Laura mengeryit ketika tidak mendapati tidak ada siapapun di dalam kamarnya dan marfel. Padahal tadi mamah mertuanya mengatakan marfel sedang menunggunya.
”Dia kemana?”
Suara gemericik air dari pintu kamar mandi membuat laura menoleh. Laura merasa heran, marfel bisa masuk ke kamar mandi tanpa bantuan darinya.
“Apa mungkin dia memang sebenarnya nggak buta? Tapi untuk apa?”
Ceklek
Pintu kamar mandi terbuka memunculkan marfel yang basah kuyup dengan pakaian yang masih lengkap menempel di tubuhnya.
“Ya tuhan.. Tuan..”
Laura terkejut. Seketika prasangkanya pada marfel langsung sirna.
“Kamu kenapa lama sekali sih?”
Laura menatap marfel dari atas sampai bawah. Tubuhnya basah kuyup dengan air yang menetes dari setiap ujung rambut bahkan ujung jarinya.
“Kamu tau bukan aku tidak bisa melakukan semuanya sendiri. Tugas kamu disini mengurus aku.”
Laura memejamkan kedua matanya sesaat. Hari ini benar benar hari tersialnya. Sudah di keluarkan dari pekerjaan, di hina oleh ariana, dan sekarang di omeli oleh marfel.
“Tuan, tadi saya bantuin mbok onah masak.”
“Aku tidak perduli.” Sela marfel dingin.
Laura mengerucutkan bibirnya. Tanganya ingin sekali ******* ***** kepala marfel sekarang juga.
“Huft.. Sabar laura. Kamu harus sabar..”
“Sekarang kamu bantu aku buka baju.” Perintah marfel dengan nada kesal.
Seketika ekspresi laura langsung berubah. Laura tampak gugup dan itu bisa di baca langsung oleh marfel yang menatapnya. Diam diam marfel tersenyum. Entah kenapa melihat ekspresi laura yang gampang sekali berubah membuat marfel merasa lucu dan gemas.
“Tuan tapi kan.. Tuan kan udah basah kuyup. Nanti yang ada saya ikutan basah dong..”
Laura mencoba menolak dengan sebuah alasan.
”Biar saya panggilin nyonya ariana ya tuan..”
“Kamu lupa dengan tugas kamu laura?”
Laura menelan ludahnya. Laura tidak lupa dengan tugasnya sebagai istri kedua marfel. Sebenarnya laura lebih pantas di sebut sebagai pengasuh marfel bukan istri marfel.
“Kamu istriku laura. Aku buta. Dan sudah menjadi tugas kamu untuk mengurus semua yang aku butuh.”
“Lalu bagaimana dengan nyonya ariana tuan? Bukankah dia juga istri tuan?”
Marfel terdiam. Ariana sudah tidak lagi mengharapkanya. Ariana sudah menemukan cinta lain selain cintanya di luar sana.
Marfel melengos menghindari tatapan laura. Marfel tidak mau terlihat kecewa apa lagi patah hati hanya karna ariana tidak lagi setia padanya.
“Ya sudah kalau kamu tidak mau.”
Marfel kemudian membalikan tubuhnya. Dan saat hendak melangkah kembali menuju kamar mandi marfel terpeleset karna lantai yang licin akibat tetesan air yang menetes dari tubuh basah kuyup marfel.
“Tuan !!”
Laura memekik dan langsung menubruk tubuh marfel yang hendak mendarat ke lantai. Namun karna keseimbangan marfel yang cukup bagus, laura justru yang terjerembab jatuh ke lantai tepat di depan kedua kaki marfel.
Laura meringis merasakan sakit di bagian belakangnya. Gadis itu jatuh dengan posisi duduk yang pasti membuat siapa saja yang melihatnya tertawa.
Marfel ingin sekali tertawa. Tapi marfel menahanya. Laura pasti akan curiga jika marfel tertawa.
“Ya tuhan.. Sakit banget.. Aduh..”
Laura mengaduh kesakitan. Untung saja posisi jatuhnya duduk. Jika tidak mungkin akan lebih sakit lagi.
“Laura? Kamu tidak apa apa?”
Laura mendongak. Laura merasa heran sebenarnya. Marfel jelas jelas sudah mau mendarat di lantai, tapi entah kenapa justru malah dirinya yang terpeleset. Padahal niat laura baik yaitu ingin menolong marfel yang hampir terjatuh.
“Sakit sekali tuan...” Adu laura kesakitan.
Marfel tidak tega melihat istrinya meringis kesakitan. Andai marfel tidak sedang pura pura buta marfel pasti membantunya untuk berdiri.
“Kamu kenapa laura?”
Laura berdecak. Ingin sekali rasanya laura menarik tangan marfel agar ikut terjatuh sama seperti dirinya. Tapi laura tidak mungkin melakukanya. Laura bukan orang jahat yang suka menindas orang lemah. Apa lagi marfel buta dan tidak bisa melakukan apa apa sendiri.
“Saya jatuh tuan..” Kesal laura menatap marfel.
“Kamu dimana. Sini biar aku bantu..”
Laura memutar jengah kedua bola matanya. Bagaimana mungkin marfel bisa membantunya sedang melepas bajunya sendiri saja marfel tidak bisa.
“Nggak usah tuan. Saya bisa sendiri.”
Marfel hanya diam. Laura sangat lucu saat terjatuh karna ingin menolongnya tadi. Tapi laura juga bisa membuat marfel merasa tidak tega secara bersamaan.
Laura berusaha bangkit meskipun rasa sakit di bagian tubuh belakangnya semakin terasa saat dirinya bergerak. Laura benar benar tidak menyangka jika hari ini dirinya mendapat kesialan bertubi tubi.
“Tuan hati hati kalau jalan.. Lantainya licin karna air yang menetes dari badan tuan.”
Meskipun merasa kesal tapi laura juga merasa mempunyai tanggung jawab atas marfel. Bayi raksasa yang harus di asuhnya.
Tidak mau membuat marfel celaka laura pun segera mengambil kain keset yang ada di depan pintu kamar mandi. Laura mengelap lantai yang basah itu meskipun terus meringis menahan sakit akibat jatuh tadi.
Selesai mengelap lantai yang basah, laura kemudian berjongkok di depan kedua kaki marfel.
Marfel yang terkejut sontak memundurkan langkahnya membuat laura mengeryit heran.
“Laura kamu..”
“Sepatu tuan basah. Jadi biar saya bantu lepas. Nanti tuan jatuh saya juga yang repot.” Sela laura.
Marfel terdiam. Laura gadis yang benar benar bisa mengemban amanah dan juga bertanggung jawab. Laura bahkan tidak mementingkan dirinya yang sedang kesakitan dan terus mengurus marfel yang sejatinya jauh lebih kuat segalanya darinya.
Setelah melepaskan sepatu marfel, laura juga melepas kaos panjang berwarna putih yang di kenakan marfel. Meskipun laura melakukanya dengan wajah memerah seperti udang rebus karna merasa malu melihat marfel bertelanjang dada di depanya.
“Tuan mau makan apa?” Tanya laura setelah marfel rapi dengan piyamanya.
“Aku mau makan di kamar saja ya. Lagi malas turun.”
Laura mengangguk. Mungkin marfel memang sedikit merasa susah saat menuruni anak tangga karna penglihatanya yang gelap dimana mana.
“Baik. Lalu apa yang ingin tuan makan malam ini?”
Marfel terdiam sejenak. Tiba tiba marfel teringat akan ucapan mamahnya yang mengatakan laura sedang memasak bersama mbok onah dan pekerja lainya.
“Kamu bilang tadi kamu bantuin mbok masak. Apa yang kamu masak?”
Laura mengangkat kedua alisnya. Laura tidak yakin marfel menyukai masakanya.
“Hanya ayam goreng dan tumis kangkung. Selebihnya mbok onah yang masak.”
Marfel tersenyum mendengarnya. Selama menikah dengan ariana marfel tidak pernah sekalipun di masakan oleh ariana. Jangankan memasak, membuat teh manis untuk marfel saja ariana tidak pernah. Dan sekarang istri marfel tidak hanya ariana tapi juga ada laura. Gadis manis dengan segala ke unikanya.
“Ya sudah aku makan pake ayam dan tumis kangkungnya saja. Aku pengin rasain gimana rasanya masakan istri aku.” Kata marfel tersenyum.
Laura tersipu mendengarnya. Kata “istri aku” yang di lontarkan oleh marfel membuat laura merasa gugup juga malu.
“Em... Ya sudah saya keluar ambil makanan buat tuan.”
Tanpa menunggu jawaban dari marfel, laura pun segera bergegas keluar dari kamar. Gadis itu menghela napas ketika berada di depan pintu di luar kamarnya dan marfel. Entah kenapa laura merasa malu saat marfel menyebutnya “istri aku”.
“Ingat laura. Tugas kamu hanya mengurus marfel.”
Laura memejamkan kedua matanya saat suara hatinya mengingatkan. Laura kemudian membuka kembali kedua matanya.
“Aku nggak boleh berharap apapun pada tuan marfel. Dia bukan suami yang sesungguhnya untukku. Dia hanya balita raksasa yang harus kamu urus setiap hari laura.”
Di dalam kamar marfel tertawa pelan. Laura benar benar gadis yang unik, lucu, namun baik hati. Laura juga sangat manis dan menggemaskan menurut marfel.
“Andai saja kamu seperti laura ana.. Mungkin aku akan sangat bahagia memiliki kamu..”
Marfel mengarahkan pandanganya ke dinding kamar bercat putihnya. Tidak ada photo pengantin seperti di kamarnya dan ariana. Tidak ada satupun photo mesra marfel dan laura seperti photonya bersama ariana di kamar mereka.
Marfel menghela napas. Di tatapnya tongkat yang menjadi alat penguat sandiwaranya. Semua orang di rumahnya tau dirinya buta.
“Aku harus secepatnya tau siapa pria itu.”
-----
“Mah pah.. Ana nggak makan malam di rumah ya malam ini. Ada kerjaan di caffe yang harus ana selesaikan.”
“Memangnya tidak bisa di tunda sampai besok nak?”
Lina tersenyum sinis mendengar pertanyaan yang di lontarkan suaminya. Lina merasa tedy sudah tidak perlu lagi bersikap lemah lembut pada ariana.
“Biarkan saja pah. Terserah dia mau kemana.” Timpal lina sambil menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.
“Mah..”
Tedy menoleh pada istrinya. Pria itu tau istrinya sangat kecewa dengan ariana yang selalu menyibukan diri di luaran sana.
“Eemm.. Nggak papa pah.. Kalau begitu ana pergi dulu yah..”
Ariana tetap tersenyum meskipun lina bersikap sinis padanya. Wanita dengan dress putih tulangnya itu kemudian berlalu setelah berpamitan pada tedy.
Lina menghela napas merasa jengah pada menantunya. Entah apa yang ada di pikiran ariana sehingga tidak pernah meluangkan waktunya untuk mengurus marfel yang buta.
“Laura, mana marfel?”
Pertanyaan tedy membuat lina menoleh. Lina tersenyum menatap laura yang berdiri di meja makan di seberangnya.
“Tuan marfel tidak mau makan disini pah. Dia bilang mau makan di kamar saja.”
Beritahu laura dengan hormat.
Tedy menganggukan kepalanya mengerti. Pria itu mengerti jika putranya tidak mau turun.
“Ya sudah kalau begitu biar mamah yang ambilin. Marfel mau makan apa katanya?”
“Eemm.. Tuan mau makan pake ayam goreng sama tumis kangkung katanya mah..” Jawab laura gugup.
Laura merasa sangat tidak enak. Tugas mengambilkan makanan untuk marfel adalah tugasnya, tapi mamah mertuanya justru mengambil alih tugasnya mengambilkan makanan untuk marfel dengan sangat semangat.
“Kamu juga harus makan ya laura. Biar sekalian mamah juga yang ambil.”
Tedy tersenyum menatap istrinya yang begitu semangat mengambilkan nasi dan lauk untuk putranya juga untuk pengurusnya laura.
Tedy tidak menampik aura laura memang bagus. Gadis itu mampu menebarkan kenyamanan juga mencairkan suasana hanya dengan kehadiranya saja. Dan entah kenapa tedy merasa putranya akan bahagia bersama istri keduanya.
“Kamu makan yang banyak ya laura.” Senyum tedy berkata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 222 Episodes
Comments
Muliana Nasir
mantap thor
2023-07-21
0
Mimi Sanah
hahahaha
2023-02-26
1
susi 2020
🤩🤩🤩😍😍😍
2022-12-20
0