Makan Malam Bersama

Ica tak lama akhirnya sampai di rumah. Untung ia sudah menunaikan shalat isya, jadi, ia tak perlu mengkhawatirkan akan kelewat jika merasa kelelahan di malam hari.

Sampai di rumah, Manda menyuruh Ica langsung masuk ke kamar, lewat pintu belakang. Sebab, teman ayahnya sudah datang dan menunggu di ruang tamu depan. Mereka mengulur waktu dengan bicara, untuk menunggu Ica dapat bergabung.

"Maaf menunggu lama." Ica, si bintang tamu utama pertemuan ini telah muncul. Menggunakan dress brukat berwarna biru muda dengan jilbab yang senada. Berpoleskan make up yang natural, menambahkan keeleganan-nya terpancar. Terbukti dengan semua orang yang berada di ruang tamu itu terpesona melihat Ica yang begitu memesona.

"Ica tadi kejebak macet juga, soalnya. Nunggu Pak Supir dulu, sebelum sampai ke sini," ujar Ica dengan sopan seraya menunjukkan senyum manisnya.

Semua orang di sana seketika membalas senyuman Ica.

"Ca, kenalin. Ini teman Ayah, Om Andi. Perusahaan Surya Group mereka bekerja sama dengan perusahaan kita. Lalu, ini istrinya, Tante Winda. Ini anak-anaknya, Dirga dan Fahri," ucap Raka memperkenalkan tamu-tamunya.

"Malam, Om, Tante, Dirga, Fahri. Aku Raisa, panggil aja Ica. Salam kenal," Ica memberi salam.

"Kita sih udah kenal sama kamu," si tante—Winda bersuara seraya menyelipkan tawa di akhir. Karena agak kikuk bahwa mereka sudah mengenalinya, Ica menutupinya dengan ikut tertawa kecil.

"Ayo, duduk dulu, Ca," ujar sang Ayah. Ica pun menurut. Karena Raka tuan rumah di sini, ia duduk di sofa single. Sementara itu, Manda duduk di sofa sebelahnya dan mengosongkan sebelahnya untuk Ica duduki. Lalu, keluarga Surya Group itu duduk di sofa yang berdepanan dengan sofa yang di duduki Ica. Sofa single masih tersisa satu, Andi duduk di sana berhadapan langsung dengan Raka.

"Yah, bukannya katanya mau makan malam bareng, ya?" bisik Ica pada sang ayah.

"Kita lagi nunggu Bayu dari toilet," jawab Raka.

"Ha? Bayu? Pak Bayu Pramana Surya? Dan ini, Surya Group yang dibilang tadi, teman ayah itu orangtuanya Pak Bayu?" Ica tampak terkejut saat Raka menyebutkan nama Bayu. Ica yang duduknya di sebelah Manda dan di dekat Raka, mereka saja yang mendengar keterkejutan Ica.

"Ica, jangan bicara seperti itu, nggak sopan. Nanti kalau mereka dengar gimana?" Manda memperingatkan.

"Akhirnya kamu datang juga, Bayu," ucap Raka saat melihat Bayu berjalan menuju ruang tamu.

"Iya, maaf menunggu lama," jawab Bayu sopan.

"Pak Bayu!" seru Ica kaget. Jika benar ini acara makan malam dengan keluarga Surya Group yang kata Manda untuk membahas masa depan Ica, dan jika dihubungkan dengan Bayu yang mengatakan akan bertemu calonnya di makan malam nanti...., kesimpulannya adalah Ica dan Bayu akan dijodohkan. Makan malam bersama ini akan membicarakan tentang hal itu. Ica bingung mencerna semuanya, kepalanya pusing tiba-tiba. Sulit menerima fakta yang akan terungkap selanjutnya. Lebih baik tidak usah didengar sekalian. Ditulikan pun tidak masalah, asal tidak menekannya jika ia tahu dan dengar dengan indranya sendiri kalau ia akan dijodohkan dengan orang yang paling menyebalkan dalam hidupnya.

"Malam Raisa...," jawab Bayu santai. Ia tidak terlihat terkejut sama sekali saat bertemu dengan Ica. Tentu saja, sebab ia sudah tahu rumah Ica, sudah tahu Raka pula yang notabene adalah ayah Ica. Sudah jelas ia tidak akan terkejut jika bertemu Ica juga.

"Nah, karena semua orang sudah berkumpul, ayo kita pindah ke meja makan. Saya yakin, semua pasti sudah pada kelaparan sekarang," ucap Manda sekaligus mengarahkan mereka menuju meja makan mereka yang cukup besar karena muat untuk menampung dua belas orang.

"Kok, perasaanku nggak enak, ya? Apa yang aku asumsikan itu betul? Apa pertemuan ini akan membahas soal masa depanku dengan keluarga dari Surya Group? Jangan sampek ngomongin perjodohan sama Pak Bayu itu benar Amit-amit, deh," batin Ica risau. Masih bisa ia menolak fakta yang sudah terbukti kebenarannya.

Makanan yang dihidangkan cukup banyak. Ica yang menatapnya tiba-tiba kenyang begitu saja. Apalagi, makan bersama keluarga Surya Group yang terkenal sebagai killernya usaha di bidang alat mesin pertanian. Mereka terkenal sukses di bidangnya, tentu saja Ica tahu itu karena perusahaan sang Ayah juga bergerak di bidang yang hampir sama dengan perusahaan mereka.

Kalau dipikir-pikir, ia ingat nama lengkap Bayu. Bayu Pramana Surya, nama belakangnya adalah nama keluarga. Pantas waktu pertama tahu nama itu, nama itu tak terlihat asing oleh Ica.

"Gimana kerjanya sama Bayu? Apa menyenangkan?" Basa-basi di mulai, Andi yang membuka pembicaraan lebih dulu.

"Menyenangkan dari mananya? Tersiksa fisik, mental, dan batin yang ada," keluh Ica dalam hati.

"Alhamdulillah, lancar, Om. Belajar di bawah tekanan, dapat membuat kita bisa lebih dipaksa terpacu untuk target. Saya belajar banyak dari Pak Bayu," jawab Ica tersenyum ramah.

"Munafik, biar situ. Ayah sama Bunda pasti pengennya aku jawab begitu, nggak boleh jawab sesuai fakta." Ica berkomunikasi batin dengan dirinya sendiri.

"Wah..., senang sekali mendengarnya," ucap Winda menimpali.

"Kalau kamu, Bayu? Bagaimana rasanya kerja sama Ica? Ica sekretaris kamu, kan?" giliran Bayu yang ditanya oleh Manda. Random sekali penanyanya bertanya, dari Andi pindah ke Manda, bundanya Ica. Mungkin, Manda ingin tahu sebetulnya anak manjanya itu sudah sejauh apa berkembangnya setelah bekerja sebagai sekretaris Bayu.

"Saya tidak bisa berkomentar banyak karena Raisa belum ada satu bulan bekerja sebagai sekretaris saya, Tante," jawab Bayu apa adanya. Namun, itu jawaban teraman yang Ica dengar. Sebab, kalau Bayu membeberkan betapa tidak becusnya Ica menjadi sekretaris saat pekan pertama bekerja, Ica yakin sang Bunda akan menjadi khawatir dan mengomel padanya. Ica cukup beruntung, secara tak langsung Bayu menyelamatkannya.

"Bayu memanggil Ica dengan sebutan Raisa? Kenapa nggak manggil Ica aja?" tanya Manda lagi.

"Soal itu, ada klien yang nama panggilannya sama dengan Raisa. Saat berjumpa, saya selalu membawa Raisa. Akan sangat membingungkan jika klien itu merasa terpanggil, padahal saya memanggil Raisa, begitu pula sebaliknya. Jadi, karena alasan itu saya terbiasa memanggil Raisa dengan nama depannya yang lengkap," jelas Bayu.

Ica tidak menyangka Bayu begitu lancar menjelaskannya. Kemampuan Bayu dalam bicara tidak perlu diragukan, baik di depan klien maupun bukan. Bayu sangat apik mengemas ucapannya yang ia gabung antara fakta dan kebohongan. Bagi Ica itu tidak masalah, toh tidak berpengaruh langsung terhadapnya. Ica hanya tidak menyangka Bayu akan menceritakan soal Caca yang ia ceritakan sebagai kliennya itu. Ica juga jadi tahu kenapa dirinya selama ini dipanggil dengan nama depannya oleh si bos. Selama ini ia hanya berasumsi saja, ternyata setelah mendengar langsung dari Bayu bahwa asumsinya benar agak menyakitkan juga. Caca dinomor satukan. Sebenarnya bisa saja memanggil dua sebutan yang sama di dua orang yang berbeda. Dari sini Ica tahu bahwa Caca sangat penting dan spesial bagi Bayu.

...----------------...

Episodes
1 Prolog
2 Pria Menyebalkan
3 Pria itu Bosnya?
4 Bos Menyebalkan
5 Sama-sama Egois
6 "Tukang Nguping"
7 Perhatian Kecil?
8 Menjadi Sekretaris Bos Galak
9 Sekretaris yang Buruk
10 Seminggu Jadi Sekretaris
11 Membangunkan Singa yang Tidur
12 Memasuki Pekan Kedua
13 Api Amarah
14 Diturunkan di Pinggir Jalan
15 Makan Malam Bersama
16 Mengutarakan Maksud
17 Tidak Ingin Beradu Argumen
18 Banyak Pikiran Sampai Sakit
19 Pahlawan Bayangan
20 Tidak Akan Mengubah Keyakinan
21 Jawaban Ica
22 Lebih Cepat Lebih Baik
23 Semakin Mengenal Satu Sama Lain
24 Mengenalkan Calon Istri
25 Semakin Dekat Semakin Ragu
26 Menyatunya Dua Keluarga
27 Setelah Pesta Pernikahan
28 Sudah Menjadi Seorang Istri
29 Istri Profesional
30 Sekretaris dan Istri Profesional
31 Rumor
32 Persoalan Panggilan
33 Kerja Sama
34 Menghabiskan Energi Lebih Banyak
35 Meluapkan Semuanya
36 Susah Tidur Jadinya
37 Perkara Shalat Subuh
38 Meluapkan
39 Tanggapan Brilian
40 Sikap Manis dari Si Galak
41 Mulai Akur
42 Terlihat Wajah Lainnya
43 Prioritas
44 Di Rumah Mertua
45 Berani
46 Bayu Berseberangan
47 Sakit Lagi
48 Menemani Istri Sakit
49 Salah Paham
50 Momen Sebagai Ica
51 Emosi
52 Tidak Akur
53 Menjaga Hati
54 Kembali ke Kantor
55 Wajar
56 Perhatian
57 Di Meja Makan
58 Obrolan Serius
59 Menjaga Jarak
60 Kebenaran
61 Galau
62 Diskusi
63 Perasaan Bayu
64 Penyelesaian Versi Bayu
65 Bebas
66 Berhenti Jadi Sekretaris
67 Mulai Membuka Hati
68 Tak Dapat Berpisah
69 Memastikan
70 Permulaan Cerita Masa Lalu
71 Perasaan yang Sama
72 Ketahuan
73 Menunda Untuk Menikah?
74 Kuat
75 Berbaikan
76 Berdua sejenak
77 Perjalanan Dinas yang Menyenangkan
78 Another Magic Word
79 Si Galak bisa Bersikap Manis
80 Sisi Romantis si Galak
81 Kencan
82 Sekilas Cerita Soal Masa Lalu
83 Tersenyum
84 Kekanakan
85 Tentang Nafkah yang Lain
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Prolog
2
Pria Menyebalkan
3
Pria itu Bosnya?
4
Bos Menyebalkan
5
Sama-sama Egois
6
"Tukang Nguping"
7
Perhatian Kecil?
8
Menjadi Sekretaris Bos Galak
9
Sekretaris yang Buruk
10
Seminggu Jadi Sekretaris
11
Membangunkan Singa yang Tidur
12
Memasuki Pekan Kedua
13
Api Amarah
14
Diturunkan di Pinggir Jalan
15
Makan Malam Bersama
16
Mengutarakan Maksud
17
Tidak Ingin Beradu Argumen
18
Banyak Pikiran Sampai Sakit
19
Pahlawan Bayangan
20
Tidak Akan Mengubah Keyakinan
21
Jawaban Ica
22
Lebih Cepat Lebih Baik
23
Semakin Mengenal Satu Sama Lain
24
Mengenalkan Calon Istri
25
Semakin Dekat Semakin Ragu
26
Menyatunya Dua Keluarga
27
Setelah Pesta Pernikahan
28
Sudah Menjadi Seorang Istri
29
Istri Profesional
30
Sekretaris dan Istri Profesional
31
Rumor
32
Persoalan Panggilan
33
Kerja Sama
34
Menghabiskan Energi Lebih Banyak
35
Meluapkan Semuanya
36
Susah Tidur Jadinya
37
Perkara Shalat Subuh
38
Meluapkan
39
Tanggapan Brilian
40
Sikap Manis dari Si Galak
41
Mulai Akur
42
Terlihat Wajah Lainnya
43
Prioritas
44
Di Rumah Mertua
45
Berani
46
Bayu Berseberangan
47
Sakit Lagi
48
Menemani Istri Sakit
49
Salah Paham
50
Momen Sebagai Ica
51
Emosi
52
Tidak Akur
53
Menjaga Hati
54
Kembali ke Kantor
55
Wajar
56
Perhatian
57
Di Meja Makan
58
Obrolan Serius
59
Menjaga Jarak
60
Kebenaran
61
Galau
62
Diskusi
63
Perasaan Bayu
64
Penyelesaian Versi Bayu
65
Bebas
66
Berhenti Jadi Sekretaris
67
Mulai Membuka Hati
68
Tak Dapat Berpisah
69
Memastikan
70
Permulaan Cerita Masa Lalu
71
Perasaan yang Sama
72
Ketahuan
73
Menunda Untuk Menikah?
74
Kuat
75
Berbaikan
76
Berdua sejenak
77
Perjalanan Dinas yang Menyenangkan
78
Another Magic Word
79
Si Galak bisa Bersikap Manis
80
Sisi Romantis si Galak
81
Kencan
82
Sekilas Cerita Soal Masa Lalu
83
Tersenyum
84
Kekanakan
85
Tentang Nafkah yang Lain

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!