Deg. Jantung Shasa tiba-tiba berdetak kencang mendengar kata-kata Leo.
'Apa yang dia maksud dengan baru ingin memulai?' Shasa bertanya-tanya dalam hatinya.
Leo masih menatap Shasa lekat, sedangkan Shasa masih belum bisa berkata-kata.
"Kau ingin aku terbiasa dengan keramaian? Kau ingin aku tidak lagi takut dengan keramaian?" Leo bertanya lagi. "Ajari aku. Tunjukkan padaku. Bukan hanya satu kali ini. Tapi seterusnya." Leo tak melepaskan pandangan matanya dari Shasa.
Deg. Deg. Deg. Hati Shasa sudah seperti mau meledak. Dia mencoba menyadarkan dirinya.
"Hahahahaha... Tuan, anda lucu sekali! Aku tidak menyangka anda bisa bercanda seperti ini." Shasa menggelengkan kepalanya sambil tertawa keras.
"Tidak pernah selangkah pun dalam hidupku aku ambil untuk bermain-main." Leo masih dengan wajah serius.
"Hahaha... Sudah malam Tuan, pasti anda lelah. Selamat beristirahat." Shasa ingin segera melarikan diri dari obrolan yang membuat jantungnya berdebar-debar ini.
"Kau boleh lari, tapi jangan pernah hentikan aku mengejar." Shasa benar-benar dibuat membeku dengan kata-kata Leo ini.
*****
Shasa pulang ke apartemennya dengan langkah lemas. Dia mengelus-elus dadanya mencoba menenangkan detakan jantung yang begitu cepat di dalamnya. Dia tak bisa berhenti memikirkan kata-kata Leo tadi.
"Huh! Dasar menyebalkan! Kalau aku sakit jantung, kau lah penyebabnya!" Shasa mengutuk Leo.
Shasa bergegas masuk ke kamarnya. Dia mandi dan kemudian berbaring di kasurnya. Dia terus terngiang-ngiang dengan kata-kata Leo yang berputar di otaknya.
"Aaaaaaaaaa! Aku bisa gila kalau kayak gini!" Shasa menghela napas dengan berat.
Tiba-tiba ponsel Shasa berdering. Satu pesan masuk.
Leo: Kau membuat kakiku pegal hari ini! Kau harus tahu, satu langkah kakiku ini bisa menghasilkan milyaran uang.
Shasa mendengus kesal membaca pesan dari Leo itu. 'Cih! Baru saja kau membuatku berdebar-debar, sekarang kau kembali jadi orang sombong menyebalkan!'
Dibalik kutukan Shasa itu, dia tidak bisa memungkiri rasa bersalahnya. Biar bagaimanapun, Leo adalah seorang presdir yang jiwa raganya menjadi penentu nasib ribuan pegawainya. Shasa sampai tertidur memikirkan apa yang telah dia lakukan kepada Leo.
Sementara Leo yang sedang santai di apartemennya, menunggu balasan pesan dari Shasa.
"Salah sendiri kenapa kau datang ke hidupku!" Leo tertawa kecil membayangkan wajah menggemaskan Shasa.
*****
Pagi ini, Leo masuk ke kantor dengan langkah sedikit tertatih. Dia kesakitan karena kakinya pegal semua. Dia membanting tubuhnya sendiri ke sofa di ruangannya.
"Haris, kau sudah hubungi Sam, kan? Kakiku ini seperti ada batunya." Leo mengeluhkan kakinya yang sakit.
"Sudah Tuan. Sebelum menjemput anda, saya sudah menelpon dokter Sam untuk ke datang ke kantor." Asisten Haris mencoba mengeluarkan sesuatu dari kantongnya. Dia menyodorkan sebuah kotak se-genggaman tangan ke meja Leo.
"Apa ini?" Leo bertanya sesuatu di mejanya itu.
"Sepertinya ini balsam. Biasanya untuk otot-otot yang pegal." Asisten Haris menjawab datar.
"Tidak. Aku tidak memakai obat sembarangan."
"Kalau begitu, akan saya kembalikan ke pengirimnya." Asisten Haris sudah ingin mengambil balsam dari meja Leo, tetapi tertahan dengan pertanyaan Leo.
"Pengirimnya? Siapa?"
"Nona Shafira. Tadi pagi saat menunggu anda di lobby apartemen, dia menitipkan ini untuk anda"
Leo tertawa kecil. "Baiklah, biarkan itu." Leo menunjuk ke kotak balsam di mejanya. Kemudian dia melihat-lihat kotak itu. "Bagaimana cara memakainya?"
Asisten Haris kaget dengan respon bosnya ini. Cepat sekali berubah kalau mendengar nama Shasa disebut. "Cukup dioleskan ke bagian yang sakit, Tuan."
"Hem... Baiklah. Kau bisa pergi."
Asisten Haris berbalik menuju pintu keluar ruangan.
"Haris!" Leo memanggil kembali. "Kalau nanti dia menitipkan sesuatu lagi padamu, jangan terima. Bilang padanya untuk memberikan langsung padaku."
Asisten Haris tersenyum dan menundukkan kepala untuk meng-iya-kan perintah Leo. Kemudian dia pun menutup pintu ruangan Leo.
*****
Shasa masih dengan kesibukannya di kantor, mempersiapkan peluncuran produk baru. Dia mulai bisa mengendalikan emosinya saat bekerja sama dengan Dion ataupun Gia. Shasa mulai melupakan semua kenangan buruknya dan hanya fokus dengan acara besar kantor yang tinggal beberapa hari lagi.
"Sha, buat acara launching nanti, mau pakai baju yang kayak gimana? Tadi manajer Lim bilang, kita bisa sewa baju aja." Tira bertanya ke Shasa sambil memandangi layar ponselnya.
"Memang harus pakai baju khusus ya?" Shasa masih sibuk dengan komputernya.
"Manajer Lim bilang, ini acara besar pertama setelah ada presdir baru. Jadi, acara makan malamnya harus dibuat se-mewah mungkin, termasuk pakaian orang-orang yang hadirnya."
"Hahaha... Terus saja pakai alasan karena presdir baru itu. Dia pasti gak akan lama betah di acara itu. Ketika acara peluncuran selesai, paling juga dia langsung pergi."
'Dia kan tidak suka keramaian. Setelah urusan pekerjaannya selesai, dia gak mungkin berlama-lama kan di acara yang ramai orang itu.' batin Shasa
"Kamu tahu dari mana Sha?" Tira bertanya penasaran.
"Em... Nebak aja sih. Hahahaha." Tidak mungkin kan Shasa menceritakan yang sebenarnya. Bisa-bisa dia dihujat oleh para fans presdir baru.
"Selama acaranya mewah dan sesuai level presdir, dia pasti suka acara itu." Tira malah membayangi yang indah-indah di acara nanti. "Sha, ini aku pesenin baju kamu sesukaku ya. Kelamaan nunggu jawaban kamu." Tira langsung menyadarkan dirinya dengan balik ke poin utama pembicaraannya dengan Shasa.
"Hemm..." Shasa masih serius dengan komputernya. 'Padahal bukan masalah mewahnya. Kalau kau buat acara yang hanya mengundang dia seorang saja, pasti dia akan betah di acara itu.' Shasa menggerutu dalam hati.
*****
bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Dirah Guak Kui
😅 pakai balsem, jadi ingat wkt ke Jogjakarta, jln2 Pasar Gede yg sepanjang lorongnya bau balsem semua/bau sirih yg nyempil di bibir
lucu sih/uniknya disitu, saya bawa adik/suaminya dari Singapure utk keliling kuliniran di Pasar, mereka pada antusias karna selain unik/mumer👍❤ lucu aja orang China
yg tdk bisa bahasa Indinesia, apalagi bahasa jawa😅 cara belinya pakai bahasa isarat/bahasa tubuh😅😅😅
tapi pada senang belanja oleh2 bagi mereka warga Sing emang mumer👍
2021-11-23
0
sry rahayu
wuih, dapet balsem cinta ya
2021-11-09
0
Joen Marlina Lengkey
seru
2020-11-19
0