Bima langsung membungkukan badan nya untuk menyapa Pak Ferdy atau yang ku kenal dengan Nicko dengan sopan, aku mengikuti Bima menyapa hangat Nicko.
“Selamat Pagi Pak” sapa Bima dengan wajah yang kebingungan, dan Nicko pun masih menatap kami berdua dengan heran.
“Saya baru saja membantu Fawnia untuk mengenal ruangan dia sendiri dan ruangan Bapak” ujar Bima sebelum bos nya ini menanyakan sedang apa kami disini.
“terimakasih” jawab nya begitu singkat dengan tatapan nya yang masih saja terlihat aneh.
“Bapak kenapa tidak menghubungi saya untuk menjemput Bapak dirumah?” Tanya Bima heran.
“Oh. Saya lupa jika hari ini saya ada meeting dengan Pak Zayden dan mengharuskan saya untuk segera ke kantor dan lupa memberitahumu” jawab Nicko yang masih saja membuat bingung Bima.
Aku tidak mengerti apa yang membuat Bima se bingung itu melihat Nicko ada disini di pagi hari.
“Baik kalau begitu. Termikasih Bim, nanti saya hubungi kamu jika saya sudah selesai dengan meeting nya”
“Baik Pak” jawab Bima, lalu dia kembali melihat ku.
“Aku keluar dulu ya, nanti kalau ada apa-apa kamu bisa hubungi aku” ujar Bima begitu ramah nya setengah berbisik.
“Oke thank”
Aku tersenyum begitu senang karena bisa bertemu orang baik seperti Bima di hari pertama ku bekerja.
Nicko memalingkan wajah nya berpura-pura tak memperdulikan kami,namun aku yakin dia sebenarnya pun memperhatikan dan menguping pembicaraan kami.
“Permisi” Bima membungkuk sekali lagi kepada Nicko sebelum dia pergi meninggalkan kami berdua di ruangan nya yang besar.
Aku bingung sekarang, apa yang harus aku lakukan dengan Nicko. Aku masih canggung dan gugup berhadapan dengan nya. Akhirnya aku hanya bisa diam menunggu dia berbicara.
Nicko melangkahkan kaki melewati ku lalu dia duduk sebentar di meja kerja nya untuk print sesuatu lalu di berikan nya kepadaku.
“Hari ini saya ada meeting dengan client dengan perusahaan ini dan kamu ikut saya ke ruang meeting sekarang” pinta nya sambil membenarkan jas coklat terang nya.
“Baik Pak” jawab ku sambil menaruh kertas itu di dalam berkas yang aku pegangi sedari tadi.
Lalu dia berjalan lebih dulu ke luar ruangan nya,dan dengan cepat aku mengikuti nya di belakang menuju ruang meeting yang sudah dia katakan.
Ini adalah hari pertama ku, dan aku masih begitu asing dengan isi dari gedung ini, jaid aku hanya bisa mengikuti Nicko dari belakang dengan berusaha tenang. Aku terus melirik kanan kiri ku melihat ruangan-ruangan yang tengah aku lewati dan tersenyum kepada setiap orang yang telah melihat ku dan Nicko pergi ke ruang meeting yang berada di lantai yang sama namun agak jauh.
Dan dia berhenti di depan sebuah pintu besar dengan handle pintu yang panjang.
“Ini salah satu ruangan meeting saya” ujar nya memberitahukan itu kepadaku.
Aku mengangguk dengan pelan dan sambil terus melirik kesana kemari karena masih terasa begitu asing untuk ku.
Nicko masuk ke dalam ruangan tanpa mengetuk ataupun permisi. Karena untuk apa ? Dia kan Direktur Utama di sini. Terkadang aku masih saja terasa bodoh dengan keberadaan aku sekarang.
Ketika aku ikut masuk ke dalam ruang meeting, aku melihat seluruh manusia berjas yang ada di dalam langsung berdiri menyambut Nicko dengan sopan. Namun beberapa orang ada yang terlihat heran melhat nya datang, termasuk Pak Zayden yang masih terus terlihat bingung ketika bertemu Nicko yang baru saja datang dan duduk di ujung meja paling utama.
Persentasi ternyata sedang berlangsung ketika kami masuk karena suasana di dalam agak redup dan layar in focus besar sudah menunjukan beberapa gambar juga grafik yang menunjukan hasil penjualan mereka.
Aku melihat ada kursi yang berada terpisah dengan semua pria ber jas itu dan disana ada seorang wanita juga yang ikut duduk terpisah dekat dengan dinding,aku duduk di samping nya. Aku yakin dia juga adalah seorang sekertaris,jika di lihat dari penampilan nya yang rapih dan dengan catatan yang dia pegang,tebakan ku pasti tidak salah, dia juga adalah sekertaris.
Dia tersenyum kepadaku dan aku membalas senyuman nya dengan manis.
Meeting pun kembali di lanjutkan ketika Nicko sudah duduk di kursi nya dan meminta untuk mereka melanjutkan meeting nya. Zayden terlihat memberikan suatu berkas kepada Nicko dan menjelaskan sedikit pembahasan meeting sudah terlewati dengan nada sedikit pelan.
Aku menulis beberapa point penting untuk di catat di buku kerja ku. Dan wanita di samping ku pun ikut juga menulis di buku kerja nya dengan begitu cepat dan telaten. Sesekali aku melirik wanita yang ada di samping ku dan mengintip bagaimana dia menulis pekerjaan nya dan apa saja yang perlu dia tulis, lalu aku mengikuti nya. Sungguh lucu, aku merasa jika aku sedang berada di dalam kelas ujian dan aku menyontek secara diam teman di samping ku.
Beberapa jam kemudian meeting selesai dan semua orang yang ada di dalam ruangan berpamitan sambil menjabat tangan Nicko lalu bubar,namun tidak termasuk dengan Pak Zayden dan perempuan di samping ku yang masih ikut diam di ruang meeting itu. Dan tersisalah kami berempat di dalam ruangan besar itu.
“Lo kok ke kantor?” Tanya Pak Zayden yang terlihat sudah begitu akrab dengan Nicko dengan sebutan ‘lo’.
“Kenapa emang? Ini kan kantor gue?” ketus nya sambil mengotak atik laptop yang ada di depan nya entah sedang mengerjakan apa.
“Ya tumben aja lo sepagi ini datang ke kantor, lo kan biasa bangun siang” jawab Zayden membuat ku melirik nya sebentar lalu kemballi berpura-pura menulis di catatanku.
Tumben ? Tanya ku di dalam hati.
Nicko terlihat sekali gugup dan gelagapan.
“Ya ini kan meeting penting masa iya gue ga dateng,gue juga harus hadir di meeting ini” jawab nya terdengar begitu meyakinkan.
“Inikan meeting bulanan. Biasanya lo ngandelin gue aja buat meeting kaya gini” heran Zayden ini dengan masih saja penasaran.
“Iya terus kenapa ?” jawab Nicko dengan masih saja ketus dan juga kesal karena Zayden tidak henti-henti nya menanyakan hal yang membuat Nicko begitu terpojok.
Ketika Zayden berdiri wanita yang ada di samping ku juga ikut berdiri. Barulah aku sadari jika wanita ini adalah sekertaris dari Zayden.
“Hay Fawnia” sapa Zayden ketika melihat ku.
Aku langsung berdiri dan tersenyum dan menganggukan kepala ku untuk membalas sapaan nya.
“Selamat bergabung di kantor kami ya. Dan semoga kamu bertahan dengan bos kamu yang seperti ini” sindir Zayden yang masih belum bisa aku pahami.
“Terimakasih Pak”
“Dan perkenalkan. Ini asisten saya,Devina” ujar Zayden menunjuk wanita yang sedari tadi ada di samping ku.
Aku menjabat tangan nya dengan lembut sambil tersenyum kepadanya.
“Fawnia” ucap ku memperkenalkan diri.
“Devina” sahut nya dengan begitu ramah.
“Kalo gitu gue cabut dulu ke ruangan gue, kalau ada apa-apa hubungi gue ya” ujar Zayden dengan menepuk bahu Nicko.
Pertemanan mereka mungkin sudah begitu sangat dekat sehingga Zayden berani menepuk bahu Nicko dengan kencang walaupun jabatan Zayden hanya sebagai HRD.
Aku kembali duduk di kursi ku dan entah akan berbuat apa,karena aku perhatikan Nicko masih saja sibuk dengan Laptop di hadapan nya.
“Kamu sudah catat semuanya?” Tanya Nicko tanpa menoleh ku.
“Sudah Pak”
“Sudah re-schedule kan untuk meeting selanjutnya?” Masih tidak menoleh ku.
“Sudah Pak”
“Kalau begitu siang ini saya ingin makan siang di luar. Reseved tempat untuk saya” ujar nya membuat ku menatap nya kebingungan.
“Makan siang di luar?” Bingung ku dengan menanyakan ulang.
Bukan karena tidak mendengar dengan baik, namun aku masih tidak tahu dia ingin makan siang di luar yang seperti apa.
“Iya” jawab nya.
Aku tak lagi berbicara dan tak ingin juga menanyakan kepadanya. Aku mulai berfikir, restaurant mana yang ingin di kunjungi nya dan makanan seperti apa yang ingin dia makan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments