Pagi hari dan tenang Lia duduk dengan wajah bengong di atas meja makan. Hari ini Ibu nya menyiapkan sarapan dengan begitu terburu-buru, karena kata Ibu nya ia akan pergi sebentar lagi, berhubung ada urusan mendadak dan penting.
Ibu Lia menyiapkan sarapan berupa roti tawar yang di olesi selai kacang yang menggoda,
Tapi rotinya agak gosong. Lia tak bisa protes karena Ibunya lebih cerewet dari Lia sendiri, bisa-bisa Lia yang akan kalah telak dari ibunya dan Lia hanya bisa melahap roti itu dengan sedikit terpaksa.
"Jika di rumah tak ada makanan, beli saja di warung nasi cukup untuk dirimu sendiri. karena mungkin Ayah dan Ibu sudah makan di luar."Kata Ibu nya sembari berjalan mondar-mandir tak karuan, Mencari lipstiknya yang hilang entah kemana, hilang ketika di butuhkan. Menyebalkan.
Lia terlihat menekuk wajahnya yang nampak sangat cemberut tanpa menyahut ucapan sang Ibu, Lia merasa suasana hatinya sedang buruk rasanya ia malas sekali hari ini. Mungkin alasannya karena keputusan kedua orang tuanya yang akan pindah secara mendadak ke kota hujan, Lia menggigit roti tawar itu dengan kasar.
Setelah menemukan lipstiknya, Ibu Lia mengusap rambut Lia cepat. Ibu nya tampak senang karena Lia sudah memakan rotinya setengah. Dengan segera Lia menghabiskan segelas susu dengan satu tegukan.
****
Tiba di depan kelas, Lia tidak langsung masuk, ia terlihat mengintip dulu melihat situasi di dalam kelas. Lia takut geng Cinderela dan Semmy muncul disana dengan tiba-tiba. Bisa saja mereka menerkamnya dengan ganas. Membayangkannya saja Lia sudah spot jantung dan menelan ludah. Lia menarik napas, dan langsung membuka pintu kelasb.
Ceklek...
Suasana kelas tampak aman terkendali Lia bernapas lega saat ini. Sifa melambaikan tangan kearahnya dengan wajah sumringah, dan Lia tersenyum lalu ia pun langsung menghampiri Sifa dan duduk di sampingnya.
Lia mencoba meneguk botol berisi air mineral miliknya yang di ambil dari ransel, tegukan air mineral hanya untuk melegakan tenggorokannya yang rasanya sangat kering. Saat sedang minum, Sifa berbisik pada Lia dengan nada penuh serius.
"Monic mencarimu tadi!"bisiknya.
Spontan bisikan itu bagaikan setan yang menari-nari di telinga Lia yang memberikan reaksi tak terduga, Lia merasa terkejut dan ia pun tersedak air sampai batuk-batuk. Maka dengan panik Sifa pun langsung menepuk-nepuk punggung Lia, sekedar untuk meredakan batuknya.
"Dia bilang, dia akan kembali kesini saat jam istirahat!"Sifa melanjutkan dengan sorotan mata khawatir.
Lia mencoba menutupi kegugupan yang tengah melanda dirinya, dengan rasa tak karuan Lia berbicara dengan sedikit tergagap.
"D-dia datang? benarkah? terserah, tak masalah."kata Lia dengan so berani, padahal aslinya ciut.
"Aku akan membantumu, tenang saja."sahut Sifa menaik turunkan kedua alisnya seraya tersenyum.
Teng tong teng...
Suara bel tanda berakhirnya pelajaran kedua berbunyi. Setelah Ibu guru keluar, Lia langsung menenggelamkan kepalanya di atas meja kelas, dengan kedua telinga yang di sumbat earphone yang mengumandangkan sebuah lagu yang cocok dengan track hidupnya saat ini.
Saat mencuci wajah di keran air. Salah satu teman sekelas Semmy bernama Johan menghampirinya dan bertanya.
"Hei, Sem? apa kau tahu mengenai berita heboh belakangan ini?"
Semmy berlaga berpikir."Hm, tentang apa? berita heboh di tiktok lagi?"Semmy mengangkat kepalanya.
"Bukan tentang aplikasi tiktok, ini tentang rumor pembunuh berdarah dingin. Lagi-lagi terror terjadi, seorang murid kelas X yang rengking satu di bunuh,"
"Aku tak mengenalnya, maka aku tak peduli!"Semmy mengedikan bahunya acuh.
"Aish, bisa-bisanya kau ini tak memiliki jiwa manusiawi !"ledek Johan sambil terkekeh."Apa kau tidak penasaran dengan pembunuh berdarah dingin itu? bersekolah disini membuatku semakin tak nyaman, selalu saja ada kasus seperti ini,"lanjut Johan sembari berigidig.
"Aku sama sekali tak penasaran dengan pembunuhnya, bahkan aku sangat tak peduli. Mungkin saja para korban bertindak menyebalkan, maka dari itu si pelaku murka."Semmy tertawa misterius.
"Apa semuanya terasa masuk akal? selalu saja si rengking satu yang di bunuh, semuanya tanpa alasan, setiap kali korbannya selalu rengking satu maka mereka jadi korban sadis itu, bahkan Andra si ketos yang baik hati pun harus terbunuh."Johan menghela napas sedih.
"Kenapa kau harus peduli? apa kau ingin nyawamu melayang juga karena terlalu ikut campur?"Semmy tersenyum miring, membuat Johan menggeleng kuat ketakutan.
"Tentu saja tidak, aku takan menjadi korban. karena rengking ku hanya masuk ke sepuluh besar."sanggah Johan.
"Kau bisa menjadi korban, karena kau terlalu ikut campur."Semmy menatap Johan serius, yang membuat bulu kuduk Johan seketika merinding.
"Kenapa kau begitu menyeramkan?"
"Aku sedang menakut-nakutimu Jo,"Semmy langsung tertawa aneh, membuat Johan merasa janggal.
"Hentikan, lelucon kau garing sekali."Johan berusaha tertawa kikuk."Baiklah, dari pada aku ketakutan seperti ini, lebih baik aku pergi. Aku duluan Sem,"Johan pamit lalu bergegas.
Semmy terdiam sejenak, lalu ia tersenyum sinis. Saat Semmy mengalihkan pandangannya, ia melihat Lia di sebrang sana yang tengah berjalan bersama Sifa, berjalan sambil berbincang disertai tawa.
Dan disana juga Semmy tampak melihat Monic yang sedang memperhatikan Lia, kemudian Monic langsung memanggil Lia dengan nada teriakan di sebrang sana.
"Hei, murid pindahan tunggu!"
Lia dan Sifa terkejut, sehingga Sifa pun langsung menarik lengan Lia dan langsung berlari membawanya pergi.
Melihat hal itu Semmy tersenyum misterius.
Sekarang memang waktunya jam istirahat, sebenarnya Lia keluar dari kelas dengan sangat hati-hati. Sifa memang sempat melihat Monic sedang turun tangga. Sontak Lia dan Sifa langsung kabur ke halaman sekolah. Lia mencoba menutupi wajahnya dengan telapak tangannya dengan sangat hati-hati, begitupun dengan Sifa. Semoga Lia bisa selamat dari terkaman Monic.
Saat di sebrang sana, Lia sempat mendengar suara Monic sedang membentak anak-anak untuk mencari-carinya Dada Lia tersentak semakin berdegup cepat dan menjadi serba salah, Lia tak tahu harus lari kearah mana.
Lia dan Sifa bersembunyi di balik pohon tumbuhan hias, deru napasnya tersenggal karena ia begitu ketakutan sekarang. Akhirnya Lia pun memberanikan diri langsung berlari ke luar sekolah bersama Sifa.
Saat itu Monic sepertinya melihat Lia berlari karena Monic memanggil nama Lia berkali-kali, Tapi untungnya Lia keburu lari jauh.
"Liaaa !!"teriak Monic di sebrang sana.
Dengan napas yang terengah-engah dan peluh keringat bercucuran di kening, membuat Lia kelelahan setelah setengah mati berlari cukup jauh.
Lia berjongkok karena merasakan kakinya tampak letih. Tiba-tiba ia tersadar bahwa Sifa tak ada di sisinya saat ini. Astaga, sepertinya mereka berdua terpisah.
"Sifa...Sifa?"Lia mencari-cari Sifa sembari bangun dari posisinya dan melihat sekeliling bahwa ia sama sekali tak menemukan Sifa.
Lia menghela napas berat, sungguh sialnya. Lia menelan air liurnya yang terasa seret karena tenggorokannya rasanya telah mengering. Baiklah, kali ini ia harus menghadapi semuanya sendirian.
Lia tersadar bahwa ia berlari sampai ke luar area sekolah, baiklah sebuah peraturan sekolah ia langgar. Tapi, semoga ia bisa kembali ke sekolah dengan aman nanti. Namun tiba-tiba ada suara yang menanggil namanya dari belakang.
"Lia?!"
Lia merasa tak yakin, ia pikir itu hanyalah halusinasinya dan ia rasa orang itu tak memanggil namanya. Lia memutuskan kembali berjalan, suara itu menyebut namanya lagi.
"Lia?!"
Langkahnya terhenti seketika dan pada akhirnya ia berbalik badan. ta-da rupanya itu Semmy lelaki menyeramkan itu. Astaga, Lia ternganga. Apakah ia juga harus kabur darinya? kenapa Semmy bisa mengetahui namanya? dan kenapa ia mengikutinya?
"Kenapa kau mengabaikanku?"suara beratnya terdengar dan sekarang Semmy berada di samping Lia.
"Kenapa disini?"tanya Lia beralasan.
"Bukan urusan mu!"jawabnya tajam, membuat Lia tersentak."Apa kau tidak takut padaku?"tanyanya akhirnya membuat Lia tak mengerti.
"Apa? kenapa harus takut padamu?"Lia berusaha menjawabnya setenang mungkin, padahal sebenarnya ia sedang ketakutan.
"Kau gadis pemberani dan pintar,"pujinya.
"A-Apa?"
"Saat aku melihat rapot mu di ruang guru, kau adalah seorang murid pindahan dan prestasimu sangat luar biasa, rupanya aku memilih calon yang tepat,"ucapnya berbicara misterius yang membuat debaran jantung Lia semakin berpacu.
"Apa magsudmu calon?"tanya Lia curiga.
"Apa kau tak bisa santai sedikit? kenapa kau terlihat ketakutan? bukankah aku sedang memujimu, dan kau adalah calon teladan. Apakah aku salah berucap?"Semmy tertawa seraya menatap mata Lia.
Lia berusaha meyakinkan dirinya, bahwa ia terlalu berhalusinasi dan terlalu berpikir tak logis, apakah ini efek dari tontonan favoritnya dari genre trailler dan juga psikopat. Sehingga ia tak beripikir jernih. Bahkan ia belum mengenal Semmy, tapi sudah memberi lebel bahwa Semmy psikopat.
Lia berusaha menjawab dengan setenang mungkin."Maaf, mungkin aku sedang tidak pokus. Jadi, aku bertingkah aneh."
Semmy mengangguk pelan."Aku mengerti, kau hanya belum terbiasa."ucapnya.
Kening alis Lia bertaut bingung mendengar ucapannya."Terbiasa pada apa?"tanya Lia penasaran.
"Jadi pusat perhatian,"jawabnya seraya tertawa kecik dan Lia hanya mengangguk samar.
Kini Semmy dan Lia berjalan bersama dan kembali ke lingkungan sekolah. Setelah berada di lingkungan sekolah Semmy sama sekali tak kunjung memisahkan diri dari Lia.
Semmy terus mengikuti Lia dari belakang, Lia berusaha tenang dan membuang segala pikiran buruknya.
Semmy mengantarkan Lia sampai ke kelas, saat Lia berpapasan dengan Monic pun, Monic tak mengejar Lia lagi. Apa itu semua karena ada Semmy di belakang Lia? rupanya kehadiran Semmy sangat berpengaruh.
Lia berjalan gontai, lalu ia terduduk di bangkunya. Saat ia melirik ke arah Semmy, Semmy langsung bergegas pergi tanpa sepatah kata apapun. Lia bernapas lega karena ia tak macam-macam.
"Wahh...apakah mereka berdua pacaran??"
"Astaga tak habis pikir dengan murid baru itu bisa mendapatkan hati si kalajengking hitam?"
"Mereka sangat romantis bak seorang Pangeran mengantarkan putri dengan begitu tenang, si kalajengking hitam tampak peduli."
Lia mendengar perbincangan para murid yang berhasil ia tangkap di kedua telinganya. Gosip murahan apa ini?jelas-jelas Lia tak memiliki hubungan apapun dengan Semmy. Ia juga tak mengerti mengapa Semmy mengantarnya sampai ke kelas, padahal ia sama sekali tak meminta.
"Apa yang telah kalian lakukan?"tanya Sifa terperangah.
"Jangan salah paham Sifa, entahlah aku tak mengerti !"jawab Lia cepat karena ia merasa tak enak dengan Sifa, kemudian Lia pun duduk di bangkunya.
"Kalian pacaran?"Sifa menyimpulkan sesuatu dengan sangat cepat dengan pertanyaan monohok dan lantang, sehingga semua orang menoleh kearah Lia.
"Siffaaa!"Lia langsung membungkam mulut Sifa spontan.
"Aku tak menyangka kau bisa menaklukannya!"kata Sifa pelan setalah Lia melepaskan bungkamannya di mulut Sifa, dan Sifa hanya menatap mata Lia seolah tak percaya.
"Astaga, Sifa aku tak punya hubungan apapun dengannya !"bantah Lia menggelengkan kepala kuat.
"Aku mencarimu dan ternyata kau berjalan berdua dengannya?"
"Sifa please,"rengek Lia yang sudah tak tahan dengan ucapan-ucapan yang memojokannya sekarang ini.
"I'ts okay, jangan terlalu dipikirkan, apapun yang membuatmu senang, aku akan mendukung, semangat!"kata Sifa seraya tersenyum tipis, namun seperti ada makna yang berbeda darinya dan Lia hanya diam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
atmaranii
Sifa..Sifa..jgn pnggil aku anak kcil
2021-10-19
1