Gagal

Pagi itu Shasa terbangun dari tidur lelapnya. Baru kali ini dia merasakan tidur di kasur yang begitu nyaman. Matahari belum muncul, tetapi alarm ponselnya tak henti berbunyi. Shasa meregangkan tubuhnya di kasur.

Tak lama bermalas-malasan di kasur, Shasa beranjak mandi. Kemudian dia bersiap untuk sarapan di restoran hotel.

Shasa memasuki restoran yang tak kalah mewah dengan lobby hotelnya. Harum makanan tercium dari sana sini. Mata Shasa mengelilingi restoran itu dan dia mengatur rencana akan makan apa saja pagi itu. Tak lama dia berjalan, salah seorang pegawai hotel menyapanya.

"Selamat pagi, Nona. Dari kamar nomor berapa?" Pegawai itu bertanya pada Shasa. Setelah Shasa menyebutkan nomor kamarnya, Shasa diantar oleh pegawai tersebut. Shasa bingung karena semakin mereka jalan, semakin mereka jauh dari buffet resto. Shasa bertanya-tanya dalam hati hingga sampailah mereka di pintu sebuah ruangan.

"Silahkan, Nona. Ini ruang makan anda." Pegawai itu membukakan pintu sambil tersenyum ramah. Shasa masuk ke ruangan itu dengan langkah bingung. Kemudian kebingungan itu berubah menjadi kaget dan kesal setelah melihat Leo sudah duduk di ruangan itu

'Dia mau apa lagi sih!' gerutu Shasa dalam hati

Leo sudah lebih dulu duduk di kursi meja makan. Dia sedang membaca koran dan sesekali menyesap minuman di cangkirnya. Leo melihat Shasa masuk ke ruangan. Dia menjentikkan jarinya seolah menyuruh Shasa untuk mendekat. Shasa pun dengan ragu-ragu mendekati meja makan.

"Kenapa kau berdiri saja? Tidak mau sarapan?" Tanya Leo dingin.

Shasa sedikit tertawa sinis sambil memalingkan wajahnya. "Tentu saja aku mau sarapan, Tuan. Tetapi bisakah aku sarapan di depan sana?" Shasa menunjuk-nunjuk ke arah luar.

Leo tidak menjawab dan hanya menatap tajam ke arah Shasa. Tak ada pilihan, Shasa akhirnya duduk di kursi. Tak lama, beberapa pelayan membawakan makanan ke meja mereka.

"Kenapa dia memilih makan di tempat sepi begini, sih. Padahal di depan sana makanannya banyak yang menggiurkan." Shasa berbicara dengan pelan sekali sambil memasukkan makanan ke mulutnya.

"Makanan disini lebih sesuai standarku. Dan yang paling penting, tidak ada keramaian disini. Aku tidak suka keramaian."

'Ini sih bukannya gak ramai lagi. Tapi ini lebih seperti kuburan.' batin Shasa mendengus mendengar pernyataan Leo.

"Tuan, memangnya kenapa kau tidak suka keramaian?" Shasa memberanikan diri bertanya.

Leo diam tak menjawab. "Kau harusnya senang, bisa makan bersamaku pagi ini. Aku tidak makan dengan sembarang orang."

Shasa tak mengerti maksud perkataan Leo. "Aku sudah pikirkan cara untukmu membayar makanan pagi ini. Aku ingin jalan-jalan sepulang dari sini. Sudah berpuluh-puluh tahun aku di luar negeri. Banyak yang tidak aku ketahui tentang tempat tinggalku sekarang. Aku berbaik hati menggabungkan semua utang-utangmu dan kau cukup membayarnya 1 kali." Leo berucap panjang lebar. Shasa sudah menahan kesalnya.

"Baik, Tuan, tidak usah diteruskan. Aku sudah tau kau akan meminta apa. Baiklah, aku akan jadi tour guide mu. Tapi, kau harus mengikuti semua peraturanku selama jalan-jalan nanti." Shasa menjawab dengan senyum nakal.

'Kau ingin membuat permainan apa, Tuan? Hahaha, baiklah kau telah melempar dadu, sekarang ikuti kemana aku akan membawamu.' Shasa berencana dalam hati.

Dari seberang ruangan tempat Leo dan Shasa sarapan, asisten Haris justru menikmati sarapannya sendirian.

'Kau bilang ditemani makan oleh satu orang saja sudah terlalu ramai sehingga kau berkali-kali mengingatkanku agar menyiapkan ruang makan privat. Tapi sekarang kau malah makan dengan wanita itu. Cih!' gumam asisten Haris sambil tersenyum kecil.

*****

Pelaksanaan implementasi proyek mulai berjalan. Sejak tiba di kantor, Shasa sudah sibuk bolak-balik sana-sini. Manajer Iko juga sibuk mengurus anak buahnya dan berkordinasi dengan Shasa. Leo terus memantau pergerakan tim implementasi dari kursinya. Karena Leo memindahkan semua tim itu ke ruangannya, Leo lebih mudah melihat aktivitas mereka.

'Berhentilah senyum seperti itu kepada semua orang! Apa senyummu semurah itu!' umpat Leo dalam hati dengan pandangan mata yang tajam ke Shasa.

"Shafira! Berhenti bolak-balik seperti itu." Tiba-tiba saja Leo memanggil Shasa. Ini kali pertama Leo memanggil Shasa dengan namanya. Jelas, Shasa juga kaget dan tidak menyangka akan dipanggil seperti itu.

"Eh, maaf Tuan. Aku memang harus mondar-mandir untuk berbicara dengan tim IT disini." Jelas Shasa.

"Haris, pasangkan telepon kabel disini. Aku pusing melihat dia bolak-balik seperti itu." Leo memerintahkan asistennya.

"Baik, Tuan."

Tak lama, telepon kabel terpasang. Shasa jadi tidak perlu bolak-balik ke ruang tim IT.

'Dia ini, kadang baik, kadang ketus, kadang seenaknya.' Shasa melirik ke arah Leo dan saat itu mata mereka bertemu. Shasa memalingkan lagi matanya ke layar laptop.

Leo melihat kerjasama yang baik di tim implementasi ini. Shasa terlihat mudah bergaul dengan pegawai anak perusahaan, padahal dia baru saja mengenalnya. Leo terbesit rasa iri karena banyak orang yang bisa dekat dengan Shasa dan Shasa pun terasa nyaman mengobrol dan bercanda dengan mereka.

Waktu berjalan dengan cepat. Implementasi pun berjalan dengan lancar. Semua orang merasa puas dengan kerja mereka hari ini.

"Baiklah, untuk merayakan hari ini, mari kita makan malam bersama!" Teriak manajer Iko sambil menepuk tangannya. Semua menyambut dengan senang, begitupun Shasa yang ikut-ikutan menepuk tangannya. Namun, tidak dengan Leo. Dia hanya menatap dingin ke semua orang.

"Kalian pergilah rayakan kerja keras kalian hari ini. Tapi saya dan Shafira tidak bisa ikut. Kami harus membicarakan proyek lainnya. Haris akan bantu persiapkan makan malam kalian." Leo menyela kebahagiaan semua orang dengan perintahnya. Shasa menatap tajam ke arah Leo. Lagi-lagi dia melakukan apa yang dia mau tanpa persetujuan Shasa.

"Ah, Tuan, maksud anda proyek mana ya yang harus dibicarakan? Kita bisa membicarakannya saat kembali ke kantor nanti." Shasa memberanikan diri bertanya dengan nada sopan.

"Kamu akan mengetahuinya nanti." Jawab Leo tegas. Kemudian dia pun bangkit dari kursinya. "Kalau begitu saya pergi sekarang. Selamat bersenang-senang." Tutup Leo dengan matanya menyusuri para pegawai satu per satu dan terakhir menatap Shasa dingin. Leo keluar dari ruangan privatnya itu diikuti asisten Haris di belakangnya.

Sepeninggal Leo, Shasa meminta maaf kepada manajer Iko dan rekan lainnya karena tidak dapat bergabung makan malam.

"Manajer Iko, sebetulnya aku ingin sekali ikut kalian makan malam. Tapi apalah daya aku yang tidak ada apa-apanya ini. Semoga lain kali kita bisa makan bersama ya." Wajah Shasa memelas. Dia pun membereskan tasnya dan segera pergi menyusul Leo. Ketika beranjak ke luar ruangan, Shasa membalikkan badannya lagi.

"Manajer Iko dan teman-teman, mungkin besok aku tidak dapat berpamitan dengan kalian dan harus langsung kembali. Sampai jumpa di lain kesempatan ya! Kalau kalian berkunjung ke kantor pusat, temuilah aku!" Shasa membuat lingkaran dengan telunjuk dan ibu jarinya sambil menebarkan senyum perpisahan ke orang-orang di ruangan itu.

Shasa berlari menyusul Leo. 'Hancur sudah harapanku bisa bersantai-santai disini.' Shasa mengusap wajah dengan kedua tangannya.

Di lobby, Shasa hanya melihat haris berdiri di depan pintu penumpang mobil. Sepertinya, Leo sudah ada di dalam mobil itu. Shasa kemudian mendekat ke asisten Haris.

"Presdir telah menunggu anda, nona." Asisten Haris hanya berbicara datar.

"Aku tidak memintanya menungguku. Tuan, apa kau tau yang direncanakan olehnya?" Tanya Shasa sambil menunjuk-nunjuk ke dalam mobil.

"Saya bahkan tidak bisa memprediksi apa yang diinginkan Presdir dalam 1 menit mendatang." Apalagi di saat anda berada di sekeliling Tuan, tambah asisten Haris menggerutu dalam hatinya.

Shasa hanya terlihat mendengus kesal dan masuk ke dalam mobil. Di dalam mobil, Leo penasaran apa yang dibicarakan asisten Haris dan Shasa di luar mobil tadi.

*****

bersambung...

Terpopuler

Comments

Dirah Guak Kui

Dirah Guak Kui

mungkin Leo terbiasa hidup sendiri/anak tunggal, jauh dari kedua keluarga, jadi egonya libih tinggi yah begitulah sifatnya yg tdk suka dgn keramaian, suka menyendiri

2021-11-23

0

bunda azgha

bunda azgha

secara ngak sadar Leo sudah bucin sama Shasha.

2021-10-31

0

Maria Arvidiani

Maria Arvidiani

wah presdir Leo cemburu ni ye

2021-10-30

0

lihat semua
Episodes
1 Rooftop
2 Presdir Baru
3 Semua Bermula Disini
4 Impian Untuk Mama
5 Anda?!
6 Curhat
7 Taman
8 Tour Guide
9 Cafeteria
10 Tugas Luar Kota
11 Gagal
12 Makan Malam
13 Oleh-Oleh
14 Meeting
15 Cari Tahu
16 Taman Hiburan
17 Baru Ingin Memulai
18 Sakit Kaki
19 Malam Peluncuran
20 Rumah Baca
21 Pulang
22 Janji
23 Tanpa Kata
24 Restu
25 Pernikahan
26 Satu Rumah
27 Pagi Pertama
28 Belajar Tentangnya
29 Waktu Untuknya
30 Hujan Malam
31 Merawatnya
32 CCTV
33 Berangkat Bersama
34 Pertemuan
35 Kode
36 Cincin
37 Wanita
38 Keluarga Gusta
39 Sesi Foto
40 Outing
41 Rayuan
42 Malam Pentas
43 Kejutan
44 Persiapan
45 Rumah Keluarga Gusta
46 Obrolan Panjang
47 Impian
48 Kamar Baru
49 Penampilan Baru
50 Tidak Peka
51 Etika
52 Temu Kangen
53 Pertunangan
54 Pertemuan Pejabat
55 Kejutan
56 Wartawan
57 Senja
58 Undangan
59 Pesta
60 Perjalanan
61 Pulau
62 Laut Biru
63 Anak
64 Pulang
65 Yayasan
66 Kegiatan
67 Perubahan
68 Festival Budaya
69 Rumah Sakit
70 Jalan-Jalan
71 Panti Asuhan
72 Nasehat
73 Makan Siang
74 Rencana Shasa
75 Perpisahan
76 Tersindir
77 Pemeriksaan
78 Ulang Tahun
79 Pengawal
80 Kamar Nyaman
81 Jalan Kaki
82 Teman Lama
83 Dansa
84 Merasa Bersalah
85 Istri yang Baik
86 Area Bermain
87 Undangan
88 Main Golf
89 Hadiah Pernikahan
90 Akhir Pekan
91 Pewaris
92 Perubahan
93 Alasan
94 Serba Salah
95 Kesal
96 Tiket Kemana Saja
97 Tengah Malam
98 Acara Yayasan
99 Pingsan
100 Gengsi
101 Luka
102 Kisah Lama
103 Kembali
104 Keinginan Shasa
105 Piyama
106 Pesta Piyama Part 1
107 Pesta Piyama Part 2
108 Pengumuman
109 Tanpa Sakit
110 Jebakan
111 Bimbang
112 Kembali
113 Rencana Shasa
114 Nama
115 Sendiri
116 Rindu
117 Apartemen
118 Waktu Kecil
119 Malam Mengejutkan
120 Bayi Pertama
121 Separuh Hidup Lagi
122 Gusar
123 Datang dan Pergi
Episodes

Updated 123 Episodes

1
Rooftop
2
Presdir Baru
3
Semua Bermula Disini
4
Impian Untuk Mama
5
Anda?!
6
Curhat
7
Taman
8
Tour Guide
9
Cafeteria
10
Tugas Luar Kota
11
Gagal
12
Makan Malam
13
Oleh-Oleh
14
Meeting
15
Cari Tahu
16
Taman Hiburan
17
Baru Ingin Memulai
18
Sakit Kaki
19
Malam Peluncuran
20
Rumah Baca
21
Pulang
22
Janji
23
Tanpa Kata
24
Restu
25
Pernikahan
26
Satu Rumah
27
Pagi Pertama
28
Belajar Tentangnya
29
Waktu Untuknya
30
Hujan Malam
31
Merawatnya
32
CCTV
33
Berangkat Bersama
34
Pertemuan
35
Kode
36
Cincin
37
Wanita
38
Keluarga Gusta
39
Sesi Foto
40
Outing
41
Rayuan
42
Malam Pentas
43
Kejutan
44
Persiapan
45
Rumah Keluarga Gusta
46
Obrolan Panjang
47
Impian
48
Kamar Baru
49
Penampilan Baru
50
Tidak Peka
51
Etika
52
Temu Kangen
53
Pertunangan
54
Pertemuan Pejabat
55
Kejutan
56
Wartawan
57
Senja
58
Undangan
59
Pesta
60
Perjalanan
61
Pulau
62
Laut Biru
63
Anak
64
Pulang
65
Yayasan
66
Kegiatan
67
Perubahan
68
Festival Budaya
69
Rumah Sakit
70
Jalan-Jalan
71
Panti Asuhan
72
Nasehat
73
Makan Siang
74
Rencana Shasa
75
Perpisahan
76
Tersindir
77
Pemeriksaan
78
Ulang Tahun
79
Pengawal
80
Kamar Nyaman
81
Jalan Kaki
82
Teman Lama
83
Dansa
84
Merasa Bersalah
85
Istri yang Baik
86
Area Bermain
87
Undangan
88
Main Golf
89
Hadiah Pernikahan
90
Akhir Pekan
91
Pewaris
92
Perubahan
93
Alasan
94
Serba Salah
95
Kesal
96
Tiket Kemana Saja
97
Tengah Malam
98
Acara Yayasan
99
Pingsan
100
Gengsi
101
Luka
102
Kisah Lama
103
Kembali
104
Keinginan Shasa
105
Piyama
106
Pesta Piyama Part 1
107
Pesta Piyama Part 2
108
Pengumuman
109
Tanpa Sakit
110
Jebakan
111
Bimbang
112
Kembali
113
Rencana Shasa
114
Nama
115
Sendiri
116
Rindu
117
Apartemen
118
Waktu Kecil
119
Malam Mengejutkan
120
Bayi Pertama
121
Separuh Hidup Lagi
122
Gusar
123
Datang dan Pergi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!