PART SPECIAL (3)
81
81. EXTRA PART SPECIAL (4)
82
82. EXTRA PART SPECIAL (5)
83
83. EXTRA PART SPECIAL (6)
84
Say Hi (Bukan Update) Read Please
85
84. EXTRA PART SPECIAL (7)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!