Lia mengayunkan langkahnya di anak tangga menuju area kamarnya, dengan bibir yang mengeluarkan nada-nada seperti nyanyian.
ceklek...
Lia membuka pintu kamarnya, rasanya jantungnya serasa ingin loncat dan matanya ingin keluar dari tempatnya setelah melihat apa yang ada didepannya. Lia menampar pipinya, berdenyut nyeri. Jadi apa yang dilihatnya bukanlah mimpi? Andra terlihat ada didepannya sekarang, menatap Lia seraya senyuman yang mengembang.
"K-kau?"Lia terkesiap.
"Rupanya kau tahu cara memanggilku,"ucapnya.
"Aku tak tahu cara memanggilmu, bagaimana bisa aku tahu cara memanggilmu."sahut Lia seraya mendekat kearah Andra.
"Kau pikir aku bodoh,"decaknya.
"Jadi ini kau sungguhan? bukan seseorang yang menyamar 'kan?"Lia menyentuh pipi Andra dengan jari telunjuknya. tuing...tuing...
Andra tertawa."Mana ada seseorang yang menyamar jadi hantu?"
"Kau sungguhan ada disini?"Lia menatap Andra dengan binar mata cemerlang lalu ia pun berhambur memeluk Andra dengan antusias."Aku minta maaf, aku sungguh menyesal."kata Lia serius dengan mengeratkan pelukannya.
"Sudah kuduga kau akan menyesal,"Andra mengulum senyum, membuat Lia menatap Andra lalu melepaskan pelukannya.
"Sombong,"Lia mendengus sebal dengan kedua tangannya yang bersidekap didada.
"Jadi, kau merindukanku?"goda Andra yang membuat semburat merah di wajah Lia muncul.
Lia langsung menggeleng cepat."Kau kegeeran, minta di pukul?"
Plak!
Lia memukul pelan lengan Andra sampai ia meringis kesakitan, Andra terlalu berlebihan padahal pukulan Lia tak sekasar itu.
"Baru saja minta maaf, sudah berulah lagi." Andra menggeleng-gelengkan kepala seraya terkekeh.
"Aku sangat merasa sedih,"cibir Lia sembari menyebikan bibirnya.
"Tidak masalah, pukulan ini tak berarti apa-apa."Andra mengedikan bahunya santai.
"Seharusnya di pukul lebih dari itu, right?"Lia tertawa keras.
"Seharusnya dicium bukan dipukul nona cantik,"kata Andra dengan binar mata jahil.
"Halah, itu maumu."Lia langsung berpaling, dan membuka balutan handuk kecil dikepalanya. Lalu mulai menyisir rambut panjangnya yang masih setengah basah.
"Kau baru saja mandi?"tanya Andra memperhatikan Lia dari cermin.
"Menurutmu aku baru saja olahraga?"Lia memutar bola matanya malas.
Andra hanya tertawa kecik.
"Jadi kau benar-benar hantu sungguhan? dicermin pun kau tak ada bayanganmu."Lia membalikan badan menghentikan aktivitasnya kemudian menatap Andra.
"Kau pikir aku apa? manusia? itu dulu, sekarang aku hantu,"
Perlahan Andra mendekat lalu menggenggam pergelangan tangan Lia, lalu ia pun mendekatkan bibirnya di telinga Lia dan berbisik disana yang membuat bulu kuduk Lia meremang sekaligus debaran jantungnya bertalu-talu menyakitkan.
"Pakai bajumu,"bisiknya lalu senyuman tersungging.
Lia menunduk menatap bathrobe-nya lalu kepalanya terangkat menatap Andra yang ada didepannya."Aku pakai baju, menurutmu ini apa? karung goni?"protesnya.
"Itu bathrobe, bukan baju pada umumnya."kata Andra tersenyum kecik.
Lia berdecih."Payah, kau tak tahu fungsinya? bathrobe dan baju sama saja, untuk menutupi tubuh. lagi pula kau tak bisa melihat tubuhku,"
"Tapi, itu membuat pikiranku traveling kemana-mana. Kau tidak khawatir? aku adalah lelaki yang sudah cukup umur, ekhm.. magsudku dewasa,"ucapnya yang membuat Lia membelalakkan matanya.
"Magsudnya apa?"Lia memelototi Andra, Andra tertawa sejenak lalu ia berusaha membangun suasana untuk lebih serius lagi.
"Magsudku, saat kau pakai bathrobe apakah kau tak menggunakan apa-apa lagi? aku tahu kau tak pakai bra, jadi apa kau juga tak pakai__"
"Stop, itu pikiran mesum 'kan? berhenti untuk berpikir kotor, tuan Andra. apa kau paham?!"Lia langsung memotong ucapan Andra dengan binar mata penuh ancaman.
"Hahaha.."Andra malah tergelak tawa, sementara Lia masih dalam tatapan kesalnya."Baiklah, aku hanya bercanda. Ayo pakai segera bajumu!"Andra tersenyum miring dengan binar mata jahil, rasanya memuaskan bisa mengerjai Lia yang sangat menggemaskan.
Lia tak berucap apapun hanya terdengar helaan napas kesal, lalu ia menghilang dari pandangan. Terdengar ia membuka lemari, mengambil baju piyama karena ini sudah menjelang malam kemudian ia bergegas masuk kedalam toilet kamar.
Sementara Andra terkekeh geli, lalu sedetik kemudian kepala Lia menyembul dibalik pintu toilet yang terbuka.
"Jangan mengintip, atau aku akan mencekik leher mu!"Ancam Lia sembari melotot.
"Oke,"sahut Andra agak teriak, setelah Lia menutup pintu toiletnya kembali, Andra terkekeh lagi melihat tingkah Lia.
Setelah menggunakan piyama, Lia memperhatikan dirinya didepan cermin wastafel. Beberapa kali ia mengerejapkan matanya, satu detik, dua detik, dan bentuk nyata dari ekspresi salah tingkah karena pipinya yang memerah semerah tomat busuk.
Lia menghela napas panjang, membuka keran wastafel kemudian membilas wajah dengan air. Setidaknya untuk menghilangkan rasa panas di pipinya yang merah merona, ia tak habis pikir untuk pertama kalinya ada seorang lelaki yang menggodanya seperti itu. Terasa aneh, sekaligus menegangkan. Dulu, otot-otot tegangnya tak pernah berfungsi dengan baik, kecuali ketika ia menonton film horror. tapi, mengapa dengan godaan semacam itu saja membuat otot-otot tegangnya bereaksi? apakah itu sangat wajar?
Lia berusaha untuk bersikap tenang, agar semuanya tak berubah canggung ketika bersama dengan Andra. Andra itu hantu, jika ia mengusir pun, Andra akan selalu ada dimana-mana, semaunya dia. Dia akan muncul tanpa di pinta andai Lia memiliki jurus menghilang, mungkin saat Andra berusaha menggodanya ia akan menggunakan jurus itu, untuk menutupi betapa debaran jantungnya menggila.
Apakah itu hal normal? karena Andra berbeda alam, ataukan karena sosok hantu tampannya yang membuatnya kehilangan konsentrasi?
Lia keluar dari dalam toilet, dan mendapati sosok Andra yang sedang terduduk ditepi ranjang. Sial, kenapa Andra bisa setampan itu sih. Meskipun baju seragam itu terlihat lusuh tapi tak membuatnya terlihat kucel sedikitpun, malah ketampanannya semakin berlipat.
Andra menoleh setelah menyadari kehadiran Lia, matanya menelusuri tubuh Lia dari bawah sampai atas tanpa terburu-buru. sepasang mata itu berkedip ketika melihat wajah Lia yang tak berekspresi apapun, membuat seulas senyuman tersungging dari bibirnya.
Pada akhirnya Lia berjalan menghampiri Andra, bersandar di tembok dengan kedua tangan bersidekap di dada, menghadap kearah Andra yang masih dalam posisi semula.
Mereka berdua tak bergeming, sehingga suasana terasa sangat sunyi. Andra menatap Lia dengan sepasang matanya yang kelam, dan senyuman tipis yang membuat jantung Lia kembali bereaksi aneh. Suasana hening seperti ini malah semakin menegangkan, apalagi tak ada obrolan yang bisa memecahkan kebisuan.
"Kapan kau akan pergi?"suara berat Lia terdengar memecah keheningan, semoga Andra tak merasa bahwa ucapan Lia yang terlontar bukanlah sebuah pengusiran.
Lia merasa bahwa ia butuh waktu untuk sendirian, untuk berusaha memperbaiki satu persatu perasaan aneh yang seperti bergelimpangan hanya karena melihat senyumannya.
"Apakah kau mencoba mengusir?"tanyanya dengan satu alis terangkat.
"Hari sudah malam, aku butuh waktu untuk istirahat. Magsudku, aku ingin tidur."
"Aish, jadi kau ingin tidur? tidurlah, lagi pula kau mungkin kelelahan karena pergi menyambangi rumahku siang tadi."ucap Andra dengan senyuman."Aku akan menjagamu, tidurlah.."ia menepuk-nepuk kasur seolah mempersilahkan untuk Lia segera tidur.
"Bahkan kau tahu siang tadi aku kerumahmu?"tanya Lia tak habis pikir.
"Li, memangnya kau pikir aku kemana saat aku marah padamu? tentu saja pulang kerumahku, dan ternyata kau tahu caranya membujukku dengan secara tidak langsung, makanya aku datang ke kamarmu sekarang."jawabnya yang membuat Lia mengerejapkan matanya.
"Jadi kau tahu apa yang aku bicarakan dengan orang tuamu?"tanya Lia penasaran.
Andra mengangguk."Li, aku berhutang padamu. Dan, aku akan membayarnya. Terimakasih karena sudah bersedia untuk membantuku, setidaknya aku lega sekarang. Aku ingin pergi ke alam baka dengan tenang,"ucapnya dengan senyuman pahit yang mengembang.
"Andra, apa kau tahu siapa pelakunya? biasanya korban yang sudah meninggal tahu siapa yang membunuh dirinya, mungkin kau tahu?"tanya Lia mencoba mengulik kehidupan Andra sebelumnya.
"Aku tahu siapa dalangnya, aku hanya butuh kau untuk mengungkapnya ke khalayak umum, aku tak ingin siapapun menjadi korban. termasuk, kau."
"APA? Apa magsudmu berkata begitu, kau mendo'akan aku agar aku jadi target selanjutnya?"Lia berucap dengan marah, lalu memalingkan wajah kesal.
"Aku tidak mendo'akan mu, jelas-jelas aku tak berkata begitu,"
"Secara tidak langsung kau mendo'akanku!"sungut Lia menatap Andra sebal.
"Kau selalu saja salah paham,"Andra menghela napas.
"Pergilah, aku ingin tidur saja."ucapnya mencoba mengusir Andra.
"Kau tak ingin mendengar ceritaku?"tanya Andra sembari mengikuti pergerakan Lia yang berjalan memutarinya menuju kasur. dan berbaring disebelah Andra yang masih terduduk di tepi ranjang.
"Nanti saja, aku mau tidur."jawabnya sembari tidur memunggungi Andra.
Tiba-tiba saja gerimis mengundang yang perlahan jatuh membasahi bumi, pendar lampu remang dari lampu tidur menghiasi suasana kamar, karena Lia mematikan lampu utama setiap kali jika ia akan segera tidur. Lia menarik selimut dan mencoba memejamkan mata yang menolak untuk di ajak tidur, karena terus terang saja Lia sama sekali belum mengantuk.
"Sungguh kau tak ingin tahu?"lagi-lagi Andra menawari Lia sebuah fakta yang harus di ketahui, membuat Lia semakin penasaran dengan ceritanya.
Lia menghela napas kesal namun akhirnya ia sama sekali tak menepis, akibat ia terlalu penasaran. Dan hujan diluar kini terdengar sangat deras, membuat Lia harus berpikir dua kali. Karena membicarakan hal semacam itu sangat mengerikan apa lagi suasana sekarang terlihat mencekam dan kini ia sedang bersama dengan hantu, meskipun Andra tidak menakut-nakutinya tapi itu takan merubah fakta bahwa Andra adalah arwah. Lia berigidig membayangkan sesuatu yang sangat menakutkan semacam ini.
"Kau takut?"tanya Andra yang mengerti perasaan Lia saat ini.
Lia berusaha menekan rasa takutnya, untuk menunjukan bahwa nyalinya tak seciut itu. apalagi Andra itu hantu, Lia tak ingin Andra menunjukan kesombongannya. Pasti itu akan membuat Andra merasa ditakuti.
"Siapa bilang takut!"sahut Lia yang langsung bangun dari posisinya lalu duduk bersila diatas kasur.
"Ya, aku percaya bahwa kau pemberani."ucap Andra mengulum senyum setelah duduk bersila berhadapan dengan Lia.
"Jangan meledekku, atau aku akan memukulmu!"ancam Lia dengan mata menyipit.
"Aku selalu ketakutan saat kau mengancamku seperti itu, hihihi.."ledeknya membuat mata Lia kembali berputar.
"Ayolah, jangan buang-buang waktu. cepat ceritakan apa yang ingin kau ceritakan,"desak Lia yang semakin penasaran.
"Baiklah, jadi saat itu..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Setya Seftii
jadi saat itu apaa yaa penasaran nih . jan gantung atulaaa 😁 berasa jemuran aja di gantung 😆
2021-09-29
2