Ica masih di ruangan si manajer menyebalkan. Mereka berhadapan, namun Ica berusaha menunduk untuk menjaga sikap. Bagaimanapun juga, Ica sadar ini adalah kesalahannya.
"Kamu saya beri waktu untuk menjelaskan alasan atas keterlambatanmu," ujar Bayu memberi ruang.
Ica melihat nama pria itu terpampang di meja kerjanya. Kelakuannya terlalu menyilaukan dalam artian buruk seperti sekarang contohnya, ternyata ada kata "surya" di akhir namanya. Ica seperti tak asing dengan kata "surya" yang lain.
"Maaf, Pak Bayu Pramana Surya. Saya memang yang salah. Saya ketiduran setelah sholat subuh tadi. Jalanan juga macet tadi, padahal saya berangkat dari rumah jam setengah delapan. Tapi saya mengakui kalau saya terlambat karena keteledoran saya. Apalagi, di hari pertama saya bekerja. Jadi, saya minta maaf, Pak. Saya tidak akan mengulanginya lagi," jelas Ica. Ia menekan rasa kesalnya karena mengingat pria menyebalkan ini adalah bosnya.
"Tidak akan mengulangi lagi? Siapa yang tahu? Bagaimana kalau saya memecat kamu karena terlambat di hari pertama bekerja? Perusahaan tidak ingin tahu alasan kamu terlambat, kamu sudah baca kontrak kerjanya, kan? Bagaimana perusahaan bisa mempertahankanmu apabila kamu tidak punya visi ke depan untuk perusahaan? Adanya keterlambatan kamu hanya memberikan kesempatan untuk kerugian menimpa perusahaan di masa depan. Sikap yang kamu miliki juga tidak pantas untuk terus bekerja di perusahaan. Bagaimana bisa kamu menyebut nama atasanmu dengan nama panjangnya? Benar-benar tidak sopan. Bagaimana nanti kamu menyebut nama klien yang akan bekerjasama dengan perusahaan nanti? Intinya, tidak ada alasan untuk mempertahankan kamu sebagai karyawan di sini. Saya tidak peduli kalau kamu putri pemilik perusahaan, silahkan saja adukan ke Pak Raka." Bayu begitu sadis melontarkan kata-katanya. Ia tidak sadar bahwa Ica sudah berkaca-kaca dihadapannya.
Ica tidak pernah dimarahi seperti ini. Lagian, ia sudah mengakui kesalahannya. Lalu apa masalahnya? Apakah bosnya ini tidak mengerti perasaan wanita? Dan lagi, ia tidak peduli pendapat orang lain.
"Jadi, Bapak ingin memecat saya, begitu?" Ica balas menantang.
"Kamu tidak sadar posisi kamu sekarang? Karyawan baru yang tidak menaati aturan perusahaan tidak pantas untuk dipertahankan." Bayu menjawab dengan menantang balik.
"Anda sadar nggak sih? Dengan anda memarahi saya di ruangan anda, sudah memakan waktu. Itu artinya anda juga tidak kompeten untuk dipertahankan di perusahaan, karena membuang waktu yang harusnya bisa dipakai untuk kebaikan perusahaan di masa depan." Ica membalikkan kata-kata yang diucapkan oleh Bayu.
"Kamu tidak mengerti apa-apa tentang tugas saya sebagai manajer, seenaknya saja memfitnah saya yang membuang waktu. Ini sudah merupakan jobdesk saya saat pagi hari, mendisiplinkan bawahan yang tidak menaati aturan. Pekerjaan ini juga menyangkut kebaikan perusahaan di masa depan. Beraninya kamu sebagai karyawan baru sudah sok tahu." Perdebatanpun tak terelakkan. Bayu membalas Ica dengan telak.
Ica adalah model anak yang tidak ingin mengalah, tapi dihadapkan dengan pribadi yang sama membuatnya harus sadar siapa dirinya di posisi ini. Ica tidak membalas ucapan Bayu, dirinya sudah menumpahkan air mata yang sudah ia tahan sejak tadi. Bayu tidak peduli kalau Ica menangis, tidak ada rasa bersalah sedikitpun di dalam hati Bayu.
Karyawan yang lewat melihat ke arah ruangan Bayu, mereka merasa kasihan terhadap Ica. Mau bagaimana lagi, Bayu itu adalah monster divisi humas yang ditakuti semua karyawan. Tidak ada celah untuk membela Ica.
"Kamu menangis? Jangan harap saya merasa bersalah dan mengasihanimu." Bayu benar-benar tidak berperasaan, mengucapkan kalimat yang begitu jahat.
Tangis Ica pecah mendengar itu. Ica menangis dengan suara yang keras seperti biasanya ia lakukan di rumah. Ia sudah tidak peduli lagi harus menjaga sikap seperti apa, ia keluarkan saja semua sifat aslinya.
Bayu tak menyangka Ica akan menangis kencang seperti ini. Sejauh ini tidak ada karyawan yang berani menangis kencang seperti gadis satu ini. Tiap karyawan divisi humas bisa mendengarkan suara tangis Ica. Mereka hanya melihat sekilas, karena takut nasib mereka akan sama seperti Ica.
"Jangan seperti anak kecil. Kalau ingin menangis keluar dari sini. Tangisanmu mengganggu konsentrasi karyawan dan--," ucap Bayu terpotong.
"Dan nggak baik untuk perusahaan di masa depan? Iya begitu?" ucap Ica memotong, sambil menangis terisak-isak.
"Anda pria paling menyebalkan yang pernah saya temui di muka bumi. Maaf ya, saya bawa-bawa yang tidak ada kaitannya dengan pekerjaan ataupun perusahaan. Anda pria menyebalkan yang saya temui tadi malam di tempat mas penjual sate. Saya sudah geram dengan sikap anda semalam. Sialnya, anda malah merupakan bos tempat saya bekerja hari ini. Pertama kali melihat anda, rasanya sangat geram sekali dan ingin membalas penghinaan yang sudah anda lakukan tadi malam. Pria yang sok tidak ingin diberi ucapan terimakasih atas pertolongannya dan dengan songong memberi
sikap yang menunjukkan kalau saya sudah seenaknya saja menuduh anda. Siapa yang tidak kesal coba? Sekarang, perkara tiga puluh menit terlambat saja bisa sepanjang ini. Anda semakin menjadi pria yang menyebalkan," lanjut Ica. Ia menaikkan suaranya agar semua karyawan tahu betapa menyebalkan pria ini. Tentunya dengan air mata yang masih terus mengalir ia mengucapkannya.
"Kapan kita pernah bertemu? Tadi malam apanya?" jawab Bayu menantang.
"Wah, segitu tidak pedulinya anda dengan keberadaan orang sekitar. Manusia egois seperti anda juga tidak dapat hidup sendiri tanpa manusia lain. Lihat saja saat dimana anda tidak dapat melakukan apapun tanpa bantuan orang lain." balas Ica menantang balik.
"Oh, sekarang saya ingat. Jadi kamu wanita gila hape yang saya peringatkan dan saya selamatkan hapenya itu? Ternyata wanita ini benar-benar gila, ya? Itu perkara kecil, kenapa harus meributkannya? Lagian saya sudah baik menolongmu dan tak berharap terimakasih darimu.
Suasana semakin panas. Mereka berdua terus berdebat, tidak ada yang ingin mengalah.
"Astaghfirullah. Anda benar-benar pria menyebalkan, tidak berperasaan, egois, tidak mau kalah, perfeksionis yang buruk, tidak logis. Anda juga mempermasalahkan hal kecil. Hanya karena tiga puluh menit terlambat, anda mengait-ngaitkan dengan perusahaan. Anda yang terlalu berlebihan, bukan saya."
"Kamu juga wanita paling kekanak-kanakan yang saya pernah temui. Sudah, berhenti membicarakan ini. Kamu dipersilahkan untuk keluar dari ruangan saya. Kamu tidak usah bekerja lagi di perusahaan ini. Atau jika tak terima, bisa saja bilang ke Ayahmu untuk memindahkanmu dari divisi humas."
Ica sudah begitu terisak-isak. Merasa diusir, Ica segera keluar dari ruangan panas itu. Tapi sebelum benar-benar keluar dari situ, ia menabrak Raka yang sudah masuk ke ruangan.
"Saya mendengar karyawan ribut-ribut membicarakan sesuatu yang terjadi di ruangan manajer humas. Ternyata pelakunya kalian. Bisa tidak, kalian jelaskan baik baik? Tidak perlu ribut-ribut mengganggu karyawan lain. Setidaknya, tutup ruangannya agar tidak terdengar siapapun dan selesaikan masalah kalian dengan baik." Raka masuk dengan menutup pintu ruangan Bayu terlebih dahulu. Ia memberikan ruang di antara mereka untuk menenangkan diri.
"Coba jelaskan, apa masalahnya?" tanya Raka.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments