Lia dan Sifa berjalan berdua di kolidor sekolah dengan membuka obrolan ringan, tiba-tiba penghuni kelas berhamburan secara bergerombol menuju mading sekolah. Seketika membuat Lia dan Sifa terheran-heran apa yang terjadi, bahkan Lia dan Sifa hanya bisa saling pandang namun akhirnya mereka berduapun ikut berlari.
Karena penasaran dengan apa yang membuat suasana sekolah menjadi riuh, maka Lia dan Sifa pun langsung menerobos mading, terdengar bisikan-bisikan murid dan wajah-wajah terkejut. Ketika Lia melihat dan membaca mading itu, kedua mata miliknya langsung terbelalak, Ratna siswi kelas X Ipa2 dengan potretnya seperti menggantukan diri dengan rantai menjuntai terpangpang, dengan seluruh tubuh bersimbah darah bahkan terlihat sangat mengerikan. Dan penghuni kelas lainnya langsung kabur setelah membaca berita itu dengan berigidig ngeri. Menyisakan Lia dan Sifa disana.
"Ini pasti kasus rengking satu lagi,"gumam Lia tak habis pikir.
"Li, apa seharusnya kita mundur saja? aku seperti ketakutan sekarang untuk membantu Andra, aku takut mati."bisik Sifa dengan nyalinya yang sudah surut duluan.
"Kau pikir ini bisa dihentikan? jika kita mencoba untuk menyerah, lalu kau tahu apa yang akan terjadi selanjutnya? tentu saja perlahan pembunuhan ini akan terus terjadi, bahkan aku sempat mendengar desas-desus bahwa sekolah ini sudah hampir kekurangan murid, karena semuanya pindah sekolah sebab kasus ini."kata Lia lalu menghela napas panjang, mencoba untuk bersikap tenang.
"Apa peduli mu? kau baru saja bertemu Andra, lalu kau begitu sangat berambisi membantunya, kenapa?"tanya Sifa sarkas.
"Aku sudah berjanji padanya,"jawab Lia sembari menatap wajah Sifa serius.
"Kau bisa mengingkarinya,"sahut Sifa cepat setelah beberapa detik ucapannya terjeda."Aku takut aku akan mati, maaf Lia mungkin aku takan membantumu."sambungnya dengan nada lemah.
"Tapi kenapa?"tanya Lia mencoba meminta penjelasan dari Sifa lagi.
"Aku tak bisa,"jawabnya keras, membuat Lia tersentak. Tak habis pikir bahwa Sifa berani membentaknya.
"Kau?"
"Maaf Li, aku ingin menyerah. Maka kau hargai keputusanku."ucap Sifa prustasi.
"Sungguh kau tak ingin tahu siapa pelakunya? aku sudah tahu siapa pelakunya kita hanya membutuhkan waktu untuk mengungkapkannya kepada khalayak umum, dan kita bisa mempenjarakan dia !"balas Lia sengit.
"Aku tak perlu tahu siapa pelakunya Lia! aku tak ingin terlibat apapun, apa kau paham?! lebih baik kau jangan ikut-ikutan dalam hal ini, Li. Sangat berbahaya untukmu!"sungut Sifa yang langsung menghentakan kaki kasar dan meninggalkan Lia tanpa senyuman.
"Sifa?!"teriak Lia memanggil Sifa yang sudah melangkah jauh, namun Sifa sama sekali tak menggubris. Membuat Lia menghela napas kasar dan memangpangkan wajah prustasi.
Sementara sosok Semmy ada di ujung sana, bak iblis yang tak terlihat. Tersenyum sinis dan memangpangkan wajah kemenangan melihat betapa menyedihkannya Lia saat ini.
"Kau terlalu ikut campur, bahkan aku ingin segera menghabisimu nona cantik, ha..ha..ha.."licik Semmy dengan gelak tawa menyeramkan.
*****
"Ini semua ulah kau!"tuduh Lia menggerutu pada Andra yang kini muncul dihadapannya, ketika Lia memutuskan untuk pergi ke perpustakaan sekolah, untuk mendinginkan kepalanya yang pening. Alih-alih sembuh malah semakin mendidih.
"Mengapa malah menyalahkan?"Andra yang dituduh pun langsung mengangkat suara.
"Ini semua memang salah kau! aku dan Sifa bertengkar, apa kau puas?!"Lia melotot dengan kedua tangan bersidekap didada.
"Kau selalu saja labil,"komentar Andra yang hanya tertawa menatap Lia tak habis pikir.
Lia masih saja terus menggerutu, menendang rak buku yang ada disampingnya hingga bergoyang.
"Berhentilah bersikap kekanak-kanakan!"seru Andra terbawa emosi ketika Lia yang terus saja bersikap tak adil padanya.
Lia langsung menoleh sinis."Kau keterlaluan!"
"Kenapa harus marah-marah seperti ini?!"tanya Andra sengit.
"Aku tak bisa melakukannya sendiri, aku butuh seseorang untuk membantuku. Aku membutuhkan Sifa hanya dia yang bisa aku percaya."Lia berseloroh dan hampir akan menangis.
"Kau akan tahu jawabannya, dan kau akan terkejut mengapa Sifa tak ingin membantumu."ucap Andra lalu tersenyum kecut.
"Dia bilang dia takut mati,"sahut Lia cepat dengan menatap Andra tajam.
"Omong kosong, jika dia mengatakan bahwa dia takut mati,"Andra membalas tatapan Lia tak kalah tajam.
"Lalu apa? lalu apa alasannya, ha?!"sungut Lia membentak.
"Karena dia sudah tahu bahwa pelakunya Semmy! kau tahu, bahwa Sifa menyukai Semmy? kau tahu, apa yang akan dilakukan oleh seorang gadis yang sangat menggila-gilai seorang pria yang ditaksirnya? meskipun salah pasti dia akan membela,"Andra berbicara panjang lebar yang membuat Lia tertohok dengan apa yang diucapkan Andra barusan, bukannya percaya Lia malah berbalik menyerang Andra.
"Sejak kapan Sifa mengetahuinya, hah? jika dia mengetahui semuanya untuk apa dia bercerita mengenai dirimu ketika aku menemukan proposal milik mu di perpustakaan? dan untuk apa dia membantu mengantarkanku sampai kerumah mu, hah?!"bentak Lia sembari mengangkat kerah baju seragam Andra dengan kasar, namun Andra hanya tersenyum kecut.
"Memangnya malam tadi saat kau tertidur aku pergi kemana? kau pikir aku ikut tidur denganmu? kau tahu, aku berkelana mencari bukti, aku pergi menyambangi rumah Semmy dan kau tahu apa yang aku lihat? aku melihat Sifa disana sembari berpegangan tangan dengan Semmy, aku rasa Sifa sudah terbujuk rayuan Semmy dengan gombalan palsunya!"Andra berbicara panjang lebar yang membuat Lia terperangah sembari menggeleng-gelengkan kepala tak habis pikir, dengan tuduhan Andra pada Sifa.
Dengan cepat Lia berlari meninggalkan Andra, matanya merah, wajahnya marah. Lia kembali ke dalam kelas, dan tak berselang lama seorang guru datang. Lia duduk disamping Sifa tanpa bertanya, ia hanya pokus menatap kedepan seraya menghela napas lelah dengan apa yang ia alami.
Di depannya ada Pak Aryo guru sosiologi yang kini tengah memulai untuk menjelaskan materi.
Namun, pikiran Lia sudah tak berada disana, meski matanya mengarah kedepan. Jujur saja ia masih memikirkan kata-kata Andra saat diperpustakaan tadi. Apalagi mengenai fakta tentang Sifa yang sudah di klaim berkhianat padanya.
"Kau marah padaku?"tanya Sifa pelan yang membuat Lia langsung mendelik sesaat kearah Sifa.
Lia tak menjawab pertanyaan Sifa, dan Lia memilih untuk menenggelamkan kepalanya di atas meja, rasanya kepalanya mendadak pening. Apalagi masalah yang ia lalui terlalu pelik, bahkan Lia tak memedulikan Pak Aryo yang sedang menjelaskan sebuah materi. Sementara Sifa hanya menghela napas panjang karena Lia mengabaikannya.
"Li, aku minta maaf padamu. Aku merasa menyesal sudah membentakmu tadi,"terdengar suara Andra ditelinganya, sehingga kepala Lia pun terangkat. dan benar saja Andra sudah berdiri tepat disampingnya.
"Kenapa kau disini? kau akan terkena makian Pak Aryo, pergi sana!"usir Lia nada berbisik sambil mengusir.
"Kau lupa aku hantu? mereka takan melihatku."kata Andra yang membuat Lia selalu saja melupakan fakta bahwa Andra itu hantu.
"Pergilah, aku benci kau!"Lia berusaha bersikap acuh pada Andra saat ini.
"Ayolah, aku minta maaf."rayu Andra memohon pada Lia yang terus saja merajuk.
"Tidak,"sahut Lia cepat sambil melotot.
"Li, bagaimana caranya agar aku bisa menebus kesalahanku padamu?"tanya Andra namun Lia tak menggubris sama sekali.
"Bicaralah,"Andra hampir putus asa karena Lia terus saja diam, dan malah fokus pada buku.
"Kau berisik sekali, apa kau tak bisa diam?"karena geram maka kali ini Lia langsung berucap lantang, yang membuat seisi kelas menoleh padanya.
"LIA??!"teriak Pak Aryo menegur.
"KAU BISA DIAM TIDAK, HAH? KAU BERISIK SEKALI!"Lia berteriak lagi mengarah pada Andra yang mencoba menenangkan Lia, padahal makian itu ditunjukan untuk Andra, namun Pak Aryo malah salah paham. Berhubung Pak Aryo tak mengetahui kenyataan dengan siapa Lia sedang berbicara sekarang.
"LIIIIAAAAAAAAAAAA!"teriak Pak Aryo lagi dengan rasa jengkel.
Brakkk...
Pak Aryo memukul keras meja dengan penggaris kayu miliknya, membuat Lia langsung tersentak kaget lalu berdiri dari bangkunya dan menyadari kesalahannya.
"Eh.. Pak..Maaf,"Lia berucap lirih sembari tersenyum malu ke arah Pak Aryo.
"KAU SAYA HUKUM!"seru Pak Aryo yang membuat kedua mata Lia langsung membola.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments