04

Waktu sudah menunjukkan pukul 08;00, semua mahasiswa dan mahasiswi baru telah berkumpul

dilapangan kampus. Pembukaan ospek yang akan dilakukan selama seminggu telah

dimulai, segala pidato dan sambutan telah dilakukan dengan lancar. Sekarang

tibalah kegiatan ospek yang dipimpin oleh kakak panitia, tak terlebih lagi

Devano sebagai ketua panitia tersebut.

“Kenapa 4 orang bodyguard Mas Devano juga ikut sebagai panitia?” tanya Aretha kepada Nanda

dengan berbisik agar tidak ketahuan oleh panitia.

“Mereka itu sahabat Kak Devano sejak kecil bukan bodyguard” jawab Nanda lirih.

“Sangat romantis ya persahabatan mereka sampai membantu Mas Devano kaya bodyguard segala” batin

Aretha.

Kegiatan ospek hari ini sangat melelahkan, baru setengah hari saja sudah membuat mahasiswa dan

mahasiswi baru menguras tenaga. Terlebih lagi Aretha dan tiga temannya yang

mendapat panitia perempuan yang sangat galak, dia menguras habis tenaga mereka

dengan PBB tanpa ada istirahat sedikitpun.

Saat istirahat Aretha melihat Devano dari kejauhan yang sedang duduk santai sambil memainkan

ponselnya, kadang ada beberapa kakak panitia yang modus memberikan snack

ataupun minuman pada Devano, namun Devano tidak peduli sama sekali dan tetap

memainkan ponselnya.

“kayaknya adik baru kita ini juga kesengsem sama kak Devano” celoteh Novi dengan

senyum-senyum.

Merasa yang disindir tidak respon Novi langsung mencubit pipi Aretha dengan gemas.

“Awh sakit” ringis Aretha.

“Salah sendiri Kakak pertama sedang bicara tapi kagak digubris sama sekali” kata Novi dengan

manyun.

Nanda dan Anin yang melihat tingkah Novi langsung tertawa.

“Hei Nov, gue yang nemuin si unyu ini, jadi gue yang jadi kakak pertama bukan lo” protes

Nanda.

“Ya deh gue jadi yang kedua” sungut Novi.

“Sudah jangan berantem sebagai kakak Aretha kalian harus akur dan melindungi adik manis ini”

kata Aretha dengan wajah sok imutnya.

Mereka bertiga tertawa melihat tingkah Aretha yang menggemaskan, selama ini mereka selalu

monoton selain mengagumi Devano tidak ada lagi pembahasan yang ada, namun

setelah ada Aretha jadi tambah satu lagi idola yang menggemaskan begitu pikir

mereka.

Jam istirahat telah selesai semua kembali berkumpul dilapangan, berhubung hari pertama

kegiatan ospek hanya dilakukan setengah hari saja. Namun sebelum pulang mereka

diberi tugas untuk besok jadi tidak perlu berkumpul lagi dilapangan, tugasnya

adalah mengumpulkan tanda tangan seluruh panitia ospek, kecuali jika bisa

mendapatkan tanda tangan dari sang ketua maka sudah mewakili semua panitia. Tentu

saja semua sangat antusias untuk mengejar Devano sebagai ketua panitia,

terutama para gadis yang paling tergila-gila dengan ketampanan Devano. Waktu

mengumpulkan tanda tangan adalah 2 hari bagi yang gagal akan menerima hukuman

dari kakak panitia.

“Daripada minta ke Mas Devano lebih baik minta kesemua panitia saja” batin Aretha.

Setelah bubar Aretha langsung pulang dengan Pak Ujang sopir pribadinya, badan Aretha terasa

sangat remuk dan lemas. Sesampainya dirumah Aretha langsung sholat dhuhur dan

merebahkan badannya keranjang.

Devano membuka pintu kamar Aretha begitu saja, karena dia tahu Aretha sedang tidur jadi dia

tidak ingin membangunkan Aretha. Devano membuka tas Aretha dan mengambil

selembar kertas yang telah dibagikan oleh panitia ospek tadi, dia langsung

memberikan tanda tangannya disana dan mengembalikan lagi kedalam tas Aretha.

Devano tersenyum melihat wajah kelelahan Aretha, dia lalu pergi dan menutup

pintu dengan pelan agar tidak membangunkan Aretha.

Tok tok tok

Aretha menggeliat saat ada yang mengetuk pintunya, dia memakai jilbabnya dan berjalan dengan

malas kearah pintu, bahkan saat membuka pintu mata Aretha masih terpejam dan

menyandarkan kepalannya pada tembok.

“Hei kecil ini sudah jam berapa? Kamu masih molor aja” kata Devano ketus.

Aretha terkejut saat mendengar suara Devano, dan benar saja ternyata yang mengetuk pintu

kamarnya adalah Devano.

“Mas Devano? Ada apa?” tanya Aretha.

“Lo tidur apa pingsan? Dipanggil dari tadi tidak bangun-bangun” kata Devano dengan nada

galaknya.

“Maaf Mas” jawab Aretha dengan menundukkan kepala, sungguh Aretha sangat takut jika harus

berhadapan dengan Devano. Selain tampangnya yang selalu masam dengan Aretha dia

juga galak dan cuek, jantung Aretha selalu berdebar dengan cepat karena takut.

“Dah lah buruan mandi dan siap-siap kita akan diner diluar” kata Devano.

“Berdua?” celetuk Aretha.

“Kamu pikir aku mau gitu makan berdua sama anak kecil?” jawab Devano semakin galak.

Aretha hendak menutup pintunya agar tidak melihat wajah menyeramkan Devano, namun Devano

langsung menghentikannya.

“Jangan lupa dandan biar nggak malu-maluin nanti disana” kata Devano.

Aretha tidak menjawab dan langsung menutup pintu kamarnya, Aretha sangat frustasi dengan

sikap dingin Devano padanya. Tapi Aretha tetap berusaha tegar dan berfikir

positif karena mereka menikah karena dipaksa jadi Devano juga pasti marah dan

frustasi.

Dibalik itu Devano tersenyum dan pergi meninggalkan kamar Aretha.

Penulis masih pemula, saran dan kritikan dari pembaca sangat diperlukan untuk perkembangan karya, dan terimakasih atas dukungannya.

Terpopuler

Comments

Putri Pink

Putri Pink

sok galak sok jutek,diem" baik jg yaa😄😄

2022-03-16

0

Perwitorini Sumarjati

Perwitorini Sumarjati

ceritanya bagus, tapi penulisan dengan spasi yang tidak stabil bikin baca agak susah ..

2022-03-10

1

CahayaTerpuji

CahayaTerpuji

jgn2 dia memang suda dr awal ni ya thor

2022-02-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!