Reyna sedang bersantai di taman belakang, menikmati secangkir teh manis sambil melihat akun sosial medianya.
Reyna tak sendiri, Ada Agam di sampingnya sedang menemani. Selama Ada Bela memang Agam selalu pulang sore hari.
Bela yang melihat kedekatan suami istri itu, mengepalkan tangannya. Bela tidak suka dengan sikap manja Reyna kepada Agam.
Agam dan Reyna sedang menunggu Bela untuk makan malam, tidak seperti biasanya Bela seperti ini. Biasanya Bela selalu sudah berada di meja makan paling awal.
"Bi, tolong panggil Bela!" Agam menyuruh salah satu ART untuk memanggul Bela ke kamarnya.
Tak lama ART tersebut kembali membawa pesan dari Bela, bahwa Bela tidak ingin makan malam.
Akhirnya Reyna meneruskan makan malamnya hanya berdua dengan Agam.
Agam tak berselera dengan makannya, di terus memikirkan Bela. Dia khawatir kalau Bela menghindarinya. Bukannya seharusnya Agam senang akhirnya Bela menghindar darinya. tapi hati Agam merasa hampa. seharian ini dia tidak melihat Bela.
"Kenapa tidak di makan?" Tanya Reyna yang melihat Agam hanya mengaduk-aduk makanannya.
"Aku sudah kenyang." Jawab Agam. Agam berdiri berniat meninggalkan meja makan.
"Mau kemana?" Tanya Reyna lagi.
"Aku tunggu di ruang kerja!" Ucap Agam meninggalkan Reyna.
Agam membuka pintu ruangannya, sebelum masuk dia memandangi pintu kamar Bela. Dia mengira-ngira apa yang sedang Bela kerjakan sehingga tidak sempat makan malam.
Agam masuk keruangannya, dia melihat kursi kerjanya yang menghadap kebelakang. Dia mendekati untuk membenarkan posisi kursi kesemula.
Tiba-tiba kursi itu berbalik dengn sendirinya.
"Bela....Apa yang sedang kamu lakukan disini?"Tanya Agam terkejut mendapti Bela sudah berada di ruangannya.
Bela bangun dari duduknya menghampiri Agam.
"Kenapa? bukankah selama ini aku selalu ada disini!"
Agam memegang kedua bahu Bela, saat ini Agam sangat khawatir jika Reyna masuk ke ruangannya.
"Kamu segera keluar dari sini, sebab Reyna sebentar lagi akan menuju keruangan ini." Ucap Agam panik.
"Tidak mau.!" Bela melapskan dirinya dari Agam dan duduk di sofa.
"Bela, Aku mohon." Ucap Agam memohon.
tok...tok...tok...
Tiba-tiba pintu diketuk Reyna.
Agam memejamkan Matanya, ia sudah tidak tahu lagi, bagaimna agar Bela segera bersembunyai.
Bela yang juga mendengar pintu di ketuk, bukannya bersembunyi Bela justru tetap duduk di sofa.
"Bela, ternyata kamu ada disini?" Tanya Reyna. Reyna nampak biasa saja dengan kehadiran Bela di ruangan Agam.
"Mas, kamu selesaikan saja dengan Bela, aku tunggu di kamar!" Ucap Reyna sambil mencium pipi suaminya tepat di hadapan Bela.
Bela membuang mukanya melihat pemandangan yang sangat memuakkan.
"Silahkan di teruskan Bela!" Ucap Reyna meninggalkan ruangan kerja Agam.
"Bela, aku tidak suka kamu seperti ini." Agam marah dengan yang di lakukan Bela.
"Memangnya kenapa?" Tanya Bela, yang juga kesal melihat reaksi marah Agam.
"Bela, jika kamu masih seperti ini, apa lagi hari ini kamu terang-terangan di depan Reyna, lebih baik kamu pulang saja." Bentak Agam. Agam berfikir ini jalan satu-satunya Agar Bela menjauh darinya.
"Kamu mengusir aku Gam? Buakankah selama ini kamu menikmatinya Agam?" Bela berdiri dan mengakungkan tangannya di leher Agam.
"Ini salah Bela. Aku sedang memperbaiki hubunganku dengan Reyan. Apa lagi kami akan segera mempunyai Anak." Agam melepaskan tangan Bela dan menjauh darinya
"Hahaha... Agam, Agam. Apakah kamu percaya begitu saja kepada tante Reyna?" Bela tertawa, dia lebih menertawakan dirinya karena dapat penolakan dari Agam.
"Apa maksud kamu Bela?" Tanya Agam tidak mengerti dengan yang Bela ucapkan.
"Silahkan mencobanya ratusan kali. Istrimu tidak akan pernah hamil." Jawab Bela dengan menatap mata Agam.
"Keterlaluan kamu Bela. Bagaimana kamu bisa bicara seperti itu?" Agam kembali menaikan nada bicaranya.
"Agam, selama ini kamu di bodohi. Tante Reyna tidak akan hamil, sebab dia selalu meminun Pil KB." Bela sama sekali tidak takut dengan kemarahan Agam yang sudah memuncak.
"Berhenti berkata buruk tentang Reyna!" Agam masih membela Reyna. Setelah apa yang dikatakan Bela. Agam masih percaya dengan istrinya.
"Kenapa Gam? bukankah kamu tidak mencintainya. Jujurlah dengan diri kamu sendiri Gam. Semua terserah kamu saja. Aku sudah mengatakan yang aku tahu." Ucap Bela yang juga membentak Agam.
Bela meninggalakan Ruangan Agam dengan perasaan yang hancur. Bagaimana Agam sama sekali tidak mempercayai dirinya.
Bela masuk menuju kamarnya dan mengemas pakaiannya. dia memutuskan untuk meninggalkan rumah Agam. Dia tidak peduli jika Reyna mulai curiga kepadanya. yang jelas saat ini Agam sudah memilih Reyna.
Reyna sudah mengganti pakaiannya. Sebelum Agam datang, Reyna terlebih dulu meminum Pil yang sudah dia siapkan.
Cukup lama Reyna menunggu Agam, dia penasaran dengan apa yang di bicarakan antara Agam dan Bela. Terlihat raut wajah Agam yang tegang saat dirinya masuk keruangan kerja Agam.
Tapi Reyna menepis semua kemungkinan yang melintas di kepalanya.
"Mas, rupanya kamu sudah selesai bicara dengan Bela. Apa yang Bela katakan?"
Agam melihat Reyna dengan tatapan curiga. dia terpikirkan perkataan Bela.
"Ya... biasalah." Jawab Agam singkat, dia tidak ingin membahas tentang Bela.
"Kamu pasti lelah, sini aku pijat." Reyna memulai Aksinya. dia memijat bahu Agam lalu mengusap leher belakang Agam.
"Rey...." Ucap Agam terpotong, dia sebnarnya ingin menanyakan tentang tuduhan Bela tentang istrinya.
"Ada apa?" Tanya Reyna penasaran.
Agam memeluk Reyna. Dia membawa Reyna keatas ranjang. Agam menyalurkan kemarahan, kekesalan dan kekecewaannya terhadap Bela melalui percintaannya dengan Reyna.
...※※※※...
Bela membawa kopernya keluar kamar, Kemudian Bela mendekatkan diri ke arah kamar Agam dan Reyna. dia menatap nanar pintu kamar di depannya. terdengar jelas *******-******* dari dalam sana. Air mata yang sedari tadi terus saja mengalir deras tanpa henti. Memukul-mukul dadanya yang merasa sesak.Bela berjalan menjauhi suara-suara yang menghancurkan hatinya.
Bela Keluar dari rumah Agam tanpa berpamitan, dia berjalan menyusuri jalanan yang sepi. Mencoba menelphon satu-satunya sahabat yang dia miliki.
"Halo May, hiks...hiks...hiks..."
"Bela, kenapa lo nangis?" Tanya Maya khawatir.
"May, jemput gw!" Pinta Bela sambil terisak.
"Lo dimana Bel!" Maya langsung menunda pekerjaannya dan mencari kunci mobilnya
" Gw di jalan depan rumah Agam!"
"Lo tunggu di sana. jangan kemana-mana!" Maya langsung menginjak gas dan membawa mobil dengan sangat kencang.
Bela menutup telphonnya. Kemudian duduk berjongkok menunggu jemputan dari Maya.
"Bela..." Panggil Agam berlari menghampiri Bela. Setelah selesai dengan Reyna, Agam berniat menemui Bela, karena dia merasa bersalah telah marah dan membentak Bela. Tapi Bela sudah tidak ada di kamarnya dan lemarinyapun sudah kosong. Agam mencari Bela keluar rumah dan mendapti Bela sedang berjongkok seorang diri di dinginnya malam.
"Kenapa kamu pergi? kamu mau kemana ini sudah malam?" Tanya Agam begitu di dekat Bela.
"Bukannya kamu yang meminta aku pergi?" Jawab Bela memalingkan wajahnya.
"Bukan itu maksud ku Bel." Jawab Agam memeluk Bela.
Bela menerima pelukan yang Agam berika. lalu dia bebisik di telinga Agam.
"Nampaknya kamu sangat menikmati Bercinta denga Reyna!" Bela mendorong tubuh Agam, agar melepaskan pelukannya. Lalu masuk kedalam mobil Maya yang sudah menunggunya.
Agam kembali lagi masuk kedalam rumah, setelah dia tidak bisa mencegah kepergian Bela. ini memang salahnya. Agam masuk kekamar yang di tempati Bela. masih terasa wangi khas dari Bela. Agam membaringkan dirinya di kasur, dimana bela tidur selama di rumahnya. Dia terngiang kalimat terakhir yang bela katakan sebelum pergi meniggalkannya.
"Maafkan aku Bela, aku tidak tahu kalau kamu mendengarkannya."
Agam berniat akan mencari kebenaran dari yang bela ucapkan, jika Benar dia akan menceraikan istrinya, jika yang di ucapkan Bela adalah kebohongan Agam akan melupakan Bela.
"Aarrggghhhh... apa aku bisa melupakanmu, Bela?"
Takterasa mata Agam terpejam. Dia tertidur di kamar yang di tempati Bela.Dengan bantal dan selimut yang masih tersisa wangi harum tubuh Bela.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments