02

Pagi sekali Aretha sudah bangun dan menjalankan sholat subuh, mungkin

karena belum terbiasa dengan kamar barunya hingga membuat Aretha sulit tidur.

Selesai sholat Aretha ingin melihat-lihat seisi kamarnya yang belum dia lihat

dengan teliti semalam, mulai dari tempat tidur, kamar mandi yang besarnya

membuat Aretha tercengang. Namun masih ada satu ruangan yang membuat Aretha

gelagapan tidak percaya yaitu ruang gantinya, setiap lemari memiliki kelompok

masing-masing, lemari kusus kemeja, lemari kusus kaos hingga tas sepatu dan

perhiasan sudah tertata rapi disetiap bagiannya.

“Serius? Ini semua milikku? Apa mereka memindahkan seisi mall kesini ya?” batin Aretha  tidak percaya.

Aretha mengambil satu persatu dari setiap lemari dan mencobanya, anehnya semua yang dipakai

sangat pas dibadan Aretha, bahkan semua sepatu dan sandalnya sesuai dengan

ukuran kaki Aretha.

“Dari mana mereka tahu ukuran badanku? Apa ada semacam trik atau sulap? Ckckck orang kaya memang

susah dimengerti” batin Aretha lagi.

Setelah puas melihat seisi lemari Aretha memutuskan untuk memilih pakaian dan perlengkapan

yang akan dia pakai saat kuliah nanti. Meskipun Aretha sudah menjadi menantu

orang kaya namun dia tidak mau tampil vulgar, Aretha tetap ingin tampil apa

adanya tanpa harus memakai aksesoris dan perhiasan yang mencolok. Yah walaupun

baju,tas dan sepatunya barang brandet setidaknya bagi kaum bawahan seperti

dirinya tidak akan tahu jika semua itu harganya mahal.

Waktu menunjukkan pukul 06:00 WIB Aretha memutuskan untuk mandi, selesai melakukan ritual mandi

dan berdandan ala kadarnya Aretha bergegas untuk berangkat.

“Astaghfirulah” Aretha terkejut saat membuka pintu hingga mundur beberapa langkah, disana

Devano telah berdiri dengan menggendong satu selempang tas ranselnya. Jangan

lupakan wajah tampan yang membuat Aretha selalu terpesona untuk sesaat.

“A..ada apa mas?”tanya Aretha agak gugup, Aretha belum pernah berinteraksi dengan lawan jenis meski

usianya sudah dewasa. Orang Tua Aretha sangat tegas dalam mengatur pergaulan

Aretha maupun Adiknya. Jangankan memiliki pacar, teman lelaki saja Aretha tidak

punya. Jadilah Aretha yang tumbuh sebagai gadis polos dan pemalu.

“Memangnya aku jatuh kelantai sampai kamu liat lantai mulu? Tanya Devano ketus.

Aretha memilih diam tanpa menjawab pertanyaan Devano, baginya Aretha pasti sangat salah dimata

Devano. Jadi Aretha sudah siap dengan semua hinaan yang akan diberikan Devano

nantinya.

Melihat Aretha yang diam bagaikan patung Devano langsung melingkarkan lengannya pada pinggang

Aretha, Devano menarik pinggang Aretha agar mendekat padanya. Mendapat serangan

dadakan tentu saja Aretha langsung terkejut dan tanpa sadar langsung menatap

wajah Devano, saat itu pula kedua bola mata mereka bertemu. Devano mendekatkan

bibirnya pada telinga Aretha yang membuat Aretha meronta agar dirinya bisa

lepas dari Devano, namun semua itu sia-sia saja karena Devano jauh lebih tinggi

darinya. Bagi Devano seakan dia sedang memeluk anak kecil jadi sekuat apapun

Aretha meronta tidak membuat Devano bergerak sedikitpun.

“Dengarkan baik-baik karena aku tidak akan mengulangi lagi ucapanku, saat dikampus nanti jangan

sampai ada yang tahu kalau kita sudah menikah, dan lagi jika aku bertanya

segera dijawab karena aku benci diabaikan” kata Devano penuh penekanan.

Devano langsung melepaskan Aretha dan pergi begitu saja tanpa mau melihat reaksi atau jawaban

dari Aretha, sambil melangkah pergi Devano tersenyum tipis hingga orang yang

melihat tidak ada yang tahu jika Devano sedang tersenyum begitu juga Aretha.

Aretha melihat kepergian Devano dengan lemas, entah kenapa Aretha sangat susah bernafas saat

bersama Devano tadi, bahkan jantungnya berdebar sangat cepat seakan sedang lari

maraton, bahkan keringat dingin juga ikut hadir membuat Aretha seperti orang

yang sedang sakit, tapi entah sakit apa namanya? Aretha bingung memikirkannya.

Meskipun terasa berat Aretha berjalan menuruni anak tangga, disana Bu Ani telah menyambut

kedatangan Aretha untuk sarapan bersama. Aretha berusaha tenang agar Bu Ani

tidak curiga dengan apa yang sedang terjadi tadi.

“Sayang kita sarapan bertiga ya, Devano sangat sibuk jadi tidak pernah ikut sarapan bareng

kita” kata Bu Ani dengan ramah.

Memang benar Ibu adalah jantung rumah dalam keluarga, jadi sebesar apapun masalah yang kita

hadapi asal sudah melihat senyuman sang Ibu pasti terasa damai. Meskipun Bu Ani

adalah mertua Aretha tapi mampu memberikan kehangatan tersendiri bagi Aretha.

Bu Ani dan Aretha berjalan menuju meja makan bersama, disana sudah ada Pak Wildan yang menanti

kedatangan mereka sambil membaca koran. Bu Ani duduk disebelah kiri Pak Wildan

sedangkan Aretha duduk disebelah kanan berhadapan dengan Bu Ani. Saat mereka

sudah mulai makan Pak Wildan menyela untuk berbicara.

“Ini buat jajan kamu ya” Pak Wildan memberikan beberapa kartu kepada Aretha, ada kartu

debit,kredit,atm dan black card. Untuk kedua kalinya Aretha terkejut hingga

tersedak makanan yang baru masuk kedalam mulutnya.

“Masih pagi sudah dibuat terkejut dua kali? Heran aku sama kluarga ini” batin Aretha.

“Retha? Kamu tidak apa-apa kan sayang?” tanya Bu Ani khawatir.

“Tidak Nyonya..”

“Sssssttttt” perkataan Aretha dipotong oleh Bu Ani.

“Panggil mama, mulai sekarang kami juga orang tua kamu, jadi panggil mama dan papa oke?” kata Bu Ani.

“I,,ya Ma Retha baik-baik aja, tapi jika Retha tidak menerima itu semua apa boleh?” tanya Aretha dengan gugup.

“Tidak, karena ini semua sudah menjadi hak kamu sebagai menantu dirumah ini” jawab Pak Wildan

tegas.

“Dan lagi Mama juga sudah menganggap kamu seperti anak gadis mama sendiri jadi Mama tidak

menerima penolakan”. Kata Bu Ani ikut menimpali.

Aretha langsung down melihat tatapan yang Pak Wildan dan Bu Ani berikan padanya, lebih baik menerima

semua kartu tersebut biar aman begitu pikir Aretha. Toh jika tidak perlu bisa dia

simpan buat jaga-jaga.

Selesai sarapan Aretha berpamitan kepada kedua mertuanya serta mencium tangan mereka, Aretha

berjalan keluar dengan perasaan yang masih sulit diartikan. Saat tiba dipintu

depan Aretha telah disambut seorang sopir yang akan mengantarnya, karena Aretha

tidak diijinkan berkendara sendiri atau sekedar taksi online.

Penulis masih pemula, saran dan kritikan dari pembaca sangat diperlukan

untuk perkembangan karya, dan terimakasih atas dukungannya.

Terpopuler

Comments

diana ruustika

diana ruustika

ud bgus

2023-03-20

0

Nur Ain

Nur Ain

bagus thor walaupun masih baru

2023-03-11

0

jhon teyeng

jhon teyeng

blm ba menilai sebab awal2 cm utk keterlaluan nama, dicek lg ya kakak biar yg bc nyaman dan tambah enak okeeehhhh😃

2022-03-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!