Waktu sudah menunjukkan pukul 08;00, semua mahasiswa dan mahasiswi baru telah berkumpul
dilapangan kampus. Pembukaan ospek yang akan dilakukan selama seminggu telah
dimulai, segala pidato dan sambutan telah dilakukan dengan lancar. Sekarang
tibalah kegiatan ospek yang dipimpin oleh kakak panitia, tak terlebih lagi
Devano sebagai ketua panitia tersebut.
“Kenapa 4 orang bodyguard Mas Devano juga ikut sebagai panitia?” tanya Aretha kepada Nanda
dengan berbisik agar tidak ketahuan oleh panitia.
“Mereka itu sahabat Kak Devano sejak kecil bukan bodyguard” jawab Nanda lirih.
“Sangat romantis ya persahabatan mereka sampai membantu Mas Devano kaya bodyguard segala” batin
Aretha.
Kegiatan ospek hari ini sangat melelahkan, baru setengah hari saja sudah membuat mahasiswa dan
mahasiswi baru menguras tenaga. Terlebih lagi Aretha dan tiga temannya yang
mendapat panitia perempuan yang sangat galak, dia menguras habis tenaga mereka
dengan PBB tanpa ada istirahat sedikitpun.
Saat istirahat Aretha melihat Devano dari kejauhan yang sedang duduk santai sambil memainkan
ponselnya, kadang ada beberapa kakak panitia yang modus memberikan snack
ataupun minuman pada Devano, namun Devano tidak peduli sama sekali dan tetap
memainkan ponselnya.
“kayaknya adik baru kita ini juga kesengsem sama kak Devano” celoteh Novi dengan
senyum-senyum.
Merasa yang disindir tidak respon Novi langsung mencubit pipi Aretha dengan gemas.
“Awh sakit” ringis Aretha.
“Salah sendiri Kakak pertama sedang bicara tapi kagak digubris sama sekali” kata Novi dengan
manyun.
Nanda dan Anin yang melihat tingkah Novi langsung tertawa.
“Hei Nov, gue yang nemuin si unyu ini, jadi gue yang jadi kakak pertama bukan lo” protes
Nanda.
“Ya deh gue jadi yang kedua” sungut Novi.
“Sudah jangan berantem sebagai kakak Aretha kalian harus akur dan melindungi adik manis ini”
kata Aretha dengan wajah sok imutnya.
Mereka bertiga tertawa melihat tingkah Aretha yang menggemaskan, selama ini mereka selalu
monoton selain mengagumi Devano tidak ada lagi pembahasan yang ada, namun
setelah ada Aretha jadi tambah satu lagi idola yang menggemaskan begitu pikir
mereka.
Jam istirahat telah selesai semua kembali berkumpul dilapangan, berhubung hari pertama
kegiatan ospek hanya dilakukan setengah hari saja. Namun sebelum pulang mereka
diberi tugas untuk besok jadi tidak perlu berkumpul lagi dilapangan, tugasnya
adalah mengumpulkan tanda tangan seluruh panitia ospek, kecuali jika bisa
mendapatkan tanda tangan dari sang ketua maka sudah mewakili semua panitia. Tentu
saja semua sangat antusias untuk mengejar Devano sebagai ketua panitia,
terutama para gadis yang paling tergila-gila dengan ketampanan Devano. Waktu
mengumpulkan tanda tangan adalah 2 hari bagi yang gagal akan menerima hukuman
dari kakak panitia.
“Daripada minta ke Mas Devano lebih baik minta kesemua panitia saja” batin Aretha.
Setelah bubar Aretha langsung pulang dengan Pak Ujang sopir pribadinya, badan Aretha terasa
sangat remuk dan lemas. Sesampainya dirumah Aretha langsung sholat dhuhur dan
merebahkan badannya keranjang.
Devano membuka pintu kamar Aretha begitu saja, karena dia tahu Aretha sedang tidur jadi dia
tidak ingin membangunkan Aretha. Devano membuka tas Aretha dan mengambil
selembar kertas yang telah dibagikan oleh panitia ospek tadi, dia langsung
memberikan tanda tangannya disana dan mengembalikan lagi kedalam tas Aretha.
Devano tersenyum melihat wajah kelelahan Aretha, dia lalu pergi dan menutup
pintu dengan pelan agar tidak membangunkan Aretha.
Tok tok tok
Aretha menggeliat saat ada yang mengetuk pintunya, dia memakai jilbabnya dan berjalan dengan
malas kearah pintu, bahkan saat membuka pintu mata Aretha masih terpejam dan
menyandarkan kepalannya pada tembok.
“Hei kecil ini sudah jam berapa? Kamu masih molor aja” kata Devano ketus.
Aretha terkejut saat mendengar suara Devano, dan benar saja ternyata yang mengetuk pintu
kamarnya adalah Devano.
“Mas Devano? Ada apa?” tanya Aretha.
“Lo tidur apa pingsan? Dipanggil dari tadi tidak bangun-bangun” kata Devano dengan nada
galaknya.
“Maaf Mas” jawab Aretha dengan menundukkan kepala, sungguh Aretha sangat takut jika harus
berhadapan dengan Devano. Selain tampangnya yang selalu masam dengan Aretha dia
juga galak dan cuek, jantung Aretha selalu berdebar dengan cepat karena takut.
“Dah lah buruan mandi dan siap-siap kita akan diner diluar” kata Devano.
“Berdua?” celetuk Aretha.
“Kamu pikir aku mau gitu makan berdua sama anak kecil?” jawab Devano semakin galak.
Aretha hendak menutup pintunya agar tidak melihat wajah menyeramkan Devano, namun Devano
langsung menghentikannya.
“Jangan lupa dandan biar nggak malu-maluin nanti disana” kata Devano.
Aretha tidak menjawab dan langsung menutup pintu kamarnya, Aretha sangat frustasi dengan
sikap dingin Devano padanya. Tapi Aretha tetap berusaha tegar dan berfikir
positif karena mereka menikah karena dipaksa jadi Devano juga pasti marah dan
frustasi.
Dibalik itu Devano tersenyum dan pergi meninggalkan kamar Aretha.
Penulis masih pemula, saran dan kritikan dari pembaca sangat diperlukan untuk perkembangan karya, dan terimakasih atas dukungannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Putri Pink
sok galak sok jutek,diem" baik jg yaa😄😄
2022-03-16
0
Perwitorini Sumarjati
ceritanya bagus, tapi penulisan dengan spasi yang tidak stabil bikin baca agak susah ..
2022-03-10
1
CahayaTerpuji
jgn2 dia memang suda dr awal ni ya thor
2022-02-25
0