Happy Reading....
Sejak kejadian dimana Ray mengutarakan perasaannya dan keinginannya tentang hubungan antara Kania dan dirinya. Kania diterpa kebimbangan yang teramat.
Dia bingung harus bagaimana disisi lain dia ingin menerima Ray dan mencoba menjalin sebuah hubungan dengannya tapi di sisi lain dia juga masih belum menemukan jawaban yang menjadi pertanyaan dalam hatinya.
Hubungan Ray dan dirinya tidak berubah sama sekali sejak kejadian beberapa saat yang lalu itu, dia masih berhubungan dengan sangat baik bersama Ray dan Ray pun masih bersikap seperti biasanya tidak ada yang berubah.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang? kenapa semuanya terasa sangat membingungkan. apa aku ceritakan saja semuanya kepada Mama, siapa tau Mama bisa memberikan solusi padaku," gumam Kania mengacak rambutnya frustasi beberapa hari dia mencoba mencari jawaban yang pas kepada Ray. Tapi, tetap saja dia tidak bisa menemukan jawaban yang pas itu malah sekarang dia semakin bingung dengan hatinya.
Kania akhirnya turun dari ranjangnya di turun ke lantai satu rumahnya mencari keberadaan Mamanya.
"Kai kamu lihat Mama tidak?" tanya Kania saat berpapasan dengan Kai yang habis dari dapur membawa jus di tangannya.
"Kalau gak salah Mama lagi di taman belakang sedang minum teh," jawab Kai menghentikan langkahnya di depan Kakaknya itu.
"Sedang apa Mama di taman belakang malam-malam gini?" tanya Kania dengan kening mengerut.
"Gak tau. mungkin Mama kesepian karena gak ada Papa," jawab Kai asal. dia kemudian melanjutkan langkahnya menaiki tangga untuk menuju ke kamarnya.
Kania melangkahkan kakinya menuju pintu yang terhubung ke taman belakang di rumah itu. Mamanya sekarang memang senang menanam bunga sehingga dia menjadikan taman belakang sebagai tempatnya bereksperimen dengan bermacam-macam jenis bunga.
Saat sampai di ambang pintu dia melihat Mamanya sedang duduk di kursi yang cukup untuk dua atau tiga orang dengan pandangan lurus ke bunga-bunga yang dirawatnya itu. sambil meniup cangkir yang berisi teh yang masih terlihat asap yang mengepul saat tersorot cahaya lampu yang berada di sekitar taman belakang itu.
Kania berjalan mendekati tempat Mamanya itu dengan langkah yang pelan.
"Ma," panggil Kania saat sudah berada di samping kursi tempat Mamanya duduk.
"Hemmm. kenapa kamu ke sini? belum istirahat," kata Kiran tersenyum tipis kepada anak pertamanya itu.
"Mama sendiri kenapa malam-malam duduk sendiri di sini?" kata Kania yang malah balik bertanya bukannya menjawab pertanyaan Kiran.
"Mama hanya sedang ingin menikmati udara malam di sini saja," jawab Kiran santai dan meminum sedikit demi sedikit tehnya.
"Mau teh?" tawar Kiran kepada Kania dengan mengangkat sedikit cangkir tehnya.
"Tidak," jawab Kania singkat. dia mendudukkan dirinya di samping Mamanya.
"Terus apa yang mau kamu bicarakan?" tanya Kiran yang sudah tahu jika anaknya ini sedang dilanda kebimbangan terlihat dari gerak geriknya yang seperti orang yang sedang tidak tenang.
Kania menatap Kiran dengan heran karena Mamanya tahu jika dia sedang ingin bercerita padanya. Kania menghela napas terlebih dahulu sebelum memulai pembicaraan dengan Mamanya itu.
"Sebenarnya Kania sedang bingung," kata Kania tanpa melihat ke Kiran dia menatap bunga yang beragam warna yang ada di depannya itu.
"Masalah Ray?" tebak Kiran menatap Kania.
Kania hanya menganggukkan kepalanya dan melihat ke arah Mamanya dengan seksama.
"Ada masalah apa? bukankah hubungan kalian baik-baik saja?" tanya Kiran menyeruput tehnya lagi.
"Memang baik-baik saja." Kania menghela napas berat dengan tatapan lurus kedepannya.
"Terus hal apa yang membuatmu sampai bingung seperti itu?" tanya Kiran heran.
"Kania bingung karena beberapa hari yang lalu dia mengatakan jika dia ingin kita langsung melangkah lebih serius," jawab Kania.
"Maksudnya dia ingin kalian langsung ke jenjang pernikahan?" tanya Kiran memastikan.
Kania menatap Mamanya dan menganggukkan kepalanya lemah.
"Kamu sudah menemukan jawaban yang pas untuk itu?" tanya Kiran menatap Kania dengan serius.
Kania kembali menjawabnya dengan sebuah gelengan kepalanya saja. Kiran bisa melihat kebimbangan dari raut wajah Kania itu.
"Apa kamu menyukai orang lain?" tanya Kiran menatap Kania dengan seksama.
Kania termenung untuk beberapa saat hingga akhirnya dia menatap Kiran lagi dengan tatapan yang sulit untuk diartikan dan kemudian beberapa saat kemudian dia menggelengkan kepalanya lagi.
"Terus yang membuat kamu bingung apa? apa kamu tidak menyukai Ray?" tanya Kiran mengerutkan keningnya.
Anaknya itu benar-benar tidak beda jauh dengan Papanya dan dirinya sama-sama tidak tahu cara menunjukkan apa yang sedang dirasakannya.
"Kania menyukainya. tapi, Kania ragu untuk menerimanya, ada sudut hati Kania yang seolah tidak mengijinkan Kania untuk menerimanya ada sebuah keraguan di sana," jawab Kania menatap Mamanya dengan serius.
"Mama juga sebenarnya bingung mau memberikan solusi seperti apa karena masalah hati dan perasaan adalah hal yang benar-benar rumit menurut Mama. tapi, mungkin akan lebih baik jika kamu mencoba menerimanya. mungkin saja dengan seiring berjalannya waktu kamu bisa menerimanya dengan baik begitupun dengan hati kamu sendiri," kata Kiran yang sebenarnya dia sendiri juga bingung harus memberikan tanggapan apa kepada anaknya.
"Bagaimana perasaan Mama dulu saat nikah sama Papa?" tanya Kania membuat Kiran yang sedang meminum tehnya menjadi tersedak.
Dia segera menyimpan cangkir tehnya ke meja dan menatap Kania sambil membersihkan sedikit tumpahan tehnya yang membasahi dagunya.
"Bukannya dulu kamu tau sendiri bagaimana pernikahan Mama dan Papa kamu itu?" tanya Kiran kepada Kania.
"Iya Kania tau, pernikahan kalian itu terjadi begitu saja. tapi, pada akhirnya Mama juga bisa mencintai Papa 'kan bahkan sampai sekarang. jadi bagaimana prosesnya sampai Mama bisa mencintai Papa juga?" Kania menatap Kiran dengan serius.
"Semua berawal dari perasaan nyaman saat berada di dekat Papa kamu, lambat laun perasaan itu berubah dari nyaman jadi cinta, perasaan yang sebenarnya susah di ungkapkan dan hanya bisa dirasakan," terang Kiran.
"Jujur saat ini Kania juga merasa nyaman dan mulai terbiasa dengan kehadiran Ray dan Kania mulai menyukainya. Ray selalu bisa buat Kania menemukan diri Kania yang baru hanya saja untuk masalah cinta Kania masih gamang," kata Kania menerawang ke arah di depannya.
"Terkadang kita memang harus mencoba mencari tau dengan apa yang belum kita ketahui. mungkin termasuk cinta itu sendiri, mungkin kamu bisa mencari tau perasaanmu yang sebenarnya dengan menerima Ray dan mulai membuka hatimu untuknya," kata Kiran.
"Mama juga dulu seperti itu bahkan saat Mama sempat kecewa terhadap Papamu, saat itu Mama berpikiran untuk pergi menjauh darinya tapi di sisi lain Mama ingin mencoba kembali membuka hati Mama untuknya hingga akhirnya Mama bisa tau jika Mama sebenarnya sudah mencintainya sejak lama hanya saja Mama baru menyadarinya setelah beberapa waktunya lagi," jelas Kiran menatap Kania dengan seksama.
"Jadi saran Mama sebaiknya kamu turuti keinginan terbesar dalam hatimu. apa kamu mau mencoba untuk menerima Ray dan mencoba membuka hatimu untuknya atau kamu mau menolaknya dan menutup hatimu untuknya." Kiran mengusap pundak Kania dengan sayang.
Kania menganggukkan kepalanya dan tersenyum kepada Mamanya.
"Sebaiknya kamu segera memberikan jawaban yang hati kamu inginkan itu jangan menggantungkan Ray terlalu lama," kata Kiran.
"Iya Ma, terima kasih untuk masukannya, semoga Kania bisa seger menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang berkecamuk dalam pikiran Kania," kata Kania.
"Iya, sekarang sebaiknya kita istirahat ini sudah malam di sini juga sudah semakin dingin," ajak Kiran berdiri dari duduknya.
Kania mengikuti Kiran berdiri. mereka mulai melangkahkan kakinya menuju ke dalam rumah dan memasuki kamarnya masing-masing.
Kania merebahkan tubuhnya di kasurnya dia menatap langit-langit kamarnya dengan lumayan lama hingga suara ponselnya membuatnya langsung mengalihkan perhatiannya ke ponselnya yang berada di atas nakas di samping tempat tidurnya.
Ada sebuah pesan yang masuk ke ponselnya dan itu ternyata pesan dari Ray.
'Apa kamu juga sedang memikirkan aku Nona jutek,' isi pesan di ponselnya itu.
'Sama sekali tidak, Tuan percaya diri,' balas Kania dengan tersenyum saat membalas pesannya itu.
'Sayang sekali padahal kamu sama sekali tidak mau pergi dari pikiranku ini,' balasan Ray membuat senyum Kania semakin lebar.
Kania tidak membalasnya lagi karena dia harus segera istirahat agar besok tidak kesiangan pergi ke kantor karena Papanya sedang keluar kota jadi dia dan sekertarisnya Nikko yang mengambil alih masalah kantor karena Nikko tentu saja ikut dengan Papanya.
.
.
.
.
.
.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments