Happy Reading....
"Jangan bicara yang mengada-ada kita baru bertemu sekarang bagaimana bisa kamu bilang kita sudah bertemu lama sedangkan kita baru bertemu hari ini," kata Kania menatap pria di depannya itu dengan tatapan aneh.
"Apa kamu benar-benar tidak mengingat namaku sama sekali, sayang sekali padahal dari semenjak kita bertemu dulu aku tidak bisa melupakan namamu," kata Ray dengan serius.
"Kita, bertemu, dulu?" tanya Kania bingung dia kembali memutar ingatannya untuk mengingat apakah dia pernah bertemu dengan pria di depannya itu atau tidak.
Ray menganggukkan kepalanya dengan antusias dan tersenyum kepada Kania.
Setelah berpikir beberapa saat Kania tiba-tiba saja teringat pada dua anak laki-laki kembar yang dulu memaksanya untuk mengantarkannya saat dia sempat tersesat.
"Jangan bilang kalau kamu adalah anak kembar yang nyebelin dan bawel yang dulu maksa buat nganterin aku sampai-sampai bikin keluarga aku panik karena mengira aku hilang," kata Kania menyipitkan matanya menatap Ray.
"Akhirnya kamu ingat juga," kata Ray dengan antusias.
"Jadi kamu benar-benar anak laki-laki itu," kata Kania tidak percaya.
"Iya kamu tau saat aku mendengar nama kamu dari Tuan Kean aku penasaran karena nama kamu tidak pernah aku lupakan sampai sekarang itulah kenapa aku menerima tawaran Tuan Kean untuk menemuimu dan saat bertemu denganmu aku langsung tau kalau kamu adalah Kania si anak perempuan yang jutek dulu," jelas Ray menatap Kania dengan lembut.?
"Terus sekarang kalau kamu sudah tau ini aku, kamu mau apa?" tanya Kania menatap Ray dengan serius.
"Aku ingin mendekatimu sesuai dengan keinginan Tuan Kean," kata Ray berterus terus terang.
Kania terkekeh dan mengangkat sebelah alisnya melihat kepercayaan diri yang dimiliki oleh pria di depannya itu. pria yang Kania anggap sebagai dalang yang menyebabkan dia tidak bisa bebas karena Papanya semakin posesif sejak saat dia menghilang dulu.
Dia menganggap pria yang sedang berada di depannya dan saudara kembarnya itulah yang menyebabkan dia jadi tidak bebas karena kalau seandainya dulu kedua anak laki-laki kembar itu tidak memaksanya untuk mengantarkannya dia pasti bisa sampai lebih awal ke Restoran dimana Aunty dan Omnya berada dan tidak membuat semua orang panik.
Bahkan Papanya sampai mengultimatumnya untuk tidak keluar rumah selain sekolah dan pergi bersama pengawalan seperti yang terjadi sekarang.
"Sebaiknya kamu menyerah saja karena aku tidak akan pernah berminat untuk menjalin hubungan apapun denganmu," kata Kania mengubah raut wajahnya dengan wajah yang datar dan berdiri dari duduknya berniat akan pergi dari sana.
"Aku bukan orang yang akan menyerah sebelum berperang dan aku pasti akan bisa membuatmu menerimaku," kata Ray ikut berdiri dari kursinya.
"Terserah," jawab Kania datar dan langsung melangkahkan kakinya keluar dari sana.
Ray menatap punggung Kania yang semakin menghilang dari balik pintu ruangan itu, dia sudah bertekad akan berusaha mendapatkan Kania bagaimanapun caranya. dia yakin dia bisa mendapatkan cinta Kania.
"Ternyata dia tidak berubah dia masih sama seperti dulu saat pertama kali bertemu, anak perempuan yang judes," gumam Ray setelah melihat bayangan Kania menghilang dari balik pintu ruangan itu.
Dia memutuskan untuk pergi dari sana karena orang yang ingin dia temui telah pergi dari sana. jadi, tidak ada gunanya lagi dia masih berada di sana.
Sementara itu Kania langsung masuk ke dalam mobilnya dan menutup pintu mobilnya dengan lumayan keras sehingga membuat sopirnya yang sedang sibuk dengan ponselnya dan tidak menyadari kedatangannya itu tersentak kaget.
"Nona muda, Nona sudah selesai maaf Saya tidak membukakan pintu mobilnya," kata Sopirnya itu buru-buru memasukkan ponselnya ke saku celananya.
"Tidak pa-pa Pak, maaf membuat Bapak kaget, bisakah jalankan mobilnya sekarang Pak? Kania ingin segera istirahat" kata Kania.
"Baik Nona," jawab sopirnya itu dan langsung menjalankan mobilnya sesuai dengan perintah Kania.
Kania memejamkan matanya menunggu mobilnya sampai di rumahnya dia ingin segera bilang jika dia tidak ingin bertemu lagi dengan pria itu kepada Papanya.
Meskipun Kania merasa biasa saja dengan perlakuan Papanya padanya dan tidak menganggap Papanya mengekangnya. tapi, tetap saja hati kecilnya terkadang ingin seperti wanita yang seumuran dengannya, bisa bertemu banyak orang baru, berteman dengan orang yang seumuran, pergi jalan-jalan dengan teman-temannya juga ngerasain gimana rasanya pacaran, dinner dan sebagainya. tapi, semua itu hanya selalu menjadi angannya saja karena dia tidak akan berani membantah perkataan Papanya itu.
Dia juga pernah sekali memberanikan dirinya untuk mengatakan jika dia ingin hidup normal seperti anak lain pada umumnya dan bisa bebas bermain kemanapun yang dia inginkan. saat mendengar hal itu Papanya tentu saja tidak setuju dan malah mengancamnya tidak akan membiarkan dia pergi ke kampus lagi karena saat itu posisinya dia baru saja mulai masuk kuliah.
"Kalau seandainya dulu anak-anak itu tidak so jadi pahlawan semua itu pasti tidak akan terjadi aku pasti masih bisa sedikit menikmati masa mudaku. tidak dihabiskan hanya berdiam diri di rumah saja dan di sekolah," gumam Kania dengan suara pelan.
Beberapa saat kemudian mobil yang Kania tumpangi sampai di rumahnya dia langsung turun dari mobilnya saat mobilnya sudah berhenti dan langsung memasuki rumahnya.
Dia melihat orang tuanya dan adiknya masih ada di ruang keluarga dia melangkahkan kakinya ke ruang keluarga untuk bergabung dengan keluarganya itu.
"Loh kamu sudah pulang lagi Kan, cepat banget?" kata Kiran kepada Kania yang langsung mendudukkan dirinya di sofa yang tidak jauh dengan tempatnya duduk bersama dengan Kean.
"Pa, Kania tidak mau bertemu lagi dengannya," kata Kania melihat ke arah Kean.
"Kenapa? apa dia kurang tampan atau dia melakukan hal yang membuatmu kesal?" tanya Kean melihat Kania dengan heran.
"Papa tau tidak dia itu siapa?" tanya Kania menatap Papanya dengan serius.
"Tentu saja tau, dia anak dari klien kita Tuan Vano, dia Raymond anak pertama dari Tuan Vano," jawab Kean santai sedangkan Kiran dan Kai hanya menjadi penyimak pembicaraan antara Kania dan Kean itu.
"Pria itu adalah anak laki-laki yang dulu bersikap so pahlawan dengan memaksa untuk mengantarkan Kania hingga menyebabkan Kania telat menuju ke Restoran tempat Aunty dan Om makan dulu dan membuat kalian semua panik," jelas Kania menegakkan duduknya dan melihat Papanya dan Mamanya dengan serius.
"Bagus dong itu artinya kamu sudah mengenalnya dan tidak perlu repot-repot lagi melakukan pendekatan padanya," kata Kean santai diikuti anggukan kepala oleh Kiran.
"Mama kenapa menganggukkan kepala? Mama juga setuju dengan perkataan Papa itu," kata Kania menatap Mamanya.
"Iya, benar kata Papa kamu, bukankah itu bagus kalian pernah bertemu kalian tidak akan terlalu merasa asing lagi dan dia juga sudah menolongmu dulu itu artinya dia orang yang baik," kata Kiran.
"Tau ah Mama dan Papa tidak mengerti apa maksud Kania. yang jelas pokoknya Kania tidak akan mau bertemu lagi dengannya," kata Kania setelah itu langsung berdiri dan berjalan menaiki tangga menuju ke kamarnya.
Kean, Kiran dan Kai melihat Kania yang terlihat kesal Kiran kemudian melihat Kean begitu pun dengan Kai dia juga melihat Papanya.
Mendapat tatapan seperti itu dari anak dan istrinya Kean menghembuskan napasnya dan menatap anak dan istrinya dengan serius juga.
"Kalian tenang saja Kania pasti akan mulai terbiasa dengan Ray," kata Kean dan langsung mendapat bantahan dari anak laki-lakinya.
"Maksud Papa, Papa masih akan tetap melanjutkan rencana perjodohan Kakak dengan pria itu?" tanya Kai yang tidak setuju dengan niat Kean.
"Papa tidak akan memaksa Kakak kamu. Papa hanya memberikan pria itu kesempatan untuk membuktikan perkataannya kalau dia benar-benar bisa membuat Kakak kamu menerimanya," kata Kean.
"Apa Kania akan baik-baik saja?" tanya Kiran yang sebenarnya khawatir kepada anaknya.
"Dia akan baik-baik saja aku sudah memantau pria itu sebelum benar-benar memintanya untuk mendekati Kania," jawab Kean dengan yakin.
.
.
.
.
.
.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Ridho Talita
aq mampir thoor
2021-11-07
1