Lia termenung dibangkunya sedari tadi, mengetuk perlahan daun meja dengan jemarinya dan mengerti bagaimana yang dirasakan oleh Andra. Lia sadar ia telah menyakiti persaannya. Lia menghela napas, apa yang harus ia lakukan sekarang? bahkan ia tak tahu bagaimana caranya memanggil hantu Andra.
"Kau kenapa? terlihat sangat gelisah?"itu suara Sifa yang kini duduk di samping Lia entah sejak kapan, membuat Lia sedikit terkejut di buatnya.
"Mengapa mengejutkanku?"
"Kau sedang melamun, meskipun aku memanggilmu pelan kau akan terkejut."Sifa memutar bola matanya malas."Kau ini kenapa?"tanya Sifa penasaran.
"Aku hanya sedang memikirkan sesuatu,"jawab Lia gelisah.
"Kau boleh bicara padaku."
"Emp..."Lia mencoba berpikir apakah ini waktu yang tepat jika ia kembali menanyakan prihal Andra.
Matahari mulai meninggi selalu saja berhasil membuat siapapun akan mengeluh kepanasan dan tak ingin kulitnya terbakar. Sepulang sekolah Lia bersama Sifa memutuskan untuk pergi kesuatu tempat, menempuh perjalanan menggunakan scoppy milik Sifa menuju sebuah perumahan elite di kawasan Pondok Indah.
"Masih jauh?"tanya Lia setelah berulang kali.
"Sebentar lagi,"jawab Sifa dengan keringat yang bercucuran dikeningnya.
"Matahari cukup terik, aku benar-benar ingin segera sampai."keluh Lia sembari menyeka titik-titik keringatnya.
"Bersabarlah,"ucap Sifa.
Setelah satu setengah jam waktu tempuh di perjalanan, kini mereka berdua telah sampai ditempat tujuan.
"Luar biasa ini perumahan mewah sekali, ternyata Andra sultan juga."Lia berdecak kagum setelah ia memasuki kawasan perumahan Pondok Indah.
"Beginilah kawasan Pondok Indah, berbeda dengan kawasan kali jodo,"Sifa terkekeh.
Lia dan Sifa memang berencana untuk kerumah mendiang Andra, dan menceritakan bagaimana yang di alami Lia karena ia dimintai oleh mendiang Andra untuk membantunya, setidaknya Lia butuh sesuatu informasi mengenai Andra dari pihak keluarga, semoga mereka berkenan untuk di interview. Dan, tentunya Lia sudah berpikir mengenai ini setidaknya untuk menebus rasa sesalnya pada Andra pagi tadi.
Lia dan Sifa kini tengah berhenti di area pos satpam, sesuai dengan peraturan yang memasuki kawasan ini harus menunjukan kartu identitas. berhubung mereka berdua belum memiliki Kartu Tanda Penduduk maka mereka hanya menunjukan Kartu Pelajar.
"Jadi, rumahnya Andra Mahesa Dirlangga ada di blok B?"tanya Sifa sekedar memastikan pada Security yang berbadan tegap itu. Berhubung Sifa juga belum pernah mengunjungi rumah Andra dan ia mendapati alamat rumah itu dari data sekolah yang sempat Lia temui dari proposal saat di perpustakaan.
"Iya dek di Blok B nomor 23, silahkan."Security itu mempersilahkan mereka berdua, lalu mereka berdua pun mengangguk dengan sulas senyuman serta terimakasih.
Sifa melajukan kembali scoppy nya lalu berbelok menuju blok B sesuai dengan arahan Security.
Akhirnya mereka sampai juga tepat di lingkungan blok B dengan nomor rumah 23, dan mereka berduapun turun dari kendaraan scoppy-nya dan melihat sekeliling yang terlihat sepi. Keadaan sekitar terlihat bersih dan asri, tamapk terawat. Tapi, karena melihat suasana rumahnya yang sunyi dan sepi membuat bulu kuduk Lia meremang.
"Apakah tak ada orang?"tanya Lia nada berbisik.
"Kita belum masuk, mungkin di dalam ada pemiliknya."jawab Sifa yang ikut berbisik.
"Apakah mereka masih saja dalam suasana berkabung? rumah ini terihat seperti kuburan,"bisik Lia lagi sambil berigidig.
"Jika kau ingin rumah ini ramai, kenapa kau tidak bakar saja rumahnya, aku yakin rumah ini akan dikelilingi orang banyak."Sifa langsung tertawa ngakak, sedangkan Lia langsung memukul lengan Sifa.
"Sembarangan,"tegur Lia dan Sifa hanya terkekeh.
"Siapa kalian?"tanya seseorang yang membuat mereka berdua menjerit terkejut.
"Aaaaa...."serempak mereka berdua dalam jeritan.
"Kami teman nya kak Andra, tante."jawab Sifa gelagapan setelah ia pulih dari rasa kagetnya.
Lia dan Sifa membelalakan matanya ketika yang ia lihat didepannya adalah sosok perempuan paruh baya yang terlihat modis, rambut panjang berlayer, serta burminsa tas bahu bucket dengan ritsleting, dengan tubuh yang dibalut blazer cokelat dari bahan katun yang terlihat casual dan tidak terlalu formal, dengan bawahan rok hitam selutut yang menambah kesan elegan. Dan kaki jengjang yang dipakaikan high heel yang tidak terlalu tinggi dengan warna senada sehingga mempercantik dan menunjang penampilan.
"Kalian mau apa?"tanyanya sedikit sengit lalu berlalu begitu saja.
"Tunggu tante,"Sifa menghentikan langkah perempuan paruh baya itu sehingga ia menoleh.
"Apa lagi?"tanyanya ketus.
Lia merasa jadi tak enak hati ketika mendapatkan sambutan diluar ekspektasi dari sang punya rumah, mungkinkah ia tak menyukai mereka berdua?
"Mohon maaf tante, bolehkah kami bicara sebentar? ada suatu hal yang harus kita bicarakan bersama,"kata Sifa dengan sangat berhati-hati karena ia takut menyinggung perasaan perempuan paruh baya itu.
Perempuan paruh baya itu terlihat sedang berpikir sejenak, lalu setelah beberapa saat ia pun menganggukan kepalanya, itu berarti ia mengizinkan mereka berdua untuk masuk kedalam rumahnya, akhirnya Lia dan Sifa pun bernapas lega lalu saling pandang dan sulas senyuman tersungging.
Lia duduk bersebelahan dengan Sifa di sofa yang sangat empuk, rasanya sangat nyaman dan enggan beranjak sedikitpun. Bahkan ketika sudah masuk kedalam rumahnya pun kesan mewah itu semakin luar biasa, lantai marmer dan terlihat modern. Siapapun yang berkunjung pasti akan berdecak kagum. Bahkan di dingding terlihat banyak sekali photo-photo dengan figura besar dengan potret keluarga besar Andra, membuat Lia hanyut dengan pemandangan yang baru saja ia lihat. Namun, suara perempuan paruh baya itu membuyarkan segala lamunan Lia saat ini.
"Lalu apa yang ingin kalian bicarakan?"perempuan paruh baya itu membuka suara lalu duduk disofa tepat didepan mereka berdua.
Sebelum memulai pembicaraan, seorang asisten rumah tangga membawakan tiga jus jeruk di nampan lalu meletakannya di meja, Lia dan Sifa tersenyum dan asisten rumah tangga itu pun berlalu dengan sopan.
"Minum dulu, supaya tidak canggung."kata perempuan paruh baya itu dengan nada dingin, Lia dan Sifa saling melirik lalu mereka berdua pun meneguk jus jeruk itu sampai tandas, maklum mereka berdua kelelahan dan kehausan akibat perjalanan yang mereka tempuh tadi.
"Maaf tante, kami haus."cengenges Sifa setelah meletakan gelas di meja.
"Tidak masalah, tapi jangan lupakan tujuan kalian apa. Saya tidak punya banyak waktu,"ucap perempuan paruh baya itu masih tak menunjukan ekspresi menyambut baik.
"Apakah tente mami nya kak Andra?"tanya Sifa.
"Iya, lalu kau ingin apa?"jawabnya sinis.
Sifa berdehem, agar suaranya tak bergetar untuk bicara lagi, setelah mendapati respon perempuan paruh baya itu yang masih saja ketus dan sinis. Suasana hening membuat mereka berdua diterpa canggung yang luar biasa, tapi mereka berdua tak boleh melewatkan kesempatan emas ini.
"Teman saya bertemu dengan mendiang kak Andra beberapa hari yang lalu,"Sifa memulai pembicaraan dan di dapatinya ekspresi monohok dari perempuan paruh baya itu.
"Kalian jangan mengorek luka lama, dan jangan membuat lelucon garing !"sungutnya sambil melotot geram.
"Tante, mohon tenang dulu."kali ini Lia yang berbicara mencoba menenangkan mami Andra.
"Saya sudah muak dengan semua drama ini, kalian tidak tahu betapa hancurnya perasaan saya sebagai seorang Ibu, lalu kalian datang dan memberikan kabar yang sama sekali tak masuk akal? lalu bagaimana cara saya bersikap? lebih baik kalian segera enyah dari rumah saya !"sunggutnya lagi sembari berdiri dan mengusir.
"Tente saya mohon berikan kami kesempatan untuk melanjutkan,"Lia berdiri sembari menghampiri perempuan paruh baya itu, merangkul bahunya untuk menenangkan karena kini ia tengah sesegukan.
"Cukup sudah, jangan kalian bahas lagi."tangisannya menyayat hati, Lia mencoba menenangkan seraya mendudukan kembali di sofa.
"Tente, kami tak bermagsud. Justru kami ingin membantu untuk mengungkapakan siapa dalang di balik perkara ini."Sifa berbicara tegas, sementara perempuan itu masih saja menangis.
"Saya pernah dikecewakan oleh pihak yayasan sekolah untuk mengungkap siapa pelakunya, bahkan saya akan menempuh jalur hukum, tapi mereka semua licik sehingga kasusnya ditutup. Bahkan di klaim bahwa putra saya terpeleset di atap sekolah, bodoh sekali."kecewa perempuan itu dengan kalimat dipenuhi sumpah serapah, sebelum akhirnya tangisannya semakin pecah.
"Tente, saya janji saya akan membantu perkara ini."kata Lia berikrar.
"Kau bisa apa, ha? kau pikir ini kasus mudah? kenapa kalian berdua menganggap bahwa perkara ini sebuah lelucon? kalian sangat menyakiti hati saya !"bentak perempuan itu pada Lia, namun Lia berusaha sabar meskipun ia hampir ingin menangis.
"Lia ini teman saya, dan dia pernah didatangi kak Andra dan memohon padanya agar ia bisa membantunya. Jika kak Andra sendiri merasa yakin pada Lia yang bisa mengungkap kasus ini, maka kenapa kita harus meremehkannya tante? tidak ada usaha yang berakhir sia-sia selama kita sungguh-sungguh !"seloroh Sifa tegas.
"Percaya atau tidak, terus terang malam tadi kak Andra datang ke kamar saya, sebelumnya saya pernah bertemu dengannya saat pertama kali saya masuk kesekolah Bumi Pertiwi karena saya murid baru disana. Saya pikir kak Andra adalah murid pada umumnya, ternyata dengan sumber informasi yang saya temui kak Andra sudah meninggal enam bulan yang lalu,"cerita Lia panjang lebar.
"Kau bisa melihat arwah?"tanya perempuan itu seraya menatap mata Lia lekat.
"Hanya kak Andra yang bisa saya lihat, yang lainnya saya tidak bisa. Entahlah, saya bingung dan tak mengerti bagaimana bisa seperti itu."jawab Lia apa adanya.
"Jika kalian ingin membantu untuk memburu pelakunya, maka kalian berdua harus hati-hati dan jangan terlalu menonjolkan diri. Sepertinya otak dari semua ini sangatlah licik, bahkan saya yang bergelimangan harta seperti ini pun tak mampu menemui titik terang, sangat sulit sekali."kata perempuan itu dengan nada yang masih terisak.
"Jadi tante mempercayai kami untuk memecahkan kasus ini?"tanya Lia dengan binar mata cemerlang.
Perempuan itu menganggukan kepala seraya mengulas senyuman."Semoga membuahkan hasil,"ucapnya luluh, Lia dan Sifa tersenyum lebar dengan mata berkilat senang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Syi La
jumpa calon mertua
2021-11-27
1
Dini Purwaningsih
penasaran ma ceritanya....lanjut tor😁
2021-11-17
1