Laura menyuapi marfel dengan sangat telaten. Mereka berdua duduk di lantai dengan karpet berbulu tebal warna putih sebagai alasnya. Awalnya marfel menolak namun karna alasan laura yang mengatakan “Pamali tuan makan di kasur” marfel pun dengan terpaksa menuruti kemauan istri mudanya itu.
“Kamu nggak makan laura?” Tanya marfel yang memang melihat sendiri makanan di piring laura masih utuh tak tersentuh.
“Saya nanti saja tuan. Yang penting tuan kenyang dulu.”
Marfel tertawa pelan. Rasanya memiliki pengasuh pribadi lumayan menyenangkan menurutnya.
“Kok ketawa. Kenapa?” Tanya laura mengangkat sebelah alisnya.
“Lucu aja. Aku udah kaya bayi ya apa apa harus orang lain yang membantu.”
Laura tampak berpikir sebelum akhirnya mengangguk menyetujui apa yang di katakan marfel. Laura juga selalu berpikir marfel seperti balita lemah yang tidak bisa melakukan apa apa sendiri.
“Laura, masakan kamu enak.”
Laura tersenyum mendengar pujian marfel. Laura belajar memasak sejak masih duduk di bangku SMP. Dan yang mengajarkanya memasak adalah nenek tercintanya.
“Ngomong ngomong tentang nenek.. Bagaimana keadaanya sekarang? Nenek.. Tian.. Laura kangen..” Batin laura.
Marfel mengeryit melihat ekspresi laura yang berubah sendu. Marfel bisa menebak laura sedang memikirkan sesuatu.
“Apa boleh aku minta izin sama tuan marfel untuk menemui nenek juga mencari pekerjaan baru?”
Laura kembali membatin dengan tatapan sendu pada marfel yang berpura pura tidak bisa melihat apapun. Laura merasa tidak bisa diam saja. Pekerjaan sangat laura butuhkan saat ini. Berapapun gajinya asal bisa membiayai pengobatan nenek dan sekolah adiknya laura akan melakukanya.
“Tuan..”
“Ya..”
Laura menghela napas mencoba meyakinkan dirinya. Laura tidak bisa hanya diam di rumah megah itu. Laura butuh pekerjaan agar bisa menghasilkan uang untuk nenek dan adiknya.
“Kenapa laura?”
Marfel mengeryit. Ekspresi laura berubah sendu dan tampak sedih juga ragu.
“Tuan.. Saya di pecat dari caffe tempat saya bekerja.”
Marfel menyipitkan kedua matanya.
“Kenapa?”
Laura menggelengkan kepalanya. Entah apa alasan ariana memecatnya laura tidak tau. Tapi laura tidak bisa lagi bekerja disana karna ariana sendiri yang sudah mengancamnya.
Sadar marfel tidak akan bisa melihat gelengan kepalanya laura pun berkata.
“Saya tidak tau tuan.”
Marfel menganggukan kepalanya. Tatapanya terarah tepat pada wajah manis laura yang tampak kebingungan. Marfel ingin sekali tau apa yang sedang di pikirkan laura tapi rasanya tidak mungkin jika marfel bertanya.
“Saya butuh pekerjaan tuan. Saya butuh uang untuk nenek dan adik saya. Maka dari itu besok siang saya izin mau mencari pekerjaan juga mengunjungi nenek saya.”
“Memangnya berapa yang kamu butuhkan?”
Ekspresi marfel berubah. Marfel berpikir laura sedang berusaha mencari simpatinya demi uang.
“Apa maksud tuan?” Tanya balik laura.
“Aku bisa berikan uang berapapun yang kamu minta laura. Bukankah aku suami kamu sekarang?”
Laura tertawa mendengarnya. Marfel memang suaminya secara hukum negara juga agama. Tapi laura sadar pernikahanya hanya sebuah tugas. Tugas untuk mengurus marfel karna ariana sudah berjasa membiayai operasi neneknya juga memberikan tempat tinggal yang layak untuk nenek dan adiknya.
“Terimakasih tuan. Tapi saya bukan orang yang suka memanfaatkan keadaan. Saya memang istri tuan. Tapi itu juga karna tugas dari nyonya ariana.” Senyum laura.
Laura menelan ludahnya. Entah kenapa dadanya terasa sesak. Ucapan marfel tentang berapa uang yang laura butuhkan membuat laura merasa sedikit terhina.
“Saya masih punya tenaga tuan. Saya tidak mau menerima uang secara cuma cuma.” Lanjut laura.
Marfel terdiam. Laura begitu tenang menolak tawaranya.
“Kamu istriku laura. Semua beban yang kamu pikul sudah seharusnya kamu serahkan padaku.”
Laura tersenyum. Laura bukan orang seperti itu.
“Tidak tuan. Saya hanya minta izin untuk keluar besok. Itu saja.”
Marfel tidak bisa berkata kata. Laura benar benar gadis yang baik dan tidak suka memanfaatkan keadaan. Padahal jika gadis lain mungkin sudah berfoya foya dengan apa yang marfel miliki. Tapi laura tidak, Laura tetap ingin berusaha dan mencari uang sendiri untuk orang terkasihnya.
“Tuan mau makan lagi?” Tawar laura karna makanan di piring marfel masih tinggal separuh.
“Ah nggak. Aku udah kenyang. Sekarang kamu yang makan laura.”
Laura menganggukan kepalanya. Di letakanya piring berisi makanan marfel. Laura terdiam menatap makanan di piringnya.
“Nenek.. Tian.. Apa kalian sudah makan?”
Laura membatin dengan air mata yang tanpa sadar menetes. Namun cepat cepat laura menghapusnya. Laura tidak ingin menjadi orang yang lemah. Laura harus kuat demi nenek dan adiknya.
Marfel yang menyaksikan sendiri kesedihan laura hanya bisa diam. Marfel tidak bisa berbuat apa apa karna sandiwara yang sedang di lakoninya.
“Bagaimana? Enakan tumis kangkung sama ayam gorengnya?”
Marfel sengaja bertanya untuk mengalihkan kesedihan laura. Meskipun kecil kemungkinan bisa berhasil.
Laura tertawa kemudian menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Makanan yang di siapkan sendiri oleh mamah mertuanya.
“Ya tuan. Ini resep dari nenek saya.” Jawab laura.
Laura menghela napas. Laura tidak tau apakah adik dan neneknya sudah makan atau belum sekarang. Laura sudah menghubunginya sebelum memasak tadi tapi tidak bisa terhubung.
“Eemm.. Besok aku ikut kamu yah. Aku temenin kamu cari kerjaan baru. Aku juga ingin bertemu dengan nenek dan adik kamu.” Senyum marfel.
Laura terdiam sesaat. Laura membayangkan jika marfel mengikutinya mencari pekerjaan baru. Marfel pasti akan sangat merepotkanya. Marfel harus di tuntun saat berjalan. Dan jika sampai laura lengah sedikit saja marfel bisa saja berjalan sendiri seperti orang bodoh di tengah jalan.
“Tuan tapi...”
“Aku janji tidak akan merepotkan.”
-----
Di tempat lain ariana baru saja selesai dari kamar mandi. Wanita cantik yang sudah berganti baju memakai handuk kimono berwarna putih bersih itu menghela napas. Ariana melangkah menuju ranjang king zise yang berada di seberang tempatnya tadi berdiri kemudian mendudukan dirinya disana.
“Sudah hampir 20 menit aku menunggu.” Gumamnya.
Ariana meraih ponselnya. Wanita cantik dengan rambut tergerai itu mulai menghubungi seseorang yang memang sedang di tunggunya.
“Kamu dimana? Kenapa lama sekali?”
Ariana langsung melontarkan pertanyaan dengan nada kesal. Wajar saja, karna ariana bukan tipe wanita yang sabar.
“Aku sudah di lobi hotel sayang.. Sabar ya.. Sebentar lagi aku sampai.”
“Oke, cepetan.”
Ariana memutuskan sambungan telponya setelah itu. Ariana kembali meletakan ponselnya di atas nakas kemudian meraih parfum yang memang selalu ariana bawa kemana mana. Ariana menyemprotkan parfum berharga mahal itu ke area leher dan pergelangan tanganya.
Sekitar 5 menit menunggu orang yang di tunggu ariana akhirnya datang. Dia adalah seorang pria dengan wajah tampan yang tidak lain adalah rekan bisnis marfel. David begitu biasa ariana memanggilnya.
Ariana bangkit dari duduknya kemudian langsung melangkah mendekat dan memeluk david yang masih berdiri di depan pintu kamar hotel tempatnya bertemu dengan selingkuhanya itu.
“Kamu wangi sekali sayang.” Bisik david tepat di telinga ariana.
Ariana langsung melepaskan pelukanya dan menatap david serius.
“Ada yang ingin aku bicarakan. Ini penting.” Katanya.
David mengangkat dua alisnya kemudian tersenyum manis. Di peluknya mesra pinggang ramping ariana.
“Apa itu sayang?”
“David aku serius. Ini tentang kita juga marfel.”
“Hhmm.. Ada apa dengan pak marfel? Bukankah dia sudah buta? Lalu apa lagi yang kamu permasalahkan?”
Ariana melepaskan tangan besar david yang memeluk pinggangnya. Ariana kemudian menjauh dari david dengan posisi memunggungi pria bersetelan jas maroon itu.
“Aku yakin marfel melihat kita malam itu? Kamu nggak lupa kan marfel mengalami kecelakaan juga karna mengejar kita?”
David mengeryit.
“Lalu?”
Ariana berdecak. David benar benar tidak bisa membaca pikiranya kali ini.
“Aku takut kita ketahuan. Aku takut marfel tau semuanya. Aku nggak siap kalau harus kehilangan dia.”
David menghela napas. Dari awal memang david hanya pria simpanan bagi ariana. Dan david menyadari itu.
“Lalu apa rencana kamu?”
Ariana memutar tubuhnya menatap david dengan tatapan kesal.
“Aku nggak bisa berpikir apa apa kali ini david. Aku nggajak kamu ketemu sekarang untuk meminta saran bukan untuk mendengar pertanyaan bodoh dari kamu.”
David berdecak. Ariana memang tidak pernah benar benar mau menjalin hubungan serius denganya. Padahal jika ariana mau david bisa lebih membuat ariana bahagia.
“Lalu kamu mau aku melakukan apa?” Tanya david kemudian.
Ariana menggelengkan kepalanya. Ariana tidak akan bisa tanpa marfel. Meskipun memang ariana mencintai david tapi cintanya pada marfel jauh lebih besar.
“Jangan temui aku dulu untuk beberapa bulan ke depan david.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 222 Episodes
Comments
Muliana Nasir
tipe istri gak bersyukur
2023-07-21
1
fitriani
ariana situ waras gak sih???? sana sini mw.... y elah emang situ oke bgt apa🤔🤔🤔🤔🤔
2022-07-22
0
sur yati
itulah manusia punya suami tampan tajir melintir baik mertua baik istri selingkuh kurang ajar kurang kerjaan bgt pa yg d cari coba org kya gitu
2022-06-29
0