Marfel menatap rumah sederhana yang ada di depanya. Rumah yang begitu bersih dan rapi dengan tanaman bunga indah di depanya.
“Ini rumah nenek?”
Marfel mengeryit mendengar gumaman laura.
“Kenapa laura? Bukankah kamu juga tinggal disini dulu?”
Laura diam. Tempat tinggalnya yang dulu hanya sebuah kontrakan 3 petak yang jika ada hujan turun pasti bocor dimana mana. Tapi sekarang tempat tinggal nenek dan adiknya sudah layak juga bagus. Laura tidak bisa memungkiri itu juga karna kebaikan ariana padanya. Padahal perjanjian awal mereka hanya membiayai operasi nenek laura dan laura akan menikah dengan marfel. Tapi ternyata ariana bahkan memberikan tempat tinggal untuk nenek dan adiknya.
“Eemm... Nggak papa tuan. Ayo masuk.”
Laura membuka pintu mobil dan turun dari mobil marfel. Laura juga tidak lupa membantu marfel yang tidak mungkin bisa turun sendiri dari mobil tanpa bantuan dari orang di sekitarnya.
“Pelan pelan tuan.”
Marfel tersenyum. Sebenarnya marfel juga merasa gerah dengan sandiwaranya. Marfel lelah harus berpura pura buta. Marfel juga lelah karna tidak bisa melakukan semuanya sendiri.
Laura melepaskan tuntunanya pada lengan kekar marfel saat sampai di depan pintu rumah baru neneknya. Laura sebenarnya bingung harus bagaimana mengucapkan terimakasihnya pada ariana. Wanita itu sudah banyak membantunya.
“Kenapa diam?”
Laura menoleh pada marfel yang berada di sampingnya. Tidak mau membuat marfel bingung laura pun segera mengetuk pintu bercat coklat tersebut.
Sekitar 15 menit menunggu pintu rumah nenek laura terbuka memunculkan sosok renta dengan tongkat sebagai penyangga tubuh rentanya.
“Nenek..”
Senyum laura mengembang bersamaan dengan air mata haru yang menetes membasahi pipinya. Laura benar benar merasa sangat bahagia juga lega. Neneknya sudah tampak sehat.
Laura segera memeluk erat tubuh renta neneknya. Laura sangat merindukan sosok penuh kasih sayang neneknya yang sudah berjasa mengurus dan mengajarinya berbagai hal sejak laura kecil.
“Laura kangen banget sama nenek..” Tangis laura di balik punggung neneknya.
Nenek laura tersenyum. Di balasnya lembut pelukan erat laura. Wanita tua renta itu mengusap penuh kerinduan punggung cucu pertamanya.
“Nenek juga sangat merindukan kamu nak.. Kamu kemana saja? Kenapa tidak pernah pulang?”
Laura melepaskan pelukanya. Neneknya pasti bingung karna laura menghilang secara tiba tiba dan hanya mengabarinya lewat sambungan telpon.
“Dia siapa?”
Nenek laura menatap bingung pada marfel yang hanya diam dengan tatapan lurus di samping laura.
“Ah iya nek.. Kenalin ini tuan marfel. Dia..”
Laura menggantungkan ucapanya. Laura belum menceritakan apapun tentang pernikahanya dengan marfel.
“Nek, saya marfel. Suaminya laura.” Senyum marfel memperkenalkan diri pada nenek laura.
Nenek laura terlihat terkejut juga bingung. Laura belum pernah menikah tapi tiba tiba ada pria tampan yang mengenalkan diri sebagai suami dari cucu kesayanganya. Di tambah lagi marfel mengulurkan tanganya ke arah yang tidak semestinya.
Laura yang mengerti dengan kebingungan sang nenek hanya bisa meringis. Mungkin setelah ini neneknya akan marah.
“Eemm.. Nek.. Dia buta.” Bisik laura pada neneknya.
Nenek laura mengangguk mengerti. Wanita tua renta itu kemudian meraih tangan marfel dan membenarkan posisinya. Nenek laura menjabat tangan besar marfel mantap.
“Saya neneknya laura tuan.” Senyum nenek laura.
Nenek laura memang bingung juga terkejut. Namun tetap terlihat tenang.
“Nanti saja aku tanyakan pada laura.” Batin nenek laura bergumam.
“Panggil saja saya marfel nek. Tidak perlu dengan embel embel tuan.” Senyum marfel.
“Tapi laura memanggil tuan..”
“Oh itu panggilan sayangnya untuk saya nek.” Balas marfel terus mengembangkan senyuman di bibirnya.
Nenek laura melirik laura yang hanya diam di sampingnya. Ada banyak pertanyaan yang bersarang di kepala nenek laura. Mulai dari bantuan ariana yang bertubi tubi hingga pria yang tiba tiba mengaku sebagai suami cucunya.
“Baiklah, nak marfel.” Senyum nenek laura kemudian.
“Laura ajak suamimu masuk.”
Laura mengangguk dengan ringisanya. Laura tau neneknya sedang bertanya tanya. Laura juga tau semuanya terasa mendadak juga mengejutkan. Tapi itu tidak berlaku pada neneknya saja. Laura pun masih sangat tidak menyangka dengan statusnya sekarang.
“Ayo tuan..”
Laura kembali menuntun marfel dan mengajaknya masuk ke dalam rumah sederhana neneknya. Dan setelah laura membantu marfel duduk di sofa ruang tamu, neneknya membisikan sesuatu dan menyuruhnya untuk ikut mengikutinya.
“Tuan mau minum apa?” Tanya laura pada marfel.
“Eemm.. Apa aja.” Senyum marfel menjawab.
“Ya sudah. Sebentar saya ambil kan minum. Tuan jangan kemana mana.”
“Iya laura..”
Setelah laura berlalu dari hadapanya marfel menghela napas. Marfel menyenderkan punggungnya di sandaran sofa. Pandanganya menyapu keseluruh ruangan yang sangat rapi dan bersih itu. Marfel mengangkat sebelah alisnya. Barang barang di ruangan itu masih terlihat baru.
“Apa ini juga pemberian dari ariana?” Gumam marfel bertanya tanya.
Marfel sebenarnya bingung. Entah apa maksud dari ariana menyuruh untuk laura menikah denganya. Padahal jika hanya alasan mengurus ariana bisa menggaji seorang suster untuk merawat marfel di rumah.
“Apa memang dia berniat membuangku? Apa mungkin memang dia sudah tidak lagi mencintaiku?”
Marfel merasa sesak. Rumah tangganya dengan ariana sudah terjalin lama. Dan sebelum menikahpun mereka berdua memang sudah menjalin hubungan manis. Tapi entah kenapa tiba tiba ariana berpaling dari marfel dan menjalin hubungan dengan pria lain di belakangnya. Ariana bahkan terus melarikan diri saat marfel mengalami kecelakaan karna mengejarnya dan selingkuhanya.
“Takdir.. Lucu sekali kau mempermainkanku..” Tawa marfel merasa miris dengan nasib cintanya.
----
“Kapan kamu menikah laura? Kenapa tidak bilang sama nenek dulu?”
Laura berhenti mengaduk teh manis yang sedang di buatnya untuk marfel. Laura memang tidak mengatakan bahwa dirinya akan menggantikan uang itu dengan dirinya menjadi istri kedua marfel. Laura tau neneknya pasti akan melarang dan menolak untuk di operasi jika tau.
“Nek.. Sebelumnya laura minta maaf banget. Laura mengaku salah karna tidak dulu minta izin sama nenek. Tapi laura melakukan itu karna laura tau nenek pasti akan melarang dan menolak untuk di operasi.”
“Apa maksudnya laura?”
Laura menghela napas. Mungkin ariana juga tidak memberitahu neneknya.
“Nenek tau nyonya ariana? Dia yang membiayai operasi nenek. Tapi dengan syarat laura harus menikah dengan suaminya yang buta. Yaitu tuan marfel.”
“Ya tuhan...”
Nenek laura menutup mulutnya terkejut. Padahal nenek laura berpikir ariana memang malaikat yang di utus tuhan untuk menolongnya dan kedua cucunya.
“Laura menjadi istri ke 2 tuan marfel nek.. Laura juga nggak mau seperti ini. Tapi laura juga tidak mau jika harus melihat nenek terus sakit sakitan..”
Air mata laura menetes saat mengatakanya. Jasa neneknya sudah begitu besar padanya. Dan laura merasa dirinya harus bisa membalas jasa neneknya dengan membahagiakan sang nenek di masa tuanya.
Melihat cucu kesayanganya meneteskan air mata nenek laura langsung mengulurkan tangan menghapusnya. Wanita tua itu merasa sangat bersyukur tapi juga merasa bersalah secara bersamaan. Laura tumbuh menjadi pribadi yang baik dan tidak hanya mementingkan dirinya sendiri.
“Tuan marfel sepertinya orang baik nak. Percaya sama nenek, tuhan tidak pernah tidur. Tuhan tau bagaimana hambanya. Dan tuhan juga lebih tau bagaimana cara membalas hambanya yang baik.”
Laura tersenyum dengan menganggukan kepalanya. Laura kemudian memeluk kembali tubuh renta neneknya penuh sayang.
“Udah sana kasih tehnya untuk suami kamu. Kasihan dia menunggu sendirian di ruang tamu.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 222 Episodes
Comments
Fitry Hidayati
aku jadi nyesek bacanya jadi ikut ikutan nagis ,sedih thor
2022-05-06
0
naina
ada yang punya tisu ngk,, aku kok jadi iku nyesek baca ceritanya😔..
2022-05-02
0
Eny Aprelia
nenek az setuju Thor😀
2022-04-02
0