Aretha dan Devano telah tiba di Cafe xxx sesuai dengan janji Devano, langsung saja Aretha mencari tempat yang agak jauh dari Devano untuk menelfon ketiga sahabatnya. Butuh waktu 15 menit bagi ketiga sahabatnya sampai dilokasi, disana Aretha sudah menyambut kedatangan mereka diparkiran agar mereka tidak tahu bahwa itu semua rencana Aretha dan Devano.
“Adik beneran Kak Devano ada disini?” tanya Nanda setelah keluar dari mobil.
“Iya Kakak pertama, dijamin bener” jawab Aretha sambil mengedipkan sebelah matanya.
“Darimana lo tahu?” tanya Novi penasaran.
“Kebetulan banget gue lagi jajan disini, eh taunya Mas Devano masuk, gak tahu nunggu siapa?” jawab Aretha santai.
“Gilak, kenapa lo terus punya keberuntungan kayak gini sih, gue jadi iri” protes Nanda.
“Dah lah daripada ngobrol yang gak jelas gini, buruan kita samperin Kak Devano, keburu pergi ntar” sahut Anin yang mulai tidak sabar.
Mereka langsung masuk ke Cafe mengikuti Aretha, setelah sampai didalam Aretha menunjukkan dimana Devano berada. Tentu saja ketiga sahabatnya sangat senang melihat Devano disana, ternyata yang dikatakan Aretha benar adanya. Aretha tidak ikut menghampiri Devano karena dia sudah mendapatkan tanda tangannya, terlebih lagi dia juga tidak ingin rencananya ini diketahui oleh ketiga sahabatnya.
Selesai meminta tanda tangan mereka langsung menghampiri Aretha dan berjalan keluar bersama,
Nanda mengajak Aretha untuk bergabung dengan mereka. Awalnya Aretha menolak tapi karena mereka terus mendesak akhirnya Aretha menyetujui. Aretha langsung menghampiri Pak Ujang untuk pulang terlebih dahulu sekalian memberikan kabar pada mertuanya bahwa dia pulang terlambat, setelah dirasa beres mereka langsung berangkat menuju mall dengan mobil sport milik Nanda.
Dimall ketiga sahabatnya belanja banyak barang kecuali Aretha, dia hanya ikut memilihkan yang cocok untuk mereka karena pilihan Aretha sangat bagus dan memuaskan bagi mereka. Selesai berkeliling mereka memutuskan untuk istirahat dan makan karena hari sudah mulai malam.
“Adik kenapa lo kagak beli apa-apa?” tanya Nanda.
“Lagi gak pengen aja, soalnya gue baru shoping kemaren” jawab Aretha bohong, entah berapa kebohongan lagi yang akan Aretha katakan pada mereka yang jelas dia tidak mau memakai uang mertuanya, bagi Aretha mertuanya telah membiayai keluarganya dikampung itu sudah cukup, dia tidak mau menambah beban bagi mereka, terlebih lagi uang tabungan yang dia sisihkan waktu bekerja dulu masih ada untuknya jajan sendiri.
“Nih baju buat lo, tadi gue liat sangat cocok buat lo semoga aja pas” kata Nanda sambil menyerahkan tas belanja kepada Aretha.
“Jangan gitu lah, gue kagak enak kalau kayak gini” kata Aretha menolak.
“Udah anggap aja ini tanda persahabatan dari gue, buat gue ini bukan apa-apa” kata Nanda sambil meletakkan tas belanjaannya didepan Aretha.
“Udah terima aja Re, Nanda tidak suka ditolak” sahut Novi.
Akhirnya Aretha
menerima pemberian Nanda meskipun hatinya sangat berat, dia tidak pernah
menerima barang dari orang lain secara cuma-Cuma, kecuali dari keluarganya
Devano saat mereka sudah menikah.
“Nan buat kita mana?” tanya Anin sambil menunjuk kearah Novi dan dirinya.
“Kalian udah sering gue beliin, nah Retha kan belum pernah jadi jangan iri okay” sahut Nanda.
Mereka tertawa bersama melihat raut wajah Anin yang manyun, tak berapa lama hidangan yang mereka pesan telah tiba, tanpa komando mereka melahap habis makanan tersebut. Setelah selesai mereka bergegas pulang tapi Aretha menolak untuk diantar Nanda, kali ini mereka tidak bisa membujuk Aretha karena dia tidak mau mereka tahu bahwa dirinya tinggal dirumah Devano. Akhirnya mereka memutuskan untuk menemani
Aretha hingga taksi yang dipesan Aretha tiba, setelah itu mereka akan pulang dengan mobil milik Nanda.
Waktu sudah menunjukkan pukul 08;00 malam saat Aretha tiba dirumah, dia bergegas masuk kerumah karena ini pertama kalinya Aretha pulang malam, dan lihat saja saat Aretha tiba diruang tamu Devano telah berada disana menunggunya.
“Darimana?” tanya Devano dengan raut wajah marah seperti biasanya.
“Main sama temen-temenku” jawab Aretha sedikit takut.
“Dimana?” tanya Devano sambil berjalan kearah Aretha.
“Mall” jawab Aretha dengan menundukkan kepala, nyalinya selalu menciut jika berhadapan dengan Devano hingga dia tidak berani menatap Devano.
Devano merampas tas belanja yang Aretha bawa dan melihat isinya.
“Dari siapa?” tanya Devano dengan suara agak tinggi dari sebelumnya.
“Apa?” tanya Aretha semakin takut.
Devano melemparkan baju yang dia ambil dari tas belanja Aretha hingga mengenai muka Aretha, tentu saja hal itu membuat Aretha semakin takut dan gemetar.
“Tidak mau jawab?” tanya Devano dengan nada dan ekspresi yang sama.
“Dari,,dari Nanda” jawab Aretha menahan air matanya agar tidak jatuh.
“Berikan semua kartu yang Papa kasih, dan pergi kekamar” kata Devano memarahi Aretha seperti seorang Ayah yang memarahi anaknya karena berbuat salah.
Aretha langsung mengambil dompetnya dari dalam tas dan mengeluarkan semua kartu yang Pak Wildan
berikan, dia menyerahkan pada Devano dan berlari menuju kamarnya. Aretha sudah tidak bisa membendung air matanya lagi, mungkin Devano berfikir kalau dirinya telah menghamburkan uang Papanya, begitulah yang ada difikiran Aretha.
Sesampainya didalam kamar Aretha langsung menjatuhkan dirinya keatas ranjang dan menangis, dia menutup wajahnya dengan bantal agar tidak ada yang mendengar tangisannya. Baginya menangis adalah proses paling magis ketika hendak melepaskan semua hal yang menghimpit perasaan.
Penulis masih pemula, saran dan kritikan dari pembaca sangat diperlukan untuk perkembangan karya, dan terimakasih atas dukungannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
CahayaTerpuji
sung go kong, kaka pertama 🤣🤣
2022-02-25
0
Shikechil Ykc
kok retha waktu pertama kali kumpul sahabat langsung bilang "lo-gue" padahalkan dia dari kampung biasanya pake bahasa yang masih halus
2021-12-12
1
Shanti Siti Nurhayati Nurhayati
suka suka 💃💃
2021-12-11
3