Laura terus menundukan kepalanya selama ijab kobul pernikahan berlangsung. Laura benar benar tidak tau harus apa dan bagaimana. Lehernya bahkan terasa kaku untuk sekedar di gerakan. Kini laura berada di antara orang orang kaya yang sama sekali tidak laura tau siapa.
Kata sah yang di katakan dengan mantap oleh para saksi pernikahan laura dan marfel beberapa menit tadi bahkan masih begitu jelas terdengar di telinga laura.
“Mah, pah.. Marfel mau ke kamar.”
Laura menelan ludahnya. Entah seperti apa rupa suaminya. Laura memang pernah mendengar nama marfel chandra. Pengusaha tampan yang terkenal dermawan. Tapi laura tidak pernah melihat bagaimana rupa marfel. Dan sekarang dirinya sudah sah menjadi istri kedua marfel baik menurut hukum agama maupun negara. Benar benar seperti mimpi.
“Tuhan.. Jika memang ini hanya mimpi tolong bangunkan hamba..” Batin laura.
“Ah ya fel.. Biar mamah anter ya..”
Lina bangkit dari duduknya di samping tedy kemudian melewati beberapa kerabat dekatnya yang menjadi saksi pernikahan ke 2 putra tunggalnya. Lina membantu marfel bangkit dari duduknya dan menjauh dari laura yang tidak berani mengangkat kepalanya selama acara sakral itu berlangsung.
“Emm.. Pah ana juga kayanya harus pergi. Ada urusan mendadak di caffe..”
Tedy hanya menganggukan kepalanya. Entah bagaimana perasaan ariana terhadap marfel sekarang tedy terus bertanya tanya.
Setelah ariana berlalu juga kerabat yang lain tedy menghela nafas. Tidak ada pesta pernikahan megah seperti saat marfel dan ariana menikah. Pernikahan marfel dan laura bahkan terkesan tertutup dan hanya di hadiri oleh kerabat dekat tedy dan lina.
“Kamu..” Panggil tedy menatap laura yang terus diam di kursinya dengan kepala tertunduk.
Laura mengeryit. Tidak ada siapa siapa di ruangan luas itu selain dirinya yang tidak tau harus bagaimana. Tubuhnya terasa sangat kaku sekarang.
“Apa tuan itu memanggilku?” Batin laura memainkan ujung kebaya putih yang di kenakanya.
“Maaf, maksud saya laura. Tolong angkat kepala kamu.”
Laura menelan ludahnya susah payah. Suara tedy begitu tegas juga lantang. Laura takut jika ternyata keluarga kaya raya itu tidak bisa menerimanya dengan baik. Laura takut nasibnya sama seperti tokoh utama dalam sebuah drama. Di aniaya dan terus di sakiti. Di jadikan pembantu dan di kurung di gudang penuh kecoa dan tikus yang menjijikan.
Laura pernah menonton sebuah drama dimana tokoh utamanya adalah istri kedua. Laura takut apa yang di alami tokoh utama itu juga akan laura alami sebentar lagi. Laura di jadikan budak dan di suruh bekerja tanpa batas waktu setiap hari.
“Ya tuhan.. Tolong berikan hamba kekuatan untuk bisa menghilang dari tempat ini..”
Laura berharap bahkan memohon pada tuhan untuk sesuatu yang tidak mungkin. Saking cemasnya laura sampai berpikir terlalu panjang. Entah cemas atau memang laura terlalu terbawa perasaan saat menonton drama di televisi sehingga sampai menyangkut pautkan drama tersebut dengan kehidupan nyatanya.
“Laura..” Ulang tedy memanggil.
Laura menghirup dalam dalam oksigen di sekitarnya kemudian menghembuskanya berlahan lewat mulut.
“Semangat laura. Tuhan selalu bersama orang orang yang baik. Kamu orang baik. Tuhan akan melindungimu dari mereka semua.”
Pelan pelan laura mengangkat kepalanya. Laura mengangguk hormat saat tatapanya bertemu dengan tatapan tedy yang duduk di sofa tidak jauh dari kursi tempat laura duduk.
“Saya tuan..”
Tedy menyipitkan kedua matanya.
“Kamu memanggil saya tuan?”
Laura meringis. Laura tidak tau apa yang salah dari panggilanya. Tapi laura memang merasa harus memanggil tedy dengan sebutan tuan sama seperti laura memanggil ariana.
“Hh.. Kemari..”
Laura tergagap. Tedy memintanya untuk mendekat.
“Eemm.. Tu tuan.. Saya.. Saya..”
“Panggil saya papah. Kamu bagian dari keluarga ini sekarang.” Sela tedy telak.
Laura langsung terdiam. Memanggil tedy dengan sebutan papah. Rasanya akan sangat kikuk.
“Ayo kemari. Ada yang mau papah bicarakan.”
Laura melongo. Tedy menyebut dirinya sebagai papah seperti sedang mengajari laura agar laura memanggilnya dengan sebutan papah seperti yang di katakanya tadi.
“Ba baik tuan.. Eemm.. Maksud saya papah..” Ringis laura memgangguk ragu.
Laura menghela nafas. Jantungnya berdetak 2 kali lebih cepat dari biasanya. Di ruangan luas dan megah itu tidak ada siapa siapa selain dirinya dan papah mertuanya. Dan laura khawatir jika ternyata tedy adalah papah mertua yang jahat dan suka membully orang baru di rumahnya.
“Jangan konyol laura. Ini bukan masa orentasi siswa.” Lagi lagi laura membatin.
Laura bangkit dari duduknya kemudian melangkah mendekat ke sofa panjang yang di duduki tedy.
“Duduk.” Perintah tedy.
Laura semakin gelagapan. Tedy menyuruhnya untuk duduk.
“I iya..”
Laura duduk di lantai di samping sofa yang di duduki tedy. Laura benar benar bingung sekarang. Berhadapan langsung dengan tedy tanpa ada siapapun yang menemaninya membuatnya gugup juga takut.
Tedy menghela nafas dan menggelengkan kepalanya. Tedy bingung, entah gadis manis di depanya itu terlalu polos atau memang bodoh.
Tedy tersenyum tipis. Jika tedy terlalu menuntut agar laura menurutinya mungkin laura akan takut padanya. Laura terlihat sangat polos dan lugu membuat tedy tidak tega jika harus berbicara dengan nada tinggi apa lagi memerintah.
“Baiklah. Papah yang mengalah.”
Tedy bangkit dari duduknya kemudian mendekat pada laura dan mengikuti laura duduk di lantai tanpa alas apapun.
“Apa papah harus ikut duduk di bawah juga supaya kamu merasa setara?” Tanyanya.
Laura membuka mulutnya tapi tidak tau harus berkata apa. Apa yang di lakukan papah mertuanya sungguh membuatnya terkejut.
“Oke.. Begini laura. Marfel, suami kamu bukan orang yang sempurna. Dia banyak kekurangan. Dan dia juga buta. Papah harap kamu bisa menerimanya dan bisa berbakti dengan baik padanya.”
Laura mengerjapkan beberapa kali kedua matanya. Tedy sedang memberikan petuah padanya atau sedang memulai mendidiknya agar menjadi istri yang baik untuk marfel, putranya.
“Marfel mungkin akan menyusahkan kamu nantinya. Marfel juga akan sangat membutuhkan kamu dalam segala hal. Jadi papah minta tolong untuk sabar menghadapinya nanti.”
Laura semakin khawatir. Tedy berpesan agar laura sabar. Dan laura merasa itu seperti sebuah pemberitahuan bahwa suaminya adalah pria galak juga jahat.
“Kamu tidak perlu khawatir nak, marfel pria yang baik.” Senyum tedy kemudian.
Laura terkejut. Tedy seperti bisa membaca apa yang ada di pikiran laura.
----
Laura berdiri di depan pintu bercat hitam mengkilat yang begitu tinggi. Seorang asisten rumah tangga bernama mbok onah tadi mengantarnya dan mengatakan bahwa itu adalah kamar pengantinya dan marfel.
“Apa yang harus aku lakukan sekarang?”
Laura mencubiti tanganya sendiri pertanda dirinya sedang bingung. Berdiri di depan kamar pengantinya membuat laura merasa gugup juga takut secara bersamaan. Laura memang polos, tapi laura tidak bodoh. Laura tau apa yang akan di lakukan sepasang suami istri di dalam kamarnya.
“Tuhan.. Tolong.. Hamba belum siap..”
Laura menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Tidak ada siapa siapa disana selain dirinya.
“Apa aku kabur aja?”
Pikiran jelek mulai mempengaruhi laura.
“Eh tapi.. Kalau aku kabur nanti aku di laporin ke polisi terus aku bisa jadi buronan dong..”
“Nggak nggak.. Aku nggak boleh ingkar janji.. Nenek sudah di operasi. Dan aku berhutang pada nyonya ariana.”
Laura terus berdiri di depan pintu kamar bercat hitam mengkilat dimana marfel berada. Laura terus berusaha melawan pikiran pikiran jelek yang membuatnya ragu.
“Laura.”
“Akh !!”
Laura memekik saat seseorang menepuk pelan pundak kananya. Gadis itu langsung melompat dari tempatnya membuat lina ikut terkejut karna pergerakan cepat itu.
“Ya tuhan.. Nyonya.. Ma maaf..”
Laura langsung menundukan kepalanya. Entah darimana munculnya wanita baya itu. Padahal laura tadi tidak melihat siapa siapa selain dirinya disana.
Lina terdiam sesaat. Gerakan laura begitu cepat dan membuatnya kaget.
“Mamah, panggil saya mamah.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 222 Episodes
Comments
Memyr 67
memang pernikahan kedua, kalau belum cerai dari istrinya, bisa ya? sah secara agama dan negara.
2023-05-10
1
susi 2020
😲😲😲😲
2022-12-20
0
susi 2020
🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄
2022-12-20
0