Anak Perusahaan XY Group di luar negeri.
Leo bersiap meninggalkan ruangannya. Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Kantor sudah sepi dan hanya tersisa Leo di ruangannya.
Jalanan cukup lengang. Namun, suasana hati Leo yang tidak bagus justru membuatnya seperti orang stres karena macet.
Siang tadi, Leo mendapat pesan dari ibunya:
Leo, hari ini makan malam di rumah ya. Papa datang.
Setelah melihat pesan itu, Leo justru malas pulang ke rumah. Jika dia pulang, dia harus menghadapi ayahnya yang tak henti menyuruhnya kembali dan segera menggantikan ayahnya menjadi presdir.
Leo telah sampai dan memakirkan kendaraannya di rumah. Jasnya sudah dia lepaskan dan kemejanya pun sudah tidak rapi lagi. Leo turun dari mobil dan membawa jas itu di bahunya.
"Hai sayang, kenapa lama sekali? Kamu sudah makan malam?" Sambut nyonya Sofia di teras rumah.
"Hai ma, aku banyak kerjaan tadi dan aku juga sudah makan. Mama tidak perlu repot-repot menyiapkannya." Jawab Leo.
"Kamu tidak sedang menghindari papamu kan?" Nyonya Sofia memicingkan matanya.
"Biarkanlah papa istirahat. Dia pasti capek setelah penerbangannya. Aku juga akan istirahat." Tambah Leo sambil tersenyum ke ibunya.
Malam itu, tak ada pembicaraan apapun antara Nyonya Sofia, Tuan Gusta, dan juga Leo. Begitupun hari esoknya dan esoknya lagi. Hingga hari dimana ayahnya harus kembali. Pembicaraan itu pun tidak pernah dimulai.
Di malam hari setelah kepulangan ayahnya, Leo berdiam di kamarnya. Nyonya Sofia memasuk ke kamar Leo.
"Leo, kamu lagi apa?"
"Eh, mama. Lagi cek email kantor."
"Sudah di rumah, kok masih kerja aja? Mama cemburu." Nyonya Sofia melingkarkan lengannya ke lengan Leo.
"Bicaralah ma. Aku tahu ada yang ingin mama bicarakan." Leo tersenyum menghadap ke ibunya.
"Leo, kamu pasti tahu, mama bahagia sekali kamu selalu temani mama sejak kecil. Banyak waktu yang sudah kita lewati berdua. Mama bersyukur kamu bisa sekuat dan sehebat ini. Banyak hal besar yang bisa kamu wujudkan."
"Mama sedang membujukku untuk kembali?" Leo menatap ibunya.
"Kamu selalu seperti itu. Hahahahahaha" Nyonya Sofia tersenyum lebar.
"Apakah itu impian mama?" Tanya Leo penasaran.
"Setelah mama menikah dengan papamu, mama melihat betapa kerennya dia memimpin perusahaannya. Mama membayangkan kalau suatu hari anak kami juga bisa sekeren itu. Kemudian kamu lahir. Papa bahagia sekali karena dia mendapatkan penerusnya. Mama juga merasa lega karena apa yang mama bayangkan sebentar lagi terwujud. Tak disangka mama dan papa harus tinggal terpisah dan kamu memilih ikut mama. Kamu tahu? Papa membiarkan mama pergi karena papa tak ingin menghalangi impian mama. Mendengarkan papamu berkata seperti itu, mama tidak bisa egois untuk memutuskan impiannya. Mama berjanji sama papa kalau mama akan tetap membuat impiannya terwujud. Mama akan pastikan kamu kembali dan menjadi presdir. Itu bukan hanya impian papa, tetapu juga impian mama."
Panjang lebar nyonya Sofia menjelaskan. Leo tersentak hatinya mendengar cerita ibunya.
"Ma, aku akan pergi. Jika itu impian mama, aku akan wujudkan. Sama seperti mama, aku juga tidak ingin menjadi penghalang impian orang lain. Aku tidak punya mimpi lain. Mimpiku hanya kebahagiaan mama." Jelas Leo pelan.
"Sayang, suatu hari kamu akan punya mimpi untuk dirimu sendiri. Kamu tidak bisa hidup hanya untuk mimpi orang lain. Saat hatimu terbuka, impian itu akan muncul. Percayalah." Nyonya Sofia menggenggam tangan Leo dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.
'Ma, Pa, tahukah kalian mengapa aku tak punya mimpi? Itu karena mimpi-mimpi kalian telah menyakitiku. Aku takut impianku juga bisa menyakiti orang lain.' batin Leo dalam hati.
*****
"Sha, yuk pulang. Udah jam 9 nih. Kamu mau nginep disini?" Tanya Tira sambil membereskan mejanya.
"Kamu duluan aja, Ti. Aku lagi nyelesain presentasi buat besok." Jawab Shasa masih sambil mengetik di komputernya.
"Jam berapa sih presentasinya?"
"Pagi. Jam 10. Udah mau gila nih aku." Jawab Shasa kesal sambil sedikit memukul-mukul keyboardnya.
"Wah... Baru hari pertama aja, presdir ganteng itu udah bikin kita sekacau ini" Tira mengelus dadanya.
"Kayak udah liat si presdir aja. Kalo ternyata mukanya kayak om-om gimana? Hahahaha" sindir Shasa.
Tira ikut tertawa nyaring sambil beranjak pulang.
"Sha, jangan malem-malem. Makin malem bisa bikin makin jomblo. Hahahahaha" goda Tira. Dan Tira pun meninggalkan kantor.
Shasa memang tidak pernah menceritakan tentang pacarnya. Jadi semua orang di kantor menganggap Shasa jomblo. Padahal sebelumnya Shasa berpacaran dengan Dion, dari Departemen Produk. Yang kemudian ketahuan berselingkuh dengan teman kuliahnya yang juga satu kantor, Gia, dari Departemen Humas.
Setelah setengah jam, selesai juga presentasi untuk besok. Shasa membereskan barang-barangnya dan bersiap pulang.
Setiap hari Shasa ke kantor dengan skuternya. Skuter warna kuning jingga itu adalah barang mahal pertama yang dibeli Shasa dengan uangnya sendiri. Tentu saja, Shasa sangat posesif dengan skuternya.
Shasa sudah ada di lobby dan melangkah ke parkiran. Wajahnya sudah lelah dan badannya juga pegal-pegal. Sesampainya di parkiran, Shasa bersiap pulang dan mengenakan helm. Tiba-tiba ponselnya berdering.
"Halo manajer Lim. Iya? Oh gitu... Terus jadinya? Oh oke siap bos, terima kasih" seketika wajah Shasa cerah dan sedikit bersemangat.
'Aahh... Akhirnya malam ini bisa istirahat dengan tenang. Presentasinya diundur jadi jam 2 siang. Aku masih bisa membaca-baca bahan presentasi besok pagi di kantor' senyum Shasa mengembang.
Epilog:
Leo bergegas pulang diikuti asisten Haris di belakangnya. Supir telah menyiapkan mobil di lobby. Setelah keluar dari lift VIP, Leo melihat wanita ID card alias Shasa yang berjalan malas-malasan.
Leo tertawa dalam hati. Sepertinya rencana mengerjai Shasa berhasil karena Leo meminta asisten Haris agar departemen pengembangan melakukan presentasi besok pagi padahal laporan yang disiapkan sangatlah banyak.
'Beraninya kau bilang aku hantu waktu di rooftop. Terima pembalasanku.' Leo tersenyum sinis. Tapi kemudian Leo teringat tangisan Shasa di rooftop. 'Eh, dia kan baru saja patah hati ya. Pantas saja wajahnya tidak enak dilihat begitu.' batin Leo.
Tiba-tiba Leo menghentikan langkahnya. Haris kaget dan ikut berhenti.
"Haris, sampaikan ke manajer pengembangan kalau presentasinya diundur jadi jam 2 siang. Aku akan mengerjakan hal lain dulu besok pagi."
"Baik Tuan, akan saya sampaikan." Jawab Haris.
"Sekarang Haris. Sekarang beritahu dia." Tegas Leo tanpa melepaskan pandangannya dari Shasa.
"I, iya Tuan." Haris langsung menghubungi manajer Lim melalui ponselnya.
Sebelum Leo masuk ke mobilnya, dia masih memandang ke arah Shasa yang ada di parkiran. Tiba-tiba Shasa terlihat kegirangan sambil berjoget kecil. Leo tertawa dalam hati dan bergegas masuk ke mobil.
'Beri dia sedikit udara. Hahahaha, sejak kapan aku baik begini.' bergumam dalam hati. Kemudian, mobil Leo melesat cepat meninggalkan kantor.
*****
bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Dirah Guak Kui
sdh gak sabar tunggu wkt persentasi
gimana ketemu dgn yg dianggap hantu😁
2021-11-23
0
virtandeepa
Leo kamu nakal
2021-07-28
0
Aqiyu
aaaaaa...
2021-07-13
0