Pagi sekali Aretha sudah bangun dan menjalankan sholat subuh, mungkin
karena belum terbiasa dengan kamar barunya hingga membuat Aretha sulit tidur.
Selesai sholat Aretha ingin melihat-lihat seisi kamarnya yang belum dia lihat
dengan teliti semalam, mulai dari tempat tidur, kamar mandi yang besarnya
membuat Aretha tercengang. Namun masih ada satu ruangan yang membuat Aretha
gelagapan tidak percaya yaitu ruang gantinya, setiap lemari memiliki kelompok
masing-masing, lemari kusus kemeja, lemari kusus kaos hingga tas sepatu dan
perhiasan sudah tertata rapi disetiap bagiannya.
“Serius? Ini semua milikku? Apa mereka memindahkan seisi mall kesini ya?” batin Aretha tidak percaya.
Aretha mengambil satu persatu dari setiap lemari dan mencobanya, anehnya semua yang dipakai
sangat pas dibadan Aretha, bahkan semua sepatu dan sandalnya sesuai dengan
ukuran kaki Aretha.
“Dari mana mereka tahu ukuran badanku? Apa ada semacam trik atau sulap? Ckckck orang kaya memang
susah dimengerti” batin Aretha lagi.
Setelah puas melihat seisi lemari Aretha memutuskan untuk memilih pakaian dan perlengkapan
yang akan dia pakai saat kuliah nanti. Meskipun Aretha sudah menjadi menantu
orang kaya namun dia tidak mau tampil vulgar, Aretha tetap ingin tampil apa
adanya tanpa harus memakai aksesoris dan perhiasan yang mencolok. Yah walaupun
baju,tas dan sepatunya barang brandet setidaknya bagi kaum bawahan seperti
dirinya tidak akan tahu jika semua itu harganya mahal.
Waktu menunjukkan pukul 06:00 WIB Aretha memutuskan untuk mandi, selesai melakukan ritual mandi
dan berdandan ala kadarnya Aretha bergegas untuk berangkat.
“Astaghfirulah” Aretha terkejut saat membuka pintu hingga mundur beberapa langkah, disana
Devano telah berdiri dengan menggendong satu selempang tas ranselnya. Jangan
lupakan wajah tampan yang membuat Aretha selalu terpesona untuk sesaat.
“A..ada apa mas?”tanya Aretha agak gugup, Aretha belum pernah berinteraksi dengan lawan jenis meski
usianya sudah dewasa. Orang Tua Aretha sangat tegas dalam mengatur pergaulan
Aretha maupun Adiknya. Jangankan memiliki pacar, teman lelaki saja Aretha tidak
punya. Jadilah Aretha yang tumbuh sebagai gadis polos dan pemalu.
“Memangnya aku jatuh kelantai sampai kamu liat lantai mulu? Tanya Devano ketus.
Aretha memilih diam tanpa menjawab pertanyaan Devano, baginya Aretha pasti sangat salah dimata
Devano. Jadi Aretha sudah siap dengan semua hinaan yang akan diberikan Devano
nantinya.
Melihat Aretha yang diam bagaikan patung Devano langsung melingkarkan lengannya pada pinggang
Aretha, Devano menarik pinggang Aretha agar mendekat padanya. Mendapat serangan
dadakan tentu saja Aretha langsung terkejut dan tanpa sadar langsung menatap
wajah Devano, saat itu pula kedua bola mata mereka bertemu. Devano mendekatkan
bibirnya pada telinga Aretha yang membuat Aretha meronta agar dirinya bisa
lepas dari Devano, namun semua itu sia-sia saja karena Devano jauh lebih tinggi
darinya. Bagi Devano seakan dia sedang memeluk anak kecil jadi sekuat apapun
Aretha meronta tidak membuat Devano bergerak sedikitpun.
“Dengarkan baik-baik karena aku tidak akan mengulangi lagi ucapanku, saat dikampus nanti jangan
sampai ada yang tahu kalau kita sudah menikah, dan lagi jika aku bertanya
segera dijawab karena aku benci diabaikan” kata Devano penuh penekanan.
Devano langsung melepaskan Aretha dan pergi begitu saja tanpa mau melihat reaksi atau jawaban
dari Aretha, sambil melangkah pergi Devano tersenyum tipis hingga orang yang
melihat tidak ada yang tahu jika Devano sedang tersenyum begitu juga Aretha.
Aretha melihat kepergian Devano dengan lemas, entah kenapa Aretha sangat susah bernafas saat
bersama Devano tadi, bahkan jantungnya berdebar sangat cepat seakan sedang lari
maraton, bahkan keringat dingin juga ikut hadir membuat Aretha seperti orang
yang sedang sakit, tapi entah sakit apa namanya? Aretha bingung memikirkannya.
Meskipun terasa berat Aretha berjalan menuruni anak tangga, disana Bu Ani telah menyambut
kedatangan Aretha untuk sarapan bersama. Aretha berusaha tenang agar Bu Ani
tidak curiga dengan apa yang sedang terjadi tadi.
“Sayang kita sarapan bertiga ya, Devano sangat sibuk jadi tidak pernah ikut sarapan bareng
kita” kata Bu Ani dengan ramah.
Memang benar Ibu adalah jantung rumah dalam keluarga, jadi sebesar apapun masalah yang kita
hadapi asal sudah melihat senyuman sang Ibu pasti terasa damai. Meskipun Bu Ani
adalah mertua Aretha tapi mampu memberikan kehangatan tersendiri bagi Aretha.
Bu Ani dan Aretha berjalan menuju meja makan bersama, disana sudah ada Pak Wildan yang menanti
kedatangan mereka sambil membaca koran. Bu Ani duduk disebelah kiri Pak Wildan
sedangkan Aretha duduk disebelah kanan berhadapan dengan Bu Ani. Saat mereka
sudah mulai makan Pak Wildan menyela untuk berbicara.
“Ini buat jajan kamu ya” Pak Wildan memberikan beberapa kartu kepada Aretha, ada kartu
debit,kredit,atm dan black card. Untuk kedua kalinya Aretha terkejut hingga
tersedak makanan yang baru masuk kedalam mulutnya.
“Masih pagi sudah dibuat terkejut dua kali? Heran aku sama kluarga ini” batin Aretha.
“Retha? Kamu tidak apa-apa kan sayang?” tanya Bu Ani khawatir.
“Tidak Nyonya..”
“Sssssttttt” perkataan Aretha dipotong oleh Bu Ani.
“Panggil mama, mulai sekarang kami juga orang tua kamu, jadi panggil mama dan papa oke?” kata Bu Ani.
“I,,ya Ma Retha baik-baik aja, tapi jika Retha tidak menerima itu semua apa boleh?” tanya Aretha dengan gugup.
“Tidak, karena ini semua sudah menjadi hak kamu sebagai menantu dirumah ini” jawab Pak Wildan
tegas.
“Dan lagi Mama juga sudah menganggap kamu seperti anak gadis mama sendiri jadi Mama tidak
menerima penolakan”. Kata Bu Ani ikut menimpali.
Aretha langsung down melihat tatapan yang Pak Wildan dan Bu Ani berikan padanya, lebih baik menerima
semua kartu tersebut biar aman begitu pikir Aretha. Toh jika tidak perlu bisa dia
simpan buat jaga-jaga.
Selesai sarapan Aretha berpamitan kepada kedua mertuanya serta mencium tangan mereka, Aretha
berjalan keluar dengan perasaan yang masih sulit diartikan. Saat tiba dipintu
depan Aretha telah disambut seorang sopir yang akan mengantarnya, karena Aretha
tidak diijinkan berkendara sendiri atau sekedar taksi online.
Penulis masih pemula, saran dan kritikan dari pembaca sangat diperlukan
untuk perkembangan karya, dan terimakasih atas dukungannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
diana ruustika
ud bgus
2023-03-20
0
Nur Ain
bagus thor walaupun masih baru
2023-03-11
0
jhon teyeng
blm ba menilai sebab awal2 cm utk keterlaluan nama, dicek lg ya kakak biar yg bc nyaman dan tambah enak okeeehhhh😃
2022-03-17
0