Perlahan, menjadi bawahan Bayu membuat perubahan yang baik untuk Ica. Ia tidak pernah terlambat lagi, selalu mengerjakan pekerjaan dengan baik, serta mengurangi sifat manjanya. Ica masih belum sadar akan hal itu. Yang ia tahu ia hanya membencinya saja. Bos galak yang tidak pernah tersenyum itu sangat menyiksanya. Bahkan di jam makan siang pun, ia secara langsung memberikan pekerjaan kepada Ica. Padahal Ica belum sarapan tadi pagi demi tidak terlambat ke kantor. Sarapan yang dibuat Bi Yati ia tinggalkan begitu saja dan langsung melesat ke kantor.
"Kamu bawa mobil, kan? Temani saya temui klien di sebuah restoran. Mobil saya sedang di bengkel karena berbagai sebab, tadi. Jadi saya ingin kamu membawa saya ke restoran itu setelah ini. Pekerjaan yang saya beri tadi sudah kamu selesaikan, kan?" Bayu datang kembali untuk menghampiri Ica. Serta meminta untuk membantunya, secara tidak langsung.
"Alhamdulillah, baru saja saya selesaikan dengan cepat dan tepat, Pak Bayu. Saya yakin tidak akan ada kecacatan di dalamnya karena saya sudah sangat teliti mengerjakannya. Jika Anda meragukannya, saya persilahkan untuk memeriksa pekerjaan saya." Ica menjawab pertanyaan terakhir saja. Pasalnya, itu yang menurutnya paling penting untuk ditanggapi.
"Kali ini tidak usah. Sudah banyak ilmu yang saya berikan kepada kamu satu bulan ini, jadi saya percaya dengan kinerja kamu," jawab Bayu singkat.
"Ya iyalah, ngapain juga diperiksa. Lagian aku udah sakit mental selama satu bulan ini karena si bos galak ini selalu mengkritik pedas pekerjaan yang ku buat dengan susah payah. Udah lelah dan menderita, nih, bos galak. Jadi, pekerjaan barusan itu udah paling perfect dari yang pernah aku buat," batin Ica.
"Ya sudah, kalau begitu kita berangkat sekarang," lanjut Bayu.
"Hah? Kita? Berangkat kemana, Pak?" tanya Ica kelimpungan.
"Kamu tidak dengar apa yang saya katakan tadi, ya? Kalau begitu saya ulangi." Bayu menjawab, kali ini ia tidak marah karena ia yang butuh.
"Kamu bawa mobil, kan?"
"Bawa, Pak."
"Temani saya temui klien di sebuah restoran. Mobil saya sedang di bengkel karena berbagai sebab, tadi. Jadi saya ingin kamu membawa saya ke restoran itu menggunakan mobil kamu."
"Hah? Kenapa saya, Pak?"
"Semuanya sedang makan siang, dan hanya kamu dari divisi humas yang ada sekarang. Saya juga tidak punya supir. Jika memakai taksi online akan banyak memakan waktu nanti."
"Tapi, Pak. Saya juga tidak terlalu pandai mengemudikan mobil dengan cepat jika bapak buru-buru. Bahkan lebih cepat supir taksi online, Pak. Dan lagi, tidak enak jika saya dan Anda berdua saja di dalam mobil itu."
"Ya sudah, kalau begitu pinjamkan saya mobil kamu," pinta Bayu dengan nada datar.
"Nih orang mau minjam atau malakin, sih? Nggak ada tulus-tulusnya waktu ngomong," batin Ica tiba-tiba kesal.
"Kenapa? Saya minta secepatnya, ya. Soalnya Sekarang sudah mendekati waktu meetingnya." Bayu meminta lagi dengan nada yang lebih tegas.
"Anda mau minjam atau bagaimana? Soalnya saya tidak ada mendengar nada meminta di situ." Ica spontan menjawab dengan apa yang ada di pikirannya.
"Iya, saya tahu. Saya tidak punya keahlian untuk itu. Tapi saya minta kamu agar mempercepat. Saya minta kunci mobil kamu sekarang." Mengejutkan, Bayu mengakuinya.
Ica memilih langsung mempercepat dan memberi kunci mobilnya. Karena terlihat raut wajah Bayu yang tidak biasa karena terburu-buru.
Setelah Ica memberikan kunci mobil, plat nomor kendaraan dan letak mobilnya, Bayu langsung melesat pergi menuju restoran tempat bertemu. Skill mengemudinya sangat luar biasa, ia sudah seperti pembalap profesional.
Ica menidurkan wajahnya di meja kerjanya. Kelakuan si bos hari ini ada ada saja. Ica bahkan tidak ingat kalau ia belum sarapan dan makan siang. Sebentar saja, Icapun mulai memasuki dunia mimpinya.
...----------------...
Bayu sudah selesai menemui klien di restoran. Kini ia sudah memarkir mobil Ica ke tempat asalnya. Lalu ia turun dengan membawa dua bungkus makanan di tangan kirinya. Ia belum sempat makan siang. Saat di restoran para klien sudah menunggu dan sudah makan duluan, jadi Bayu lebih memilih untuk tidak membuat klien menunggu jikalau Bayu meminta waktu untuk makan sebentar.
Tok tok tok
Tok tok tok
Ketukan meja menyaring di telinga Ica. Ica terpaksa bangun karena ia tersadar kalau dia masih di kantor, bukan di rumah. Bisa gawat kalau bos nya itu tahu dirinya molor saat di kantor.
"Uh, Pak Bayu. Saya nggak tidur, kok. Cuma membaringkan wajah sebentar tadi, hehe." Ica langsung beralasan saat tahu yang mengganggunya tidur itu adalah bosnya sendiri.
"Apa iya? Tapi saya pikir, kamu benar-benar terlelap karena bangun pada ketukan meja yang ke enam. Ya sudah, kesampingkan dulu itu. Tidak masalah kalau kamu tidur pada saat bukan jam produktif kantor. Dan, ini saya kembalikan kunci mobilnya. Oh iya, ini juga ada makanan. Kamu belum makan siang, kan? Di makan sekarang, sebelum jam makan siang berakhir." Bayu menyuguhkan kunci mobil dan satu bungkus isi makanan. Sementara Ica yang masih belum sepenuhnya sadar karena baru terbangun, menerimanya begitu saja.
Ica lalu membuka bungkusan itu, kemudian ia sadar bahwa Bayu ternyata memberikan makanan untuknya.
"Pak, makanannya benar untuk saya?" tanya Ica memastikan.
"Iya, saya pikir kamu belum makan siang, jadi saya sekalian belikan," jawab Bayu datar. Bayu kemudian beranjak dari meja Ica menuju ruangannya.
"Tapi, Pak, saya juga belum sarapan tadi. Satu gini mana cukup," ucap Ica agak berteriak. Bayu yang sudah dekat dengan ruangannya berbalik arah menghadap Ica.
"Saya juga belum makan siang. Lagian satu bungkus itu tidak akan habis kamu makan. Apalagi ditambah dengan porsi milik saya yang lebih banyak. Cepat habiskan, jam makan siang akan segera berakhir," jawab Bayu.
"Ya udah, deh. Ini gratis, kan?" tanya Ica lagi. Sebab ia sangat tahu kalau Bayu ini sangat perhitungan.
"Tidak ada yang gratis. Bayar dengan kerja keras kamu untuk memajukan perusahaan," ucap Bayu mengakhiri. Ia melanjutkan langkah untuk memasuki ruangannya.
Ica tidak mengerti maksud dari perilaku bosnya ini. Tapi ia lebih menomorsatukan perutnya yang sudah keroncongan, apalagi saat melihat makanan sudah di depan mata.
"Oh iya, lupa bilang makasih tadi ke Pak Bayu. Eh, tapi kenapa dia tahu kalau aku belum makan? Terus, kenapa mesti repot-repot juga sekalian beliin aku makanan? Eh, tapi tadi kayaknya aku nggak ada dengar kata makasih dari Pak Bayu karena udah minjam mobil aku. Ya udah deh, impas. Dia nggak bilang makasih, dan aku juga. Dia udah aku pinjamkan mobilku dan aku nggak perlu berhutang budi karena dia udah belikan makanan untukku."
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments