Membangunkan Singa yang Tidur

Hari ini Ica membuat alarm lebih banyak dari biasanya. Selain ingin membantu si bos, ia tidak ingin membuat dirinya malu lagi karena sebenarnya selalu tidur kembali setelah shalat subuh. Kali ini, ia akan mengorbankan tidurnya untuk membangunkan Bayu. Toh, ia bisa tidur lagi setelah membangunkan Bayu.

"Tumben amat kamu udah turun jam segini. Kamu lupa ini weekend?" tanya Manda sang Bunda. Bahkan orang rumah sangat menganehkan tingkah Ica.

"Biasalah," jawab Ica sembarangan.

"Kamu ya, Ca...," Manda kesal.

Ica meneguk air minumnya dahulu. Bertemu dengan sang Bunda di dapur pagi ini pasti tidak akan terhindar dari sedikit perdebatan kecil. Habisnya, sikap aneh Ica ini terbilang sebagai keajaiban dunia bagi penghuni rumah itu. Apalagi, ini akhir pekan.

"Nggak, Bun. Maaf-maaf. Ica ditugasi sama bos untuk bangunin dia."

"Ooh, bangunin lewat apa nih? Jangan macam-macam kamu, ya. Ntar mama kawinin kamu sama dia."

"Ih, Bunda! Ica bilang memang bangunin, tapi nggak bangunin sampai ke rumahnya, kok. Ica disuruh bangunin lewat telepon. Katanya, kalo lagi weekend gini, dia suka tidur lagi abis subuh, takutnya nggak kebangun. Soalnya, ada pertemuan yang harus dihadiri."

"Udah berasa kayak alarm kamu ya, Ca."

"Ih, baru nyadar. Pak Bayu, kan, bisa pakai alarm sendiri. Bisa buat alarmnya berderet kayak Ica yang sampai belasan alarm buatnya, di jam yang berdekatan, beda lima menitan. Apa jangan-jangan Pak Bayu nggak tahu yang namanya alarm? Jadul banget, sih, dia."

"Apa iya gara-gara itu? Nanti kamu ada main sama dia, Ca. Awas lho, ya, Ca."

"Ya ampun, Bunda..., Bundaku tercinta, tercantik di dunia..., Bunda tahu Ica orang kayak mana, kan? Ica anak baik-baik, karena Ica anaknya Bunda. Lagian, itu kan wajar buat pekerjaan sebagai sekretaris."

"Oiya, Bunda sampai lupa tujuan Ayah nyuruh kamu buat jadi sekretarisnya Bayu."

"Nah, betul itu, Bun..., karena..., Ica sekarang udah bisa bermanfaat untuk orang lain, udah bisa sedikit lebih mandiri. Biasanya kan, Ica yang bergantung sama orang lain, sekarang orang lain yang bergantung sama Ica."

Rupanya Ica sangat polos. Ia tidak tahu alasan lain dari dirinya yang dijadikan sekretarisnya Bayu.

"Iya, iya. Jadi, jam berapa kamu mau membangunkan Bayu? Beneran lewat telepon, nih?"

"Iya, Bun. Lewat telepon. Napa sih, masih nggak percaya? Bunda mau Ica datang ke rumahnya? Katanya nggak boleh macam-macam tadi," sindir Ica bercanda.

"Um..., Katanya sih, dua jam sebelum jam pertemuan. Nanti, Ica mau bangunin setengah jam lebih cepat, deh, dua setengah jam sebelum waktunya. Kira-kira jam setengah delapan," imbuhnya.

"Terus, kamu mau ngapain sekarang? Ini masih jam setengah enam kurang, lho. Hati-hati kamu malah ketiduran sebelum nyelesain tugas kamu."

"Ica mau mandi, abis itu olahraga ringan. Gowes aja kali, ya?"

"Eh, jangan! Bunda nggak ngijinin. Daerah sini banyak yang jadi begal payudara sekarang. Apalagi kamu perempuan, Ca. Di jam pagi ini, juga masih gelap, makin bahaya," larang Manda khawatir. Memang zaman sekarang sangat rawan. Rasanya begal motor sudah tidak zaman. Merembet ke begal sepeda, bahkan begal payudara. Bahkan, sekarang yang lebih marak adalah begal payudara. Si pelaku bisa seenaknya kabur setelah membegal, sedangkan mental korban jadi jatuh dan cenderung trauma setelahnya. Manda tak mau anak perempuan satu-satunya yang masih perawan ini menjadi korban selanjutnya.

"Ya udah, deh. Ica di rumah aja, deh, lari pakai treadmill. Ayah nggak ada kan, Bun? Bisa-bisa nanti Ayah ikutan Bunda lagi komen sikap Ica yang 'aneh' ini," ucap Ica mengerti.

"Nggak..., Ayah masih tidur, kok. Kamu tahu lah kalau tiap weekend Ayah selalu tidur lagi abis subuh."

"Iya, ya, baru ingat. Berarti..., sifat Ica yang suka tidur lagi abis subuh itu nurun dari Ayah, ya, Bun? Wah..., Ica jadi malu."

"Enak aja, kamu. Ini Ayah cuma di weekend doang. Lah, kamu tiap hari. Nggak ada nurun dari Ayah, kamunya sendiri yang kayak kebo, suka tidur."

"Iya, iya. Bunda cantiknya hilang deh kalau jutek gitu. Udah, ah. Babay, Bun."

Ica segera kabur untuk menghindari obrolan selanjutnya. Kalau sudah bicara sama emak-emak suka nggak ada abisnya, pikirnya.

...----------------...

Setelah mandi, Ica langsung menuju ruang fitnes untuk lari di treadmill. Ica memang aneh, harusnya ia keluarkan semua keringatnya, baru mandi, lah, ini malah terbalik. Mungkin ia ada niatan mau mandi lagi setelah lari.

Saat mandi, ia sudah memakan waktu cukup lama. Sebagian besar ia habiskan untuk santai di bath up dan konser. Siapapun bisa menjadi penyanyi papan atas kalau di kamar mandi sendiri. Sekarang, tinggal setengah jam lagi untuk membangunkan Bayu.

Ica mencari nomor Bayu. Lalu, bersiap-siap. Kini, kakinya sudah mulai jalan di tempat untuk sedikit santai, mengurangi speed dari treadmill itu.

Ica mulai ciut. Ia akan membangunkan singa yang tidur. Bagaimana kalau singa ini akan mengamuk dan mengomelinya karena membangunkannya lebih cepat dari jamnya? Pasti sih, soalnya dia perfeksionis, pikir Ica. Akhirnya, Ica memajukannya sesuai dari jam yang di janjikan.

Dan saat jamnya, Ica pun bergerak menelepon Bayu. Sengaja tidak ia loud speaker, ia juga sedang memakai headset.

"Pak Bayu kok nggak angkat telepon nya, sih?" gumam Ica. Sudah tiga kali ia menelepon, tak kunjung diangkat juga oleh Bayu.

"Ya ampun, ini sih kebo bukan singa. Masa aku udah nelpon sampai sepuluh kali nggak diangkat-angkat juga!" umpat Ica kesal. Ia tidak sadar diri kalau dirinya juga kebo.

"Mode hening mungkin, ya? Kalau getar, masih ada kemungkinan untuk diangkat, sih. Oiya..., Pak Bayu, kan, nggak pernah pakai nada dering kalau aku perhatiin. Lewat chat juga, deh, ngabarinnya," pikir Ica. Jika tahu susah begini, harusnya Ica sudah membangunkan Bayu sesuai rencana awal, tiga puluh menit lebih cepat dari jamnya.

"Wah..., diangkat juga sama si kebo setelah percobaan yang ke tiga puluh," ucap Ica bersemangat.

"Halo, Pak."

"Um... Halo?" Suara khas seorang pria yang bangun tidur terdengar seksi diucapkan Bayu. Ica tidak bisa konsentrasi karena suara seksi itu memenuhi kepalanya. Apalagi ia mendengarkan langsung melalui headset, makin berasa damage-nya.

"A-Assalamu'alaykum," Ica mulai gugup.

"Wa'alaykumussalam," jawab Bayu yang terdengar makin seksi di telinga Ica karena suku kata yang diucapkan lebih panjang.

"Anu..., Anda punya jadwal pertemuan dengan Mbak Caca pagi ini, Pak. Pertemuannya jam sepuluh. Anda menyuruh saya membangunkan Anda di dua jam sebelum pertemuan, tapi karena telepon saya baru di angkat sekarang, waktu pertemuan tersisa kurang dari dua jam lagi, Pak."

"Ooh, oke."

Tutt Tutt Tutt

Telepon langsung diputuskan sepihak oleh Bayu. Tapi, itu lebih baik untuk Ica. Bisa gawat kalau sang Bunda tahu anaknya bertingkah seperti ini karena mendengar suara khas bangun tidur dari seorang pria. Bisa-bisa ia malah dikawinkan sama bos galaknya itu.

Bayu sangat sedikit bicara, tapi yang diucapkannya masih memenuhi otak Ica.

"Kenapa pas kayak gini nggak ada galak-galaknya, sih? Kalau kayak gini, malah kepikiran. Habisnya suaranya itu lho... Aaaaaa... astaghfirullah. Maafkan hamba ya Allah." Ica menggerutu, moodnya untuk melanjutkan lari hilang saat suara Bayu memenuhi isi kepalanya. Sangat terekam jelas nada bicara Bayu yang seksi itu.

...----------------...

Terpopuler

Comments

Andirista Padrawati

Andirista Padrawati

lanjut

2022-05-20

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Pria Menyebalkan
3 Pria itu Bosnya?
4 Bos Menyebalkan
5 Sama-sama Egois
6 "Tukang Nguping"
7 Perhatian Kecil?
8 Menjadi Sekretaris Bos Galak
9 Sekretaris yang Buruk
10 Seminggu Jadi Sekretaris
11 Membangunkan Singa yang Tidur
12 Memasuki Pekan Kedua
13 Api Amarah
14 Diturunkan di Pinggir Jalan
15 Makan Malam Bersama
16 Mengutarakan Maksud
17 Tidak Ingin Beradu Argumen
18 Banyak Pikiran Sampai Sakit
19 Pahlawan Bayangan
20 Tidak Akan Mengubah Keyakinan
21 Jawaban Ica
22 Lebih Cepat Lebih Baik
23 Semakin Mengenal Satu Sama Lain
24 Mengenalkan Calon Istri
25 Semakin Dekat Semakin Ragu
26 Menyatunya Dua Keluarga
27 Setelah Pesta Pernikahan
28 Sudah Menjadi Seorang Istri
29 Istri Profesional
30 Sekretaris dan Istri Profesional
31 Rumor
32 Persoalan Panggilan
33 Kerja Sama
34 Menghabiskan Energi Lebih Banyak
35 Meluapkan Semuanya
36 Susah Tidur Jadinya
37 Perkara Shalat Subuh
38 Meluapkan
39 Tanggapan Brilian
40 Sikap Manis dari Si Galak
41 Mulai Akur
42 Terlihat Wajah Lainnya
43 Prioritas
44 Di Rumah Mertua
45 Berani
46 Bayu Berseberangan
47 Sakit Lagi
48 Menemani Istri Sakit
49 Salah Paham
50 Momen Sebagai Ica
51 Emosi
52 Tidak Akur
53 Menjaga Hati
54 Kembali ke Kantor
55 Wajar
56 Perhatian
57 Di Meja Makan
58 Obrolan Serius
59 Menjaga Jarak
60 Kebenaran
61 Galau
62 Diskusi
63 Perasaan Bayu
64 Penyelesaian Versi Bayu
65 Bebas
66 Berhenti Jadi Sekretaris
67 Mulai Membuka Hati
68 Tak Dapat Berpisah
69 Memastikan
70 Permulaan Cerita Masa Lalu
71 Perasaan yang Sama
72 Ketahuan
73 Menunda Untuk Menikah?
74 Kuat
75 Berbaikan
76 Berdua sejenak
77 Perjalanan Dinas yang Menyenangkan
78 Another Magic Word
79 Si Galak bisa Bersikap Manis
80 Sisi Romantis si Galak
81 Kencan
82 Sekilas Cerita Soal Masa Lalu
83 Tersenyum
84 Kekanakan
85 Tentang Nafkah yang Lain
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Prolog
2
Pria Menyebalkan
3
Pria itu Bosnya?
4
Bos Menyebalkan
5
Sama-sama Egois
6
"Tukang Nguping"
7
Perhatian Kecil?
8
Menjadi Sekretaris Bos Galak
9
Sekretaris yang Buruk
10
Seminggu Jadi Sekretaris
11
Membangunkan Singa yang Tidur
12
Memasuki Pekan Kedua
13
Api Amarah
14
Diturunkan di Pinggir Jalan
15
Makan Malam Bersama
16
Mengutarakan Maksud
17
Tidak Ingin Beradu Argumen
18
Banyak Pikiran Sampai Sakit
19
Pahlawan Bayangan
20
Tidak Akan Mengubah Keyakinan
21
Jawaban Ica
22
Lebih Cepat Lebih Baik
23
Semakin Mengenal Satu Sama Lain
24
Mengenalkan Calon Istri
25
Semakin Dekat Semakin Ragu
26
Menyatunya Dua Keluarga
27
Setelah Pesta Pernikahan
28
Sudah Menjadi Seorang Istri
29
Istri Profesional
30
Sekretaris dan Istri Profesional
31
Rumor
32
Persoalan Panggilan
33
Kerja Sama
34
Menghabiskan Energi Lebih Banyak
35
Meluapkan Semuanya
36
Susah Tidur Jadinya
37
Perkara Shalat Subuh
38
Meluapkan
39
Tanggapan Brilian
40
Sikap Manis dari Si Galak
41
Mulai Akur
42
Terlihat Wajah Lainnya
43
Prioritas
44
Di Rumah Mertua
45
Berani
46
Bayu Berseberangan
47
Sakit Lagi
48
Menemani Istri Sakit
49
Salah Paham
50
Momen Sebagai Ica
51
Emosi
52
Tidak Akur
53
Menjaga Hati
54
Kembali ke Kantor
55
Wajar
56
Perhatian
57
Di Meja Makan
58
Obrolan Serius
59
Menjaga Jarak
60
Kebenaran
61
Galau
62
Diskusi
63
Perasaan Bayu
64
Penyelesaian Versi Bayu
65
Bebas
66
Berhenti Jadi Sekretaris
67
Mulai Membuka Hati
68
Tak Dapat Berpisah
69
Memastikan
70
Permulaan Cerita Masa Lalu
71
Perasaan yang Sama
72
Ketahuan
73
Menunda Untuk Menikah?
74
Kuat
75
Berbaikan
76
Berdua sejenak
77
Perjalanan Dinas yang Menyenangkan
78
Another Magic Word
79
Si Galak bisa Bersikap Manis
80
Sisi Romantis si Galak
81
Kencan
82
Sekilas Cerita Soal Masa Lalu
83
Tersenyum
84
Kekanakan
85
Tentang Nafkah yang Lain

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!