Bela berteriak, saat melihat jam sudah menunjukan pukul 07.00. Dia kesiangan. Hari ini Bela harus mengumpulkan tugas di jam 09.00, rasanya tidak ada waktu untuknya menjalankan rutinitas paginya.
tok....tok...tok...
"Sayang, ayo sarapan!"
Suara David sudah memanggil. Sedangkan Bela masih kebingungan dengan apa yang harus ia lakukan.
"Baik pah, nanti Bela turun!"Teriaknya dari dalam kamar.
Bela segera bersiap, baru kali ini dia tidak menjalankan rutinitas paginya,melainkan bela hanya menggosok giginya.
Ini semua terjadi, gara-gara dia masih memikirkan kejadian kemarin malam.Bela tidak bisa tidur, dia masih terbayang ciuman yang Agam berikan. Dalam benaknya banyak pertanyaan tentang arti ciuman Agam.
Bela tidak berani mengartikan itu sebagai seauatu yang sepesial. Bela hanya takut jika itu hanya sebatas ***** belaka. Dan juga Bela tidak akan berharap apaun kepada Agam, dia sangat yakin bahwa Agam bukan seorang single.
Mungkin saja keberadaan Agam di klub merupakan pelarian atas semua masalahnya. Seperti dirinya yang yang ingin melupakan Digta lalu terpesona oleh Agam.
"Minggu depan ulang tahun perusahan. Kamu harus hadir!" Ucap David sambil menikmati sarapannya.
"Apa pah, Hadir? Aku gak mau! Biasanya juga aku diam di rumah!" Tolak Bela menghentikan sarapannya. Dia sedikit kesal, pagi harinya yang berantakan ditambah permintaan papanya.
"Gak sayang, Kali ini papa akan datang ditemani kamu! lagi pula ini saatnya kamu mengikuti semua acara perusahaan! Permintaan David memang tidak bisa Bela tolak.
Bela mendengus kesal. Berbaur dengan orang seusia papanya pasti membosankan.
Bela pamit berangkat tanpa menyelesaikan sarapannya. Mengendarai mobilnya dengan kencang, selain sedang kesal, Bela juga mengejar waktu, dia tidak ingin telat di mata kuliah pertamanya dan sudah pasti telat mengumpulkan tugas.
"Dari mana? jam segini baru sampai?" Tanya Maya yang sedang menunggu kehadiran Bela.
"Gw kesiangan!" Jawab bela yang sedikit Berlari menuju kelas.
Dua jam sudah Bela mendengarkan pelajarannya, Dia sedikit kehilangan fokus, karena badannya yang tidak nyaman, mungkin karena dirinya belum mandi. Bela melihat kearah jam dinding yang tergantung di depannya. Matakuliah kedua akan di adakan di jam 2 siang, Karena jadwal yang di undur. membuat dirinya harus menunggu lama.
"Maya, lo langsung masuk lagi?" Tanya Bela sebelum keluar kelas.
"Iya, Lo mau kemana dulu?" Maya Balik bertanya, Maya tahu mata kuliah Bela diundur.
"Gw mau ke spa dulu depan sana, gw belom mandi may!" Bisik Bela kepada sahabatnya.
"Aahhh... pantes Bel, lo gak nyaman gitu!"
Bela mengangukkan keplanya.
Bela berjalan menuju parkiran mobil. Dia membawa mobilnya berhenti di sebuah Hotel And Spa, Tak jauh dari kampusnya.
Berjalan memasuki Lobi hotel, ini bukan pertama kalinya Bela berada di Hotel ini.
"Bughhh...."
Bela bertabrakan dengan pasangan yang baru keluar kamar yang di lewatinya.
"Maaf, Tidak sengaja!" Ucap bela, sambil membantu memunguti Isi tas wanita itu yang berceceran. Isi tasnya lumayan banyak, selain makeup ada beberap pil yang tidak asing bagi Bela.
"Lain kali hati-hati" Ucapnya sedikit kesal.
Setelah selesai membantu merapikan yang berceceran, Bela kembali menganggukan kepalnya, meminta maaf.
Melihat wanita yang di tabraknya tadi, seperti melihat Digta bersama Naya. wanita dewasa dan laki-laki muda.
"Semoga saja dia tidak memiliki suami, jika dia wanita bersuami, sepertinya banyak sekali wanita seperti Naya berkeliaran." Bela merinding sendiri.
Bela merasa segar kembali, Setelah melakukan Treatment Spa. Tiba-tiba perutnya terasa lapar, Dari pada keluar mencari restoran, Bela memtuskan untuk makan di retoran hotel tersebut.
Bela merasa sedih dengan dirinya sendiri, Duduk seorang diri, seperti tidak ada yang ingin menemaninya. Sempat menelphon Maya, tapi Maya tidak mengangkat telphonnya, mungkin dia masih berada di salam kelas.
"Boleh aku duduk disini" Ucap sesorang di depan Bela. Sedari tadi Bela hanya meminkan Hpnya. Dia mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yang mengajaknya bicara.
"Agam..., Duduk!" Bela sangat kaget, mendapati Agam sudah berada di depannya. Hatinya sangat senang bisa bertemu Agam, dia kira hanya dapat bertemu Agam di klub.
"Sendirian aja?"
"Iya, Bete. Untung kamu datang!"
"Kamu sendiri ngapain di Hotel? jangan-jangan..." Tanya Bela, mengedipkan matanya curiga.
"Huussttt.... Aku ada rapat, tapi cancel! Langsung saja Agam menyanggahnya. Agam tidak mau Bela menilai negatif dirinya.
"Hahaha.... kamu lucu gam!" Celetuk Bela di sela tawanya.
Agam tersenyum melihat Bela yang tertawa lepas. Bersama Bela Agam merasakan bahagia, Belum pernah dirinya bertemu wanita seceria Bela. Sosok Bela merupakan Hal baru bagi Agam.
...※※※※...
Agam masih terbayang pertemuannya dengan Bela. Melihat Bela duduk termenung sendiri di retoran hotel menggugah hatinya untuk menemani Bala. Dia sampai membatalkan rapatnya agar bisa menghampiri Bela.
Agam mencari cara agar dirinya lepas dari bayang-bayang Bela. Tapi, semakin dia ingin melupakan Bela, semakin sering dirinya bertemu Bela.
"Bro gw lagi galau!" Keluh Agam, saat sampai di kantor David."
"Kenapa lagi? Reyna lagi?" Tanya David, David berfikir istri Agam berulah lagi.
"Reyna setuju untuk memiliki anak!" Ucap Agam datar.
"Bagus dong! Gw turut Bahagia!" Ucapan selamat keluar dari mulut David. Tapi David mendapti keanehan dari sikap Agam, dia tidak bahagia dengan kabar ini.
"Tapi...Gw ragu!"Ucap Agam, Dia akan menceritakan keraguannya kepada David. hanya David tempat dia mencurahkan hatinya, juga David selalu memberinya saran terbaiknya.
"Ragu? bukankah ini yang lo mau?" Tanya David mengertukan keningnya.
"Hhhmmm....Iya, memang selama ini gw menunggu Reyna untuk ini. Tapi, ada seseorang yang membuat gw ragu!" Agam menghembuskan nafas kasar.
"Gila. Maksudnya lo selingkuh?" David menaikan Nada bicaranya. David sangat benci terhadap orang yang berselingkuh. Motonya adalah menikah sekali seumur hidup.
"Bukan selingkuh, tapi gw jatuh cinta lagi, tapi wanita itu tidak tahu sama sekali perasaan gw, dan juga dia gak tahu kalau gw laki-laki beristri!" Agam menjelaskan situasinya kepada David.
"Jauhi dia!gw yakin perasaan lo hanya sesaat." Ucap David sedikit melembut.
"Gw juga berfikir seperti itu, tapi, sepertinya akan sulit." Agam menundukan pandangannya, merasa tidak bisa berbuat apa-apa.
"Gam, selama ini lo udah lama menunggu Reyna berubah, dan ini adalah waktunya. lo harus ingat perjuangan lo bertahan di sisi Reyna. Dan sekarang saat semua yang lo inginkan terwujud lo akan buang semua itu? saran gw, buang perasaan lo terhadap wanita itu, demi hubungan yang lo jaga lima tahun ini!"David menyarankan kepada Agam, untuk mengingat perjuangannya bertahan di sisi Reyna. Karena David adalah saksi Bagaimana Agam tetap bersabar memghadapi istrinya.
Agam terdiam sejenak, mencerna apa yang David katakan. tapi, untuk saat ini yang David katakan sangat lah benar. Dia harus fokus dengan tujuannya semula, sebelum bertemu denga Bela.
"Thanks vid!" Ucapnya, Agam memeluk David sebelum meninggalkan kantornya.
...※※※※...
"Pah, Kenapa? Bela lihat papa hanya melamun!" Tanya Bela yang melihat David hanya melamun di ruang kerjanya.
"Papa hanya memikirkan sahabat papa!" Jawabnya berat. David memang selalu ikut memikirkan masalah orang-orang terdekatnya.
"Memang kenapa pa?" Tanya Bela penasaran, dia langusng duduk di hadapan David dengan menopang dagunya.
"Gak usah tahu, ini urusan orang dewasa" David mengusap mata putri tersayangnya.
"aaaahhh... papa aku penasarn, gak biasanya papa memikirkan orang lain!" Paksa Bela, merengek seperti anak yang menginginkan permen.
"Menurut kamu, mempertahankan rumah tangga yang tidak bahagia atau berpisah? dan Bertahan tapi tidak ada cinta atau pergi dengan orang yang di cintai?" Ucap David sedikit bertekateki.
"Oohh... jadi maksud papa sahabat papa itu sudah punya istri tapi rumah tangganya tidak bahagia, dan dia sekarang sedang jatuh cinta kepada wanita lain? begitu kan?" Jawab Bela tersenyum, merasa berhasil menebak tekateki David.
"Wwaahhh.... kamu mengartikan dengan sangat baik." Puji David mengacungkan 2 ibu jarinya.
"Mudah saja pah, jika cinta pasti bahagia. kalau dia tidak cinta tinggalkan, dan jemput bahagianya." Jawab Bela dengan simpelnya.
"Sudah jelas kalau kamu masih anak-anak!" David tertawa setelah mendengarkan jawaban putrinya.
"Papa..." Teriak Bela tak terima dikatai Anak-anak di saat usianya sudah genap 20 tahun.
"Itu namanya tidak bertanggung jawab. Jika dia memutuskan memilih seseorang, walaupun dia tidak bahagia, dia harus tetap dengan pilihannya." Jawab David mengajari putrinya untuk selalu bertanggung jawab dengan perbuatannya.
"Iya pah aku setuju, tapi kalau ruamh tangga tidak di dasari cinta dia akan tersiksa papa. untuk apa? bukankah kita semua berhak bahagai. seperti aku bahagia memiliki papa!" Bela memeluk papanya. Bela tetap kukuh dengan pendapatnya.
"Sudahlah kamu tidur, Besok antar papa memilih stelan jas untuk acara ulang tahun perusahaan! Ucap David mengakhiri diskusinya. Dia sangat memahami putrinya, Bela tidak akan merubah pendaptnya. Dia akan tetap teguh dengan apa yang di ucapkannya.
"Siap papa!" cium Bela di pipi David sebelum keluar dari ruang kerja David.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments