Lia duduk di bangkunya dengan perasaan aneh setelah berbicara dengan lelaki itu. Rasanya ia dilanda kecemasan yang berlebihan dan kini tengah mengkhawatirkan dirinya sendiri. Lelaki itu terlihat sangat mencurigakan. Entah kenapa kesan pertama yang didapatnya setelah melihat wajahnya itu malah membuatnya bergidik ngeri. Lia tidak mengerti, tapi pikirannya berkata bahwa lelaki itu berbahaya.
Dan salah satu temannya yang lain seorang gadis kribo dan si kurus terus mengingatkan Lia untuk berhati-hati dengan laki-laki itu. Karena tidak ada yang berani mengganggunya selama ini.
"Hei, kamu murid baru aku tidak tahu namamu. Tapi, yang jelas kamu harus berhati-hati dengan pria itu tadi. Namanya Semmy, pria kasar di seluruh sekolah. Kamu belum mengenalnya tapi kamu sudah berani melemparinya dengan buku, sekali lagi hati-hati!" dia menasehati Lia, tapi Lia hanya terpaku.
“Pria itu sering dipanggil ke ruang BK selama 3 tahun bersekolah di sini. Walaupun dia anak pemilik yayasan, dia tetap mendapatkan hukuman. Salah satu geng dari SMA Nusantara pernah dihajar oleh Semmy lalu ia mematahkan tulang tangan salah satu siswa dan juga tulang ekor dari salah satu siswa yang lain juga." lanjut si kurus yang membuat Lia benar-benar tidak bergerak saat mendengar celoteh mereka berdua.
"Seharusnya kamu segera meminta maaf padanya, Li." saran Sifa yang sekarang berbicara.
"Aku ingin tahu apa yang akan dia lakukan padaku?" tanya Lia cemas.
"Entahlah, mungkin itu hanya gertakan," jawab Sifa.
"Apa yang kamu suka dari dia, Sifa? Dia sangat mengerikan, seperti psikopat." tanya Lia bingung karena Sifa selalu mendewakan Semmy yang aneh.
"Kamu pikir ada psikopat tampan di muka bumi ini? Itu hanya ada di novel, Semmy tampan dan dia sama seperti kita pada umumnya. Dia bukan psikopat," Sifa geleng-geleng sambil terkekeh.
"Bisa jadi benar," Lia masih menurut pendapat Sifa. "Jangan suka dia, aku mengkhawatirkanmu." Lia melanjutkan ucapannya.
"Kamu tidak perlu mengkhawatirkanku, selama aku menyukainya aku tidak pernah mendapatkan masalah," kata Sifa dengan tenang seraya menyunggingkan senyum, tapi Lia terdiam.
Teng .. Tong .. Teng
Bel berbunyi keras saat ia pulang sekolah begitu cepat berlalu.
Dan terlihat Lia dan Sifa sedang berjalan di area parkir sekolah ternyata Semmy sedang mengawasi pergerakan mereka dari atas gedung sekolah. Tepatnya hanya ke arah Lia, matanya menyipit lalu tertawa sendirian, siapapun yang mendengar tawa itu akan langsung merinding.
Semmy adalah siswa yang ditakuti di sekolah selain Monic, Semmy adalah putra dari pemilik yayasan sekolah ini. Hampir setiap hari ia tidak pernah terlihat di kelas karena sering membolos dan lebih banyak menghabiskan waktu di markasnya di belakang sekolah.
Jika ia bukan anak dari pemilik yayasan sekolah ini, mungkin ia akan dikeluarkan oleh sekolah, ia sama sekali tak pernah menaati peraturan sekolah.
Selain sombong Semmy Juga tipe anak yang ambisius tentang apa pun dan tidak pernah takut pada apapun.
Semmy tersenyum miring lalu ia pun merogoh rokok dari saku celana seragamnya, ia menyalakan sebatang rokok lalu menghisapnya begitu kuat sehingga asap itu mengepul di udara.
"Aku pikir kita perlu bermain-main sebentar dan aku sudah mempersiapkannya, bahkan aku pun sudah tak sabar."Semmy berbicara pada dirinya sendiri dan kemudian cekikikan.
Seketika Semmy terlihat membuang puntung rokok, menginjaknya sekuat tenaga dengan sinis lalu kembali tertawa.
Lia berjalan sendirian menuju rumahnya setelah ia berpisah dengan Sifa, area sekolah ke rumahnya tidak terlalu jauh, maka ia tidak perlu menggunakan transportasi bahkan dengan berjalan kaki ia akan langsung sampai di tempat tujuan.
Lia tampak berpikir keras tentang arti dari semua kata-kata Semmy yang terasa sangat aneh dan tidak dimengerti seperti teka-teki. Berulangkali ia menepis semua pikiran buruk yang sempat terlintas di benaknya dan berusaha meyakinkan dirinya bahwa ia tidak perlu khawatir apapun.
Lia menghela nafas berat, baru saja dia menemukan kenyamanan sehingga dia hanya bisa membawa keluarganya sendiri kembali.
Lia tampak pasrah dengan keputusan orangtuanya. Ini seharusnya menjadi kabar gembira baginya ketika sebelumnya dia memberontak untuk tidak pindah ke Jakarta. Namun, sekarang tampaknya lebih rumit.
Lia bergegas menaiki tangga lalu masuk ke kamar dengan wajah terlihat frustasi. Lia melempar ranselnya kemana-mana, lalu menghempaskan badannya ke tempat tidur. Mendongak dan melihat langit-langit putih atap, menghela nafas lalu bangkit dari posisinya kemudian menundukkan kepala layu, dan meremas rambutnya dengan kacau.
"Ayah terlalu berlebihan, selalu seperti ini. Memutuskan sesuatu secara sepihak, bagaimana saya bisa menjadi siswa teladan jika saya berpindah dari satu tempat ke tempat lain seperti ini." Lia merengek, tak mampu menghentikan pikirannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments