Aku berbaring di atas ranjangku. Seperti orang yang sudah kehilangan kewarasan saja. Hanya bisa diam dan melamun. Bayangan Haku masih terlintas dengan sangat jelas. Senyumannya, wajahnya, suaranya, sentuhannya, bahkan aroma khasnya aku masih bisa mengingatnya dengan sangat jelas.
Aku meraih ponselku untuk menghubungi Kiro. Aku menulis sebuah pesan untuk Kiro.
📱Kiro, boleh aku minta alamat rumah Haku di Tokyo? Aku akan ke Tokyo besok.
Aku mengirim pesan tersebut.
Tak lama kemudian ponselku bergetar. Ternyata Kiro langsung membalas pesanku.
📱Aku akan mengantarmu besok. Berbahaya kalau kau pergi sendirian.
Aku mengetik lagi untuk membalas pesannya.
📱Terima kasih, Kiro. Tapi aku tak ingin merepotkanmu.
Beberapa saat Kiro membalas pesanku lagi.
📱Aku akan semakin merasa kerepotan kalau membiarkanmu pergi sendirian. Besok pagi kita bertemu di station ya. Istirahatlah dulu..!
Jika aku melihatmu di dalam mimpi.
Dan jika aku dapat bertemu denganmu.
Aku akan terus memandang sosok dirimu dengan mata ini.
Jika aku dapat bertemu denganmu melalui mimpi ini.
Dan jika aku dapat memandang dan berbicara denganmu.
Perasaan ini tidak akan pernah menjadi pudar lagi.
Hingga suatu saat kita dapat bertemu kembali di suatu tempat.
Kesedihan itu pun akan berhenti saat aku mendekapnya.
Tak lama akupun sudah tertidur saja. Mungkin terlalu lelah menangis.
...***...
"Yuko.." terdengar suara yang sangat familiar memanggilku. Aku mencari-cari pemilik suara itu. Aku menyusuri tempat ini. Tempat yang sangat cantik dan dipenuhi kelap kelip lampu warna warni. Tapi aku tak berhasil menemukan Haku disini. Disekelilingku hanya ada lampu-lampu yang berkelip cantik.
"Tetaplah melangkah walau tanpaku. Tetaplah menatap langit dan menggapai mimpimu." tiba-tiba kembali terdengar suaranya lagi.
"Haku! Kau dimana? Bukankah kau sudah berjanji padaku untuk tidak akan meninggalkanku lagi?!" aku berteriak sambil terus mencari dia.
"Kau tau betapa aku sangat hancur saat kau pergi begitu saja?"
"Maafkan aku, Yuko!" tiba-tiba suara itu kini terdengar dari belakangku. Aku langsung menoleh ke belakang dan Haku sudah berdiri dibelakangku. Dia memakai pakaian serba putih. Wajahnya sangat berseri dan bersinar. Tetapi raut wajahnya penuh dengan kesedihan.
"Haku..! Kumohon jangan pergi..!" aku meraih tangannya. Dingin. Sama seperti saat kugenggam tangannya dulu.
"Tetaplah bersamaku..!!" aku memohon padanya. Kini air mataku sudah tumpah kembali.
"Maaf, Yuko. Aku selalu membuatmu bersedih. Aku selalu membuatmu menangis. Bahkan aku tak bisa menepati janjiku. Maaf."
"Haku! Kumohon..!!" kataku memohon padanya.
"Maaf, Yuko. Aku harus pergi." perlahan dia melepas genggamannya. Dan dia mulai menjauh dariku.
"Haku..!! Jangan..!!"
Aku terbangun dari mimpiku. Lalu kembali menangis ditengah malam ini. Haku!! Aku meringkuk diatas ranjangku.
...***...
Pagi-pagi aku menuju ke station. Ternyata bukan hanya Kiro yang datang. Kanna dan Mayu juga ikut datang. Mereka sudah menungguku dari tadi ternyata. Kita melakukan perjalanan panjang dengan menaiki kereta. Aku lebih banyak diam dan melamun di sepanjang perjalanan.
Sesampai di Tokyo, Kiro langsung memesan sebuah Taxi dan kita menuju ke sebuah rumah di daerah Shinjuku prefekture Tokyo.
Akhirnya kita sampai di kediaman keluarga Haku.
Aku menatap rumahnya dari luar dengan tatapan kosong. Apakah aku sudah terlambat untuk mengunjungimu, Haku?
Kiro memencet bel rumah itu. Beberapa saat, pintu terbuka. Seorang wanita yang kira-kira berumur 45 tahun berdiri di hadapan kita.
"Okaa-san ( ibu ). Selamat sore." sapa Kiro sambil membungkukkan badannya. Aku, Kanna, dan Mayu ikut membungkuk. Aku dan Kiro sudah terbiasa memanggil ibu Haku seperti itu karena saking dekatnya dulu dengan Haku.
"Kiro, Ayo masuk! Ajak teman-temanmu!" katanya sangat ramah. Lalu kita mengikutinya masuk le dalam rumah.
"Okaa-san apa kabar? Dimana otousan ( ayah )?" tanya Kiro saat kita sudah duduk di dalam rumah Haku.
"Sangat baik." ibu Haku tersenyum. Senyumannya sangat mirip dengan Haku. "Ayah belum pulang dari kantornya. Kalian mau minum apa? Biar ibu buatin dulu." kata ibu Haku.
"Tidak perlu repot-repot Okaa-san." jawab Kiro dengan cepat. "Kita kesini karena Yuko ingin datang kesini." Kiro melihatku.
Ibu Haku menatapku agak lama. Seperti berusaha mengingat sesuatu.
"Yuko yang tinggal di Sapporo itu?"
"Hai okaa-san." aku mengangguk dan berusaha untuk tersenyum.
"Wah, Sudah besar dan cantik ya. Pantas saja Haku selalu menyukaimu." canda Ibu Haku. "Dia selalu bersemangat jika menceritakannmu lho.." Aku yang mendengarnya tersenyum malu.
"Okaa-san, Apa aku bisa bertemu dengan Haku?" tanyaku sedikit bergetar.
Ibu Haku tiba-tiba terdiam. Dia menatapku dengan tatapan sendu.
"Yuko, Haku sudah meninggal 2 tahun yang lalu. Dia mengelami kecelakaan saat wisata sekolah di Musium Edo Tokyo." kata Ibu Haku pelan.
Aku terdiam mematung beberapa saat. Lalu aku menunduk, dan air mataku mulai terjatuh lagi.
Kanna dan Mayu langsung memelukku.
Aku segera mengusap air mataku yang sempat terjatuh tadi.
"Okaa-san. Boleh aku melihat kamar Haku?" pintaku.
"Tentu. Ayo ibu antar!" Ibu Haku mengantarku menuju sebuah kamar di lantai 2. Sementara Kiro, Kanna, dan Mayu tetap diruang tamu.
"Kamar ini masih sama seperti saat Haku masih ada. Ibu hanya membersihkannya saja. Ibu masih sering merindukannya, makanya ibu tak pernah mengemasi barang-barang Haku. Terkadang ibu masih merasa kalau Haku masih sering datang kerumah." ibu Haku menatap seisi kamar ini.
Gyuuutttt... Rasanya nyeri sekali hati ini.
"Ibu akan menemani teman-temanmu dulu. Kau tidak apa-apa sendirian?"
"Oh.. I.. Iya.."
Ibu Haku meninggalkanku sendirian sekarang. Aku menyusuri kamar ini.
Semua masih tertata dengan rapi, ada beberapa figura di atas meja belajarnya. Aku mengambil salah satu. Disitu ada fotoku dan Haku semasa kecil.
Terlintas dibenakku kenangan masa kecil kita berdua. Dan air mataku kembali tumpah.
"Yuko, aku besok aku akan berangkat ke Tokyo bersama keluargaku." ucap Haku kecil dengan wajah yang sangat sedih.
"Jangan khawatir! Kita pasti akan bertemu lagi. Bukannya kau sudah berjanji akan menikahiku saat sudah dewasa nanti?" aku tersenyum polos saat itu. " Kau adalah Pangeran Kecilku, Haku."
Menikah dalam kamusku saat itu adalah berdandan dengan sangat cantik dan memakai gaun yang anggun seperti Princess-Princess dalam cerita dongeng. Sementara saat itu aku maunya bersama Haku. Karena Haku kecil sudah menjadi Pangeranku sejak kecil. Bersamanya aku merasa nyaman, aman, dan bahagia. Dia selalu menjagaku saat kecil dan sering memberiku permen.
"Aku akan mengunjungimu ke Tokyo deh nanti." kataku saat itu. Padahal jarak Tokyo-Hokkaido itu cukup jauh. Aku kecil mana tau yang seperti itu saat itu.
"Janji ya." kata Haku kecil saat itu.
"Hhmm..." aku kecil mengangguk dan tersenyum.
Sekarang aku sudah datang Haku.
"Aku merindukanmu, Haku. Maaf aku datang terlambat."
Aku membaringkan diri di ranjang Haku.
Wangi ini.. Aku bisa mencium wangi khas ini. Wangi yang sama dengan Haku yang akhir-akhir ini aku temui.
Andai aku datang lebih cepat, aku akan benar-benar bisa bertemu denganmu.
Andai aku bisa kembali kemasa lalu. Aku akan kembali hanya untukmu. Merubah takdir ini.
Aku menatap gelang pemberian Haku yang melingkar manis di tangan kiriku.
"Haku.. Aku merindukanmu.." tiba-tiba aku sudah tertidur dengan masih memeluk figura tadi.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
sedih banget jadinya. mereka mungkin gak akan ''bersama''
2023-09-28
0
Jennie
Yuko sangat kehilangan Haku yang sabar ya Yuko
2022-12-02
1
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
& merekapun "menikah" sudah...
2022-07-07
2