Jam sudah menunjukkan pukul 6 sore. Di kantor XY Group hanya tersisa beberapa orang yang belum pulang. Shasa sudah mulai membereskan mejanya. Dia memilih balas dendam pulang cepat karena kemarin dia sudah lembur habis-habisan.
"Ciee... Udah mau pulang aja jam segini" goda Tira ke Shasa.
"Balas dendam, Ti. Hahahaha... Pingin istirahat. Balik duluan ya!" Shasa melambaikan tangannya sambil beranjak pulang.
Shasa pulang dengan skuter kesayangannya. Dia tinggal di sebuah apartemen sederhana yang tak jauh dari kantor. Setelah Shasa lulus kuliah dan bekerja di XY Group, Shasa harus hidup sendirian dan terpisah dari orang tuanya. Shasa hanya mengunjungi keluarganya yang tinggal di luar kota kalau dia mendapat libur panjang. Namun, Shasa tetap menjaga komunikasi dengan keluarganya disana.
Kegiatan Shasa kalau sudah pulang ke apartemennya, hanya dihabiskan untuk bersantai-santai ria, kecuali kalau ada pekerjaan yang harus dibawa ke rumah. Waktu masih berpacaran dengan Dion, Shasa terkadang pergi makan dengannya atau hanya sekedar ketemu untuk mengobrol di taman dekat apartemen.
Shasa yang sudah selesai mandi, tiba-tiba mendapat telpon dari Tira.
"Iya, Ti?"
"Sha, ini pak satpam ngasih ID card-mu"
"Hah? ID card? Kok di pak satpam?"
"Gak tahu nih, katanya sih dari resepsionis. Mungkin ada yang nemu dan ngembaliin"
"Emm... Oke Ti, tolong simpan di laci ku ya."
"Siap, Sha!"
Setelah menutup telponnya, Shasa masih penasaran dimana dia menjatuhkan ID card-nya. Tetapi dia tidak mau pusing memikirkan, yang penting ID card-nya sudah ketemu.
Shasa teringat pesan Gaby. Dia pun mengambil ponselnya lagi dan menelpon Gaby.
"Gabbbb" panggil Shasa dari ponselnya
"Sha! Kok gak cerita sih! Parah banget sumpah!"
Shasa menjauhkan ponsel dari telinganya karena teriakan Gaby yang memekik.
"Gab, santai dong ngomongnya! Iya, iya, aku memang sudah mau cerita, tapi karena kemarin lagi sibuk banget, jadi belum sempat." Jelas Shasa
"Kemarin Dion sempet telpon, katanya kamu marah banget sama dia. Terus dia cerita kalo kalian putus. Pas dia lanjutin alasan putusnya karena si Gia, langsung aja aku matiin telponnya. Kok bisa sih?" Cerita Gaby dengan nada kesal.
"Mereka tuh selingkuh Gab. Dion dan Gia. Aku lihat sendiri mereka jalan sambil pegangan tangan. Di kantor, lho. Di kantor! Pas dipergokin, dua-duanya gelagapan. Setelah aku cecar, mereka ngaku kalo sudah selingkuh dari 1 tahun yang lalu. Gila gak tuh?"
"Gila sih! Terus Gia nya gimana?" Sambar Gaby.
"Yaa, dia kayak merasa bersalah gitu. Tapi Dion malah ngebelain dia, dong. Kesal banget! Makanya langsung aku putusin aja dia di tempat."
"Terus?" Gaby penasaran dengan kelanjutannya.
"Si Dion kayak pasrah gitu. Dia bilang, kalo aku maunya kayak gitu, dia akan turutin. Gab, ini sebenarnya aku yang bodoh atau gimana sih? Aku percaya sama Gia karena kita udah berteman lama. Tapi apa? Gia malah merebut pacar temannya sendiri" Shasa mulai kecewa dan sedih.
"Nanti kalo aku pulang, aku jambak rambutnya si Gia itu!" Ancam Gaby marah.
Obrolan panjang berlanjut sepanjang malam sampai mengantuk. Malam itu, Shasa merasa sedih kembali mengingat kejadiannya dengan Dion dan Gia. Tapi, Shasa cukup lega karena sudah menumpahkan kekesalan dengan Gaby.
Hubungan Shasa dan Dion yang sudah berjalan 3 tahun, memang tidak mudah untuk langsung dilupaka n. Apalagi orang tua Shasa sudah mengenal Dion dan beberapa kali bertemu dengannya.
'Malam ini, aku akan hapus kamu dari mimpiku, Dion. Pergilah! Jangan berani lagi muncul di kehidupanku." Kutuk Shasa sambil memejamkan matanya dan mulai tidur.
*****
Asisten Haris sudah ada di apartemennya. Meskipun begitu, dia masih menatap layar laptopnya yang masih menyala. Kemudian, asisten Haris teringat kata-kata Komisaris Gusta sebelum kedatangan Leo.
"Haris, mungkin dia dingin dan kaku. Dia juga sangat berprinsip. Dia tidak besar bersamaku, tetapi aku bisa membaca hatinya. Dia adalah anak yang kesepian. Dia memilih untuk tidak membagi kekecewaannya dengan siapun. Dia memilih menjadi kuat."
Haris melihat sisi lain Komisaris Gusta saat itu. Dia bisa merasakan betapa Komisaris Gusta mengenal anaknya meskipun mereka berjauhan.
"Kau tahu, Haris? Betapa aku bisa merasakan energinya meskipun aku tak sering melihatnya. aku tidak tahu impiannya, tapi aku yakin Leo akan melihat mimpinya disini, saat dia menjadi presdir nanti. Haris, dampingi dia dan penuhi semua yang dia perlu. Pastikan semua berjalan sesuai keinginannya." Pinta Komisaris Gusta.
"Setelah ini, mungkin aku akan menjadi ayah yang kejam karena menghentikan mimpi anaknya di luar sana. Tapi, ini juga akan menjadi mimpi baru untuknya. Apakah aku terlihat seperti ayah yang tidak menyayangi putranya?" Tanya Komisaris Gusta sambil tersenyum getir.
Haris tidak banyak berkata-kata. Dia tidak melihat Komisaris Gusta yang sedang berbicara tentang presdir baru. Tetapi seorang ayah yang membicarakan putranya.
'Tuan Komisaris, anda terlihat menyayangi putra anda. Anda hanya tidak tahu bagaimana cara mengungkapkannya.' bisik asisten Haris dalam hati.
*****
bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Aqiyu
🤔🤔🤔
2021-07-13
0
D.R.S
terharu ama papanya...
2021-03-21
0
Joen Marlina Lengkey
👍👍👍👍
2020-11-18
0