Sepanjang perjalanan menuju tempat laura dan nana janji akan bertemu marfel terus saja diam. Pikiran pria tampan itu terus berpusat pada ariana, istri yang pernah sangat di cintainya.
Sampai sekarang marfel masih tidak menyangka ariana bisa berbuat seperti itu di belakangnya. Ariana menjalin hubungan terlarang dengan pria lain yang tidak lain adalah rekan bisnis marfel sendiri.
Marfel menarik napasnya dalam dalam dengan sangat pelan agar laura yang berada di sampingnya tidak tau. Dengan mulut marfel menghembuskanya berlahan. Marfel sebenarnya sangat terpukul tapi marfel tidak mau orang lain tau dirinya sedang lemah. Beruntung ada laura yang selalu di sampingnya dan tanpa sadar bisa menghibur juga mengalihkan perasaan marfel dengan sikap uniknya.
“Stop pak stop..”
Marfel mengeryit karna laura yang menyuruh supir pribadinya untuk berhenti. Marfel menatap kesekitar. Saat ini mereka ada di depan sebuah taman di pusat kota.
“Kenapa berhenti, apa kita sudah sampai?” Tanya marfel.
Laura menoleh kemudian tersenyum manis. Senyum yang berhasil membuat hati marfel merasa penuh juga hangat.
“Sudah tuan. Saya akan turun sebentar. Tuan disini saja sama pak supir. Jangan kemana mana ya tuan. Jangan tinggalin saya juga, soalnya saya nggak bawa uang buat ongkos ojek kalau tuan pulang duluan.”
Marfel menyipitkan kedua matanya. Niatnya ingin ikut laura adalah ingin tau siapa teman laura yang mengajak laura bertemu di taman itu.
“Kamu nyuruh aku tunggu di mobil?”
Laura menganggukan kepalanya dengan wajah polos. Laura memang tidak mau marfel bertemu dengan nana.
“Aku nggak mau.” Tolak marfel kemudian.
Kedua mata laura melebar.
“Kenapa?”
“Aku nggak suka menunggu. Dan aku mau ikut kamu turun dan ketemu sama temen kamu.” Jawab marfel tidak mau di bantah.
Laura berdecak. Keterlaluan memang jika dirinya menyuruh marfel untuk menunggunya di mobil. Tapi laura juga tidak mungkin mempertemukan marfel dengan nana. Semua itu akan berbuntut panjang dan membuat laura harus menjelaskan sesuatu yang laura sendiri tidak tau harus bagaimana mengatakanya pada nana.
“Tuan tapi..”
“Aku adukan kamu sama nenek kalau sampai kamu ninggalin aku di mobil.”
Laura mendelik sebal. Marfel mengancamnya. Dan ancaman marfel benar benar tepat sasaran. Laura sangat tidak mau membuat neneknya marah apa lagi sampai menegurnya.
“Tuan ngancam saya?”
Marfel melengos. Marfel merasa laura sepertinya tidak ingin siapapun tau bahwa marfel adalah suaminya.
“Dasar gadis menyebalkan. Mungkin kalau aku nggak lebih dulu mengaku sebagai suaminya di depan neneknya dia juga tidak mau mengakuiku sebagai suaminya kemarin.” Batin marfel kesal.
Laura menghela napas. Saat itu juga ponsel dalam tas selempang nya berdering. Laura merogoh tasnya dan mengeluarkan ponsel miliknya. Nama nana tertera disana. Dan laura menebak mungkin nana sudah tidak sabar karna terlalu lama menunggunya.
“Halo na..”
“Sebentar ya.. Nggak sampe 5 menit lagi aku sampai.”
Marfel memutar jengah kedua bola matanya. Teman laura seperti seorang pria yang tidak sabar menunggu kedatangan kekasihnya.
“Hhh.. Ya sudah tuan boleh ikut saya. Tapi tuan harus janji dulu sama saya..”
Laura menatap marfel yang melengos membuang muka. Laura tau marfel kesal padanya.
“Janji apa?” Tanya marfel menoleh pada laura.
Laura diam sesaat. Laura berharap marfel mau mengerti dirinya.
“Tuan nggak boleh mengenalkan diri sebagai suami saya. Tuan boleh mengatakan apa saja terserah tuan. Asal jangan bilang kalau tuan itu suami saya.”
“Memangnya kenapa? Kamu malu punya suami buta kaya aku?”
Laura berdecak. Marfel benar benar pria yang perasan.
“Bukan itu masalahnya tuan. Nana itu teman saya saat bekerja di cafe nyonya ariana. Nana juga pasti tau siapa tuan. Tuan tolong mengerti saya. Saya tidak bisa menjelaskan apa apa nanti kalau sampai nana tau dan bertanya tentang kita.”
Marfel menganggukan kepalanya. Marfel mencoba mengerti laura. Laura mungkin tidak mau di anggap sebagai orang ketiga dalam hubungan marfel dan ariana.
“Baiklah. Aku tidak akan mengatakan apapun.” Senyum marfel kemudian.
Laura menghela napas lega mendengarnya. Marfel pria yang baik yang pasti bisa memegang sendiri omonganya. Laura percaya itu.
“Ya sudah ayo tuan.”
Laura turun lebih dulu dari mobil kemudian membantu marfel turun dengan menuntun lengan kekarnya.
Marfel menatap kesekitar taman di pusat kota tersebut. Suasana taman itu begitu asri dan tampak teduh meskipun matahari sedang terik. Pengunjung di taman itu juga lumayan banyak dan kebanyakan dari mereka adalah sepasang muda mudi yang mungkin tidak semuanya juga adalah pasangan kekasih.
Senyum marfel berlahan mengembang. Entah kenapa berada di tempat itu bersama laura membuatnya merasa senang.
Laura yang melihat marfel tersenyum pun mengeryit bingung. Tidak mungkin jika marfel tersenyum tanpa sebab pikir gadis itu.
“Tuan kenapa tersenyum?” Tanya laura.
Marfel langsung tersadar kemudian menoleh pada laura.
“Ah enggak. Nggak papa kok. Oya laura, kita dimana sekarang?”
Marfel berpura pura tidak tau dan bertanya agar laura tidak curiga padanya. Marfel tidak mau laura tau bahwa dirinya hanya pura pura buta saja.
Laura menghela napas. Laura sendiri bingung kenapa nana mengajaknya bertemu di taman cinta itu. Nana juga bilang ingin mengatakan sesuatu yang penting padanya dan tidak bisa di katakan lewat telpon sehingga mereka harus bertemu. Laura yang mencoba menghargai nana pun akhirnya setuju karna bagaimanapun juga nana adalah teman baiknya yang juga sudah banyak membantunya dari dulu.
“Kita ada di taman tuan. Namanya taman cinta.” Jawab laura.
“Taman cinta?” Marfel mengeryit.
“Ya. Nana bilang semalam dia akan menunggu disini.”
“Memangnya harus di taman cinta ini? Nggak ada tempat lain apa?”
Laura hanya mengedikkan kedua bahunya tidak tau.
“Sudahlah. Ayo tuan..”
Tidak mau ambil pusing laura pun akhirnya mengajak marfel untuk masuk ke dalam taman cinta yang ada di pusat kota tersebut. Laura tidak memikirkan apapun saat itu. Yang ada di pikiranya hanya rasa ingin taunya tentang apa yang ingin di katakan nana padanya.
“Semoga nggak ada sangkut pautnya sama cafe deh.” Batin laura.
Laura tersenyum ketika mendapati nana yang sedang duduk di atas rumput hijau sambil memainkan ponselnya. Mungkin nana mencoba mengusir rasa jenuh karna menunggunya terlalu lama dengan memainkan game yang ada di ponselnya.
Sedang marfel, pria itu kebingungan karna laura mengajaknya ke tempat yang cukup sepi. Di hamparan luas rumput hijau itu tidak ada siapa siapa selain dirinya dan laura juga pria berkaos kuning terang yang berada tidak jauh dari mereka berdua.
“Kita sudah sampai laura?” Tanya marfel.
“Ya tuan. Kita sudah sampai. Teman saya sudah disini.”
Marfel mengeryit. Marfel mulai merasa aneh karna disana memang tidak ada siapa siapa apa lagi wanita bernama nana.
Laura menuntun marfel kembali melangkah mendekat pada nana yang memang belum menyadari kehadiran laura dan marfel.
“Apa maksudnya ini? Kenapa malah mendekat pada pria berbaju kuning ini?” Batin marfel bertanya tanya.
“Nana !!”
Laura berseru membuat nana langsung menoleh. Nana tersenyum kemudian bangkit dari duduknya dan langsung berlari mencegat laura yang sedang menuntun marfel.
Marfel terkejut bukan main. Marfel pikir nana adalah seorang wanita. Tapi ternyata nana teman laura adalah seorang pria.
“Apa apaan ini?!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 222 Episodes
Comments
Muliana Nasir
kenapa nana namax si thor, geli2 aja cowok nama nana
2023-07-22
0
Mami Ani Aryani
nana supriana 😂😂
2023-07-11
0
Sri Astuti
sama kita jg tertipu
2022-12-30
0