Pagi ini cuaca mulai menyapa cuaca mendung yang tidak bersahabat. Tapi, kali ini Lia datang tepat waktu. Kemarin adalah sejarah yang menjadi pelajaran baginya untuk tidak mengulangi keterlambatan tersebut. Semoga nasib buruk tidak terulang lagi, semoga hari-hari terus membaik.
Sifa tersenyum sendiri di atas jendela sekolah yang terbuka, lalu detik berikutnya ia memanggil Lia untuk melihat sesuatu dan karena penasaran Lia pun ikut berdiri seraya melihat apa yang sedang ditunjuk oleh Sifa. Ternyata Sifa sedang melihat seorang pria tampan yang sedang duduk sendirian di bangku taman dengan tubuh berbalut jaket hitam dan juga kupluknya. Postur pria itu terlihat membungkuk, wajahnya terlihat seperti Pria seperti aktor Caesar Wu Idola Sifa dari China.
"Lia, perhatikan pria keren itu. Dia pria yang sangat tampan dan cool." girang Sifa dengan mata berbinar penuh damba.
“Ohh…” sahut Lia pendek dan tak terlalu peduli.
“Dulu aku berharap surat cintaku diterima olehnya, tapi sayang surat cintaku dibakar olehnya tepat di depanku. Dia tidak memarahiku tapi perbuatannya meninggalkan luka. Dari kejadian itu aku bisa membentuk karakterku untuk menjadi pribadi yang lebih dewasa. Aku tidak perlu terlalu berharap terlalu tinggi, jatuh pasti akan sangat menyakitkan. Aku hanya bisa mengidolakannya sekarang, tidak lebih dari itu.” Sifa tersenyum miris saat teringat kilas balik itu.
Tok .. Tok .. Tok
Cklek!
"Ada apa?" pria itu bertanya dengan ekspresi datar, setelah ia mendapati sosok Sifa yang berdiri di depan pintu rumahnya.
"Ah, aku." Sifa terlihat gugup seraya menggigit bibir bawahnya pelan.
Sifa mencoba menenangkan debaran di dadanya yang berkobar sejak tadi, jantungnya berdebar kencang.
Sifa merasa ia harus mengatakannya sekarang juga, inilah waktu yang tepat setelah setahun berlalu untuk menyembunyikan perasaan menggebu-gebu yang sudah lama meletus menjadi rasa sayang yang berlebihan pada lelaki yang kini sedang berdiri di di depannya itu.
Ia tidak bisa menunggu lebih lama lagi, ia sangat gugup apalagi ditambah ketika ia melihat ekspresi sosok Semmy di depannya yang terlihat datar, bahkan cenderung tidak peduli dengan kehadirannya saat ini.
Tetapi, ia merasa bahwa ia harus melakukan ini sebelum terlambat.
Selama ini dia sering stalking dan ia tahu kalau laki-laki di depannya masih berstatus jomblo, dan ini kesempatan baginya.
"Ini untuk kakak," Sifa menyodorkan sepucuk surat merah jambu ke arah Semmy semoga lelaki itu segera membacanya.
"Atas dasar apa?” lagi-lagi Semmy tetap tidak berekspresi apapun.
Sifa menatap Semmy dengan malu, meski ia sadar bahwa Semmy sama sekali tidak menggodanya. Sifa menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal, ia berusaha mengusir semua kegelisahannya dengan senyuman, berharap aura positif selalu hadir dalam dirinya..
Sifa berdehem sejenak, seolah ia merasakan tenggorokannya kering tanpa air liur saat Semmy menerima surat darinya.
Semmy tersenyum kecut setelah ia membaca satu paragraf dalam sebuah surat, seolah ia sudah mengerti apa maksud dari surat itu.
"Kamu ditolak!" katanya sinis lalu surat itu pun dibakarnya dengan pematik api yang diambilnya dari saku celana.
Deg!
Saat itu juga perasaan Sifa tercabik-cabik lalu ia melihat Semmy yang malah meninggalkannya tanpa sebuah senyuman lalu ia pun langsung menutup pintunya.
Sifa sedikit terkejut dengan senyum pahit, "Lihat dirimu, Sifa telah mempermalukan dirimu sendiri" kalimat iblis yang bernyanyi di telinganya semakin keras, Sifa terisak dan akhirnya pergi.
Sifa menceritakan kehidupan cintanya pada Lia dan Lia sendiri masih belum mengerti apa itu cinta yang tak pernah melekat dalam hidupnya.
"Apakah kamu menyukai seseorang?" tanya Sifa pada Lia seraya melirik, hingga membuat alis Lia menyatu.
"Tidak ada," jawab Lia sambil menggeleng.
Sifa kembali menatap Semmy dari atas sana dan terus tersenyum, Lia hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah Sifa yang terkesan gila saat mengagumi seseorang.
Dan entah mengapa Lia merasa sangat begitu penasaran dengan sosok lelaki yang disukai oleh Sifa.
Seketika itu juga kepala lelaki itu terangkat seakan menyadari ada seseorang yang sedang memperhatikannya, yaitu Lia dan Sifa yang berada di kelas atas.
"Dia terlihat aneh," gumam Lia pada dirinya sendiri sambil bergidik merinding.
"Lihatlah Lia, Semmy terlihat sangat keren dan juga tampan," Sifa terkekeh kagum yang membuat Lia menoleh sambil menatap Sifa tak percaya.
"Sifa!"
Tiba-tiba terdengar suara seseorang memanggil nama Sifa dengan keras. Kedengarannya begitu mudah diketahui dan karena merasa namanya dipanggil maka Sifa pun langsung menghampiri suara itu dengan tergesa-gesa ke depan kelas, lagi-lagi yang memanggilnya adalah Monic.
Kali ini Monic memerintah Sifa untuk menyelesaikan tugas sejarahnya dan harus selesai pada saat bel jam pertama pelajaran akan dimulai.
"Hari ini tugasmu adalah menyelesaikan tugasku tentang sejarah, dan waktunya harus cepat sebelum bel pelajaran pertama dimulai, kamu harus segera mengantarkan tugas ini ke kelasku setelah selesai, mengerti?!" perintah Monic dengan mata melotot.
“Tapi maaf Kak, aku masih kelas 11 dan belum pernah belajar pelajaran sejarah kelas 12." ucap Sifa takut-takut.
"Kita tidak peduli Sifa!" timpal si rambut lurus sambil mendekap kedua tangannya ke dada.
"Kerjakan sekarang!" bentak Monic yang masih ngotot sambil menghajar Sifa dengan buku sejarah yang super tebal itu.
"Aw,"
Sifa menjadi ketakutan sambil meringis kesakitan akibat pukulan Monic dan ia tetap memukuli Sifa sambil memaksanya untuk mengerjakan tugas sekolahnya.
"Lakukan!" seru teman satunya lagi.
Lia yang selama ini hanya diam sambil menunduk tak menghiraukan kehadiran mereka, ia berharap tidak pernah terlibat dengan apapun di sekolah ini. Ia sama sekali tak ingin memiliki musuh dan tidak ingin menunjukkan apapun.
Namun detik berikutnya Lia mulai marah atas sikap Monic dan temannya yang mempermalukan Sifa dengan menertawakannya saat ia sedang dipukuli oleh Monic di hadapan semua penghuni kelas.
Seketika Lia menghentakkan kakinya dengan kasar karena ia sudah mulai kesal dan tidak bisa menahan emosinya yang semakin menggebu-gebu.
Dan lagi, ia melihat Sifa saat di tendang oleh Monic, Sifa mencoba memohon maaf tapi Monic sama sekali tidak mendengarkan.
"Permisi, Kak. Tolong hentikan," rengek Sifa memohon dengan tatapan mengiba.
Seluruh kelas ketakutan melihat geng Cinderella yang brutal dan tidak segan-segan menyiksa siapa saja yang menurutnya terdengar menyangkal, tanpa terkecuali.
Monic memukul kepala Sifa dengan gemas hingga membuatnya sambil meringis, hati Lia memanggil sebagai manusia yang masih punya hati nurani ia pun mulai membayangkan bahwa dirinyalah yang sedang dipukuli dan ditendang oleh Monic.
Telinga Lia semakin panas mendengar teriakan Monic pada sifa dan pada akhirnya.
"Hei, cecunguk liar, hentikan!" teriak Lia keras kepada Monic.
Seisi kelas terkejut dengan reaksi Lia kali ini, kemudian ia pun menghampiri mereka ke depan kelas lalu menyambar buku milik Monic dengan kasar dari tangannya.
“Ambil ini, ini milikmu dan kerjakan sendiri lalu kembali ke kelasmu, kamu tidak tahu aturan!” emosi Lia dengan nafas naik turun.
"Kunyuk yang satu ini, kamu menantangku? Kamu ingin menjadi pahlawan kesiangan, hah? Kamu hanya seorang pengecut, aku tahu itu," jawab Monic dengan tenang lalu ia pun tersenyum kecut seakan ia sedang meremehkan Lia.
"Sebelum jadi pahlawan, sebaiknya kamu langkahi mayat Monic lebih dulu!" timpal temannya yang berambut ikal itu dengan garang.
Lia semakin marah. "Aku bilang bawa ini kembali!" teriakmya dan ia pun langsung melempar buku sejarah tebal itu.
Bak diberikan adegan slow motion Monic pun langsung menghindari lemparan buku itu.
Wushhhhh....
Bruk!
Buku tersebut malah terbang hingga mengenai tubuh seseorang yang mengenakan jaket hitam saat siswa tersebut melewati ambang pintu ruang kelas. Di luar angin begitu kencang dan semua orang di sana kaget seraya terbelalak melihatnya. Bahkan Monic yang dengan pengecut berbicara untuk orang lain pun ketakutan sekarang.
Lia terdiam, ia tidak tahu siapa orang itu hingga perlahan orang itu pun memutar tubuhnya ke arah Lia dan menatapnya dengan dingin. Tubuhnya yang tinggi membuat Lia langsung mengenali siswa dan ternyata siswa itu adalah Semmy.
Hening.
Semmy menatap Lia dan berkata dengan santai tapi lantang. "Hei, kamu?!"
"A-aku?" Lia tergagap sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Atas dasar apa kamu melempariku, hem?" tanyanya tajam.
Tiba-tiba Lia meninggikan suaranya yang hendak seperti ingin minta maaf, tapi... ternyata tidak, ia malah memberanikan diri untuk menutupi semua kegugupan yang sedang dirasakan begitu hebatnya karena diguncang ketakutan, sampai akhirnya ia malah menunjuk lalu berkata.
"Jangan karena kalian kakak kelas, kalian bisa berbuat sewenang-wenang terhadap kami selaku adik kelas!" Lia berucap tegas.
Semmy hanya membalasnya dengan senyum sinis.
"Jangan bertingkah, lebih baik kalian para kakak kelas belajar yang benar untuk menghadapi ulangan akhir semester!" lanjut Lia lagi.
Meski terdengar gugup, kalimatnya masih bernada membentak tapi ia tidak berani menatap mata gelap Semmy yang berkesan sangat begitu menakutkan.
Dengan tatapan dingin Semmy hanya menjawab. "Terus?"
Sepertinya Lia akan kehabisan kata-kata maka ia pun harus berpikir lagi, ia cepat-cepat melirik Sifa sambil menunjuk.
"Tolong beritahu geng Cinderella untuk tidak mengganggunya lagi, dia temanku. Siti Fatimah alias Sifa, selama kamu tahu dia sangat mengidolakanmu, dan sebagai idola yang baik, tentu dia akan melindungi fansnya, kan? tolong ingat itu! " lantang Lia sinis.
Lia yang selama ini melirik Sifa hanya bisa menundukan kepalanya, tiba-tiba Lia melihat air mata haru menggenang di rongga mata Sifa.
Mungkinkah, Sifa merasa dia peduli padanya? bahkan Lia pun melihat Monic terlihat kaget, seolah tak menyangka Lia akan seberani ini.
"Aku berbicara di hadapanmu karena aku tahu kalau Sifa menyukaimu maka kamu harus melindunginya!" seru Lia.
Semmy menggeleng samar seraya hanya tertawa sinis menanggapi perkataan Lia yang ia pikir itu hanyalah sebuah lelucon kering.
"Dasar idiot, kamu belum minum obat? Apa kamu sudah gila? Buang-buang waktu!" cibir Semmy.
Lia merasakan tenggorokannya tercekat dan terbatuk-batuk, ia benar-benar sudah tak tahan karena harus menahan rasa gugupnya saat melihat wajah Semmy yang semakin terlihat mengerikan.
Sepertinya Semmy mengabaikan kata-katanya, ini mungkin terlihat aneh tapi Lia sedang membela hal yang benar.
Sejenak Semmy tersenyum pada Lia senyuman misterius yang tidak bisa diartikan.
"Bodoh," komentarnya pelan dan kini ia berjalan mendekat hingga berdiri tepat di depan Lia.
Perlahan Lia mundur sedikit dan memberanikan diri menatap wajah pria itu.
"Berapa nilai rata-rata dari ujian sekolahmu sebelumnya?" Semmy bertanya dengan aneh.
Lia mengernyit tidak mengerti. "Maksudmu?"
"Aku bertanya dan kamu hanya perlu menjawab!" serunya dengan senyum misterius.
Lia langsung panik, tapi ia berusaha menutupinya dengan batuk dan berusaha mengatur suaranya nafasnya yang hilang.
"Sembilan," jawab Lia pendek.
Semmy mengangguk, Lia mengernyit lagi.
"Kamu berikutnya," ucapnya dengan tatapan misterius.
"Maksudmu apa?" Lia bertanya lagi dengan semakin penasaran.
Semmy tertawa melihat reaksi Lia yang terkesan konyol dan bodoh.
"Kamu akan tahu, jadi persiapkan dirimu," jawabnya yang sama sekali tidak masuk akal.
Semmy tertawa melihat wajah bingung Lia, ia sangat terlihat puas melihat Lia yang tersenyum canggung seakan ia sedang bersembunyi dari keterkejutan.
"Kamu lucu," Semmy tertawa kecil kemudian ia pun berjalan pergi.
"Dia terlihat sangat begitu mengerikan," desis Lia bermonolog sendiri seraya bergidik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Age Nairie
kakak aku mampir membawa like n love
mampir juga ya ke samudra nayna 🙏
2022-02-22
0
Aprilia Amanda
caesar wu doooonnggggg😭🤭
2022-02-07
0
Anezaki Igarashi Ricky ⍣⃝కꫝ 🎸
hallo kak.. salken ♡♡
jangan lupa mampir le novel aku ya kak..My Little Prince dan VCPD🥰🥰
2021-12-03
0