Aretha tiba di kampus dengan Nanda bersamaan dengan Devano yang selesai memarkir mobilnya,
Devano penasaran dengan siapa Aretha datang dia memutuskan untuk berhenti sejenak dengan memainkan ponselnya, setelah Nanda melepas helemnya Devano segera pergi dari tempat itu.
“Makasih ya kakak pertama” kata Aretha.
“Nyantai aja, bay the way kenapa lo tadi jalan?” tanya Nanda heran.
“Ban mobil gue bocor ” jawab Aretha,
“Whats? Lo gila? Kenapa kagak pesan taxi?” tanya Nanda terkejut.
“Niatnya mau bolos tadi, pesan atau nggak pasti udah telat nyampai disini, oh ya kakak jago
banget naik motornya, gue jadi kagum” kata Aretha mengalihkan pembicaraan.
“Gue suka balap liar, heheh” kata Nanda cengar cengir.
Nanda dan Aretha bergegas menuju halaman kampus sebelum jam ospek dimulai, disana Anin dan Novi
telah menunggu kedatangan mereka. Seperti tugas yang diberikan dari panitia
bagi yang tidak berhasil mengumpulkan tanda tangan maka akan mendapatkan
hukuman, dan tentu saja dari sekian banyak peserta hanya mereka berempat yang
lolos dari hukuman.
Dibalik itu Aretha juga bernafas lega karena bukan hanya dia saja yang lolos dari hukuman,
jadi tidak akan ada perempuan yang cemburu atau suudzon kepadanya. Waktu
setengah hari dihabiskan untuk memberikan hukuman pada peserta ospek, sedangkan
Aretha dan ketiga sahabatnya hanya duduk melihat saja. Setelah memberikan
hukuman tiba waktunya untuk semua peserta ospek istirahat sebelum menerima
tugas berikutnya.
“Hei apa ini?” tanya Bimo sambil memperlihatkan kertas tanda tangan milik Aretha dan ketiga
temannya, Bimo,Erick,Lucky dan Ricard adalah sahabt Devano sejak kecil. Mereka
juga yang menjadi bodyguard dadakan Devano saat bertemu dengan fans fanatik Devano yang menggila.
“Tanda tangan” jawab Devano tanpa menghentikan aksinya untuk bermain game.
“Gue tahu, tapi sejak kapan lo jadi baik gini? Atau ada yang lo taksir diantara mereka?” tanya
Bimo penasaran.
“Kepo banget lo” jawab Devano tanpa memperhatikan Bimo sama sekali.
“Tapi bener kan?” tanya Bimo yang terus mendesak Devano agar mendapatkan jawaban akurat.
Devano menghela nafas kasar dan mematikan ponselnya, dia menoleh kearah Bimo dengan tatapan
kesal. Sahabatnya satu itu selalu antusias sekali dengan kehidupan pribadinya,
apapun itu akan dia korek hingga tak tersisa,
“Waktu itu gue sedang nongkrong dicaffe, nah mereka tiba-tiba muncul entah dari mana? Ya
terpaksa gue kasih daripada gue dikerumuni mereka berempat, lo tahu sendiri kan
gue paling benci di kerumuni cewek” jawab Devano dengan raut wajah kesalnya.
“Salah lo sendiri kagak ajak kita kalau pergi” kata Bimo nyrocos.
Devano mengambil sepatunya seperti hendak melemparkan pada Bimo, melihat hal tersebut Bimo
langsung angkat tangan, dia tidak mau ambil resiko jika Devano sudah mulai
marah seperti itu. Tidak berapa lama Lucky,Erick dan Ricard datang dengan
makanan dan minuman yang telah mereka beli.
“Lagi ngomongin apa sih?” Tanya Lucky sambil membagikan makanan dan minuman yang dibawanya.
“Itu bos kita lagi jatuh cinta” celoteh Bimo sambil makan.
Devano yang mendengar ucapan Bimo langsung melempar sedotan kearah Bimo.
“Lah Clara dikemanain?” tanya Ricard yang mendapatkan lemparan sedotan juga dari Devano.
“Sialan lo” kata Devano.
“Dah lah kalian ini suka sekali mengganggu Devano” kata Lucky dengan tertawa. Sedangkan Erick
hanya geleng kepala melihat tingkah mereka.
Setelah istirahat selesai semua peserta ospek dikumpulkan kembali, kali ini Devano sendiri yang
memberikan pidato kepada mereka, Devano juga mengumukan bahwa kegiatan ospek
akan diadakan diluar kampus selama 3 hari. Devano memerintahkan pada panitia
untuk menyerahkan selebaran pada peserta ospek, apa saja yang harus mereka bawa
dan berapa biayanya karena mereka akan tinggal disebuah penginapan.
Setelah selesai memberikan penjelasan dan arahan, Devano membubarkan mereka untuk segera pulang
dan mempersiapkan segala kebutuhan yang akan dibawa. Banyak peserta wanita
merasa senang karena mereka bisa bertemu dengan Devano lebih lama, begitu juga
dengan Nanda, Anin dan Novi, mereka sudah tidak sabar menantikan hari esok
untuk keberangkatannya. Hanya Aretha yang merasa murung dengan kegiatan
tersebut, entah kenapa dia merasa tidak senang.
Aretha tiba dirumah bersamaan dengan Devano meski dia dijemput Pak Ujang, Aretha terus
berjalan tanpa memperdulikan Devano yang berjalan disampingnya. Devano
tersenyum tipis melihat sikap Aretha yang masih kesal padanya, entahlah semakin
Aretha marah semakin terlihat lucu bagi Devano.
“Hei kecil, kamu belum belanja hari ini” kata Devano setelah memeriksa ponselnya.
“Siapa bilang? Udah kok” jawab Aretha bohong.
“Memangnya aku anak SD sampai kamu bohongin” kata Devano sambil menahan Aretha agar berhenti.
“Dari mana mas tahu aku belanja atau belum” tanya Aretha.
“Ini” Devano memperlihatkan isi ponselnya, ternyata Devano telah memasang aplikasi dari
setiap kartu miliknya, jadi Devano bisa tahu jika kartu itu digunakan atau tidak.
Aretha menelan salivanya saat kebohongannya dengan mudah diketahui Devano, maklum Aretha tidak
terlalu mengerti tentang kecanggihan tekhnologi jaman sekarang.
“Nanti aku akan belanja beberapa snack untuk dibawa besok” sungut Aretha.
“Dasar anak kecil” sahut Devano meninggalkan Aretha.
Aretha tidak habis fikir dengan Devano, sikapnya seperti bunglon yang sering berubah-ubah
begitu saja, jika harus memilih Aretha lebih suka sikap Devano yang manis daripada
sikap marah dan juteknya.
Penulis masih pemula, saran dan kritikan dari pembaca sangat diperlukan untuk perkembangan karya, dan
terimakasih atas dukungannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Maritza Hanan
suka ceritanya
2022-05-30
0
Maya Ratnasari
by the way
2022-03-10
0
finza ridho diamonds
imut malahan
2022-02-28
0