Di perusahaan XY Group. Lantai VIP.
"Selamat siang, nona, ada yang bisa dibantu?" Resepsionis menyapa hangat Shasa dan manajer Lim.
"Kami ada meeting bersama presdir. Meeting pengembangan." Shasa menjawab sopan dengan menampilkan senyumnya. Shasa merasa gugup karena pertama kalinya meeting dengan presdir yang baru.
'Semoga saja presdir tidak memakanku' harap Shasa dalam hati.
"Silahkan nona, anda bisa masuk ke ruangan presdir." Jawab resepsionis dengan ramah sambil menunjukkan arah ruangan presdir dengan lengannya.
"Baik, terima kasih" Shasa dan manajer Lim berjalan menuju ruangan presdir.
Belum sempat mengetuk pintu, tiba-tiba ada seseorang yang keluar dari ruangan presdir.
"Oh, asisten Haris!" Panggil manajer Lim. Wajahnya sudah sumringah tetapi justru orang yang didepannya ini hanya terdiam kaku.
"Silahkan, presdir sudah menunggu anda." Sahut asisten Haris tanpa ekspresi. Asisten Haris membukakan pintu untuk manajer Lim dan Shasa. Keduanya memasuki ruangan presdir.
Sambil menutup pintu, asisten Haris seperti sedang mengingat sesuatu. 'Sepertinya wanita itu adalah pemilik ID card yang ditemukan presdir.' bisik Haris dalam hati.
"Selamat siang Tuan Presdir" salam dari manajer Lim kepada presdir sambil membungkukan badannya.
Shasa berusaha melihat presdir di depannya. Karena sangat silau, hanya terlihat siluet presdir. Lelaki itu berdiri dari kursinya dan menghampiri manajer Lim dan Shasa. Setelah cahaya tak lagi silau, Shasa melihat jelas wajah presdir di depannya. Shasa kaget membelalakkan matanya.
"Anda?!" Shasa kaget keceplosan.
Leo melihat sinis sambil berdiri tegap dengan lengannya dimasukkan ke saku celana. Leo tak menggubris Shasa. "Saya hanya punya 30 menit untuk mendengarkan kalian. Silahkan dimulai meetingnya." Leo menunjuk ke meja meeting dengan datar.
'Apa?! Dasar lelaki gila! Dia tidak menggubrisku sama sekali dan mengatakan hanya punya 30 menit untuk mendengarkan proyek 3 tahun? Apa yang ada di otaknya?' gerutu Shasa dalam hati.
Setelah 30 menit berjalan dan satu per satu slide presentasi telah ditampilkan, Shasa mempercepat presentasinya dan mulai closing.
"Dan untuk menutup presentasi kami hari ini, ijinkanlah saya memberikan kata mutiara. Karena kami bekerja dalam tim pengembangan dimana setiap harinya kami membuat mimpi-mimpi baru dan berusaha mewujudkannya, inilah sedikit ungkapan kami yang mungkin dapat memotivasi" Shasa menatap dengan senyum ke sekelilingnya.
"Mimpi yang besar, dapat muncul dari otak yang cerdas. Tetapi mimpi yang hebat, muncul dari kesungguhan hati. Mimpimu adalah cerminan hatimu. Jangan paksa dia terbentuk dari pikiranmu, biarlah dia lahir dari hatimu" ungkap Shasa dengan senyum sumringah.
Mendengar penutup dari Shasa, manajer Lim memberi tepuk tangan bangga. Namun, tidak dengan 2 orang lainnya di ruangan itu. Presdir dan asistennya hanya melihat Shasa tanpa ekspresi.
'Hei, kenapa orang ini bisa terlihat seperti kembar dengan ekspresi mereka?' batin Shasa menyeringai.
"Maksudmu apa dengan kata-kata itu? Apa kau mau bilang kalau orang tidak memiliki mimpi berarti dia tidak memiliki hati?" Cecar Presdir kepada Shasa.
"Bu, bukan Tuan. Bukan seperti itu, maksudku adalah kami di tim pengembangan bekerja dari hati untuk perusahaan ini." Jawab Shasa panik.
Leo mendengus tak puas.
"Tuan Leo, apakah mungkin Tuan melihat arti lain dari kalimat nona Shasa?" Asisten Haris berbicara pelan kepada Presdir.
"Aku tidak bertanya padamu Haris" balas Leo kesal.
'Aku hanya merasa ada sindiran di dalamnya.' kata Leo dalam hati.
*****
Presentasi pun selesai. Ketegangan di akhir presentasi pun berakhir karena manajer Lim memecah situasi dengan ocehannya membangga-banggakan tim pengembangan. Presdir mengisyaratkan ke asisten Haris kalau dia tidak mau mendengar celotehan manajer Lim lagi. Asisten Haris menyudahi pertemuan mereka dan meminta manajer Lim dan Shasa beranjak kembali ke tempat masing-masing.
Shasa yang sudah berjalan keluar ruangan, tiba-tiba berbalik lagi.
"Tuan Leo, maafkan aku. Apakah mungkin anda melihat ID card-ku waktu di rooftop?" Shasa bertanya malu-malu sekaligus takut.
"Aku? Bukankah kau mengatakan kalau aku hantu? Dan kau masih menanyakan itu kepadaku sekarang?" Balas Leo ketus.
"Apa! Ti, tidak. Saya tidak mengatakan kalau anda hantu. Sungguh Tuan. Saya hanya kaget melihat tiba-tiba ada orang di rooftop jadi saya bertanya apakah anda manusia?"
"Nah, itu. Pertanyaan itu. Kesimpulannya kamu mau bilang kalau aku hantu kan?"
"Eh, tidak Tuan. Hehehe... Maaf Tuan, jadi anda tidak melihatnya ya? Baiklah Tuan, terima kasih atas informasinya." Shasa langsung kabur dari ruangan Presdir.
Setelah Shasa keluar, Leo menelpon asisten Haris.
"Har, ke ruanganku. Kembalikan ID card yang kemarin ke pemiliknya. Kau tidak perlu memberi tahu siapa dan dimana itu ditemukan." Perintah Leo.
"Baik, Tuan Leo." Tutup asisten Haris di telponnya.
Setelah mematikan telponnya, Leo membuka map biru yang berisi resume milik Shasa.
*****
Shasa kembali ke mejanya dengan perasaan lega. Bom pekerjaan yang dideritanya kemarin sudah berakhir. Kini, dia dapat sedikit bersantai sambil memeriksa pekerjaan tim nya.
Tak lama, ponsel Shasa berdering memperlihatkan muncul 1 pesan:
'Sha, kenapa gak cerita? Pulang kantor ceritain semuanya! Gak mau tau!'
Pesan itu dari Gaby. Dulu, Shasa, Gia, dan Gaby berteman saat kuliah. Setelah lulus, Shasa dan Gia bekerja di XY Group, sedangkan Gaby meneruskan kuliahnya ke luar negeri. Bagi Shasa, hanya kedua temannya ini lah, dia mau menceritakan hal-hal pribadinya. Tetapi justru Gia bermain nakal di belakang dan selingkuh dengan pacar Shasa.
Dari pesan yang Gaby kirim, sepertinya dia sudah tahu ada masalah antara Shasa dan Dion. Shasa memang belum cerita ke siapapun karena kemarin dia lebih dulu dibombardir presdirnya.
*****
bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Dirah Guak Kui
bagus keluatannya antara Boss/pegawai seperti minyak/air, kata kasarnya seperti anjing/kucing😁😁
2021-11-23
0
Musyarofah Salim
cakep thor saya suka saya suka
2021-10-31
0
Musyarofah Salim
cakep thor saya suka saya suka
2021-10-31
0