Dia duduk dengan membuka kancing jas nya lalu menatap ku dengan dingin.
“Silahkan duduk” pinta nya dengan sikap yang begitu profesional.
Aku masih kebingungan dan masih saja gugup bertemu kembali dengan nya, namun aku memberanikan diri untuk menuruti perintah nya. Aku duduk dengan perlahan, dan membuat nyaman posisi duduk ku agar terlihat lebih rileks,namun sepertinya itu sia-sia, karena aku sama sekali tidak bisa bersikap tenang saat ini.
“Boleh saya lihat lamaran nya?” Pinta Nicko dengan menyodorkan tangan nya.
Aku menatap mata Nicko sekali lagi dengan kikuk,lalu mengangkat Map yang ku bawa dan sedikit kusut itu, dengan perlahan memberikan nya kepada Nicko atau dikenal dengan Pak Ferdy di kantor ini. Lalu aku melihat papan nama berwarna emas yang tersimpan di meja kerja nya.
“Direktur Utama. Ferdyan Nickolas .M”
Itulah nama asli Nicko. Sejak kecil aku selalu menyebutnya dengan Nicko karena orang tua nya pun memanggil dia dengan sebutan itu, namun ternyata di kantornya dia lebih di kenal dengan nama Ferdy. Bodohnya aku tidak melihat nama direktur Utama perusahaan itu. Karena aku fikir, jika aku akan di jadikan asisten untuk HRD seperti apa yang di cantumkan di dalam tawaran pekerjaan ku.
“Baik. Mbak Fawnia. Sepertinya anda belum memiliki pengalaman apapun sebagai seorang sekertaris” ucap nya begitu kaku dan benar-benar tidak terlihat seperti mengenal ku.
“Belum Pak” jawab ku tanpa melihat matanya.
Aku tahu persis seharusnya jika wawancara seperti ini, kontak mata itu penting agar bisa merasa saling di hargai. Namun aku masih terlalu gugup dan takut melihat mata Nicko.
“Bisa lihat saya?” Pinta nya.
Nafas ku sudah semakin berat dan jantung ku terus berdebar begitu hebat ketika aku melihat mata nya.
Nicko pun terlihat begitu memaksakan diri untuk bersikap biasa saja,namun aku dapat melihat ke gugupan yang sama yang dirasakan nya.
Dia berdeham,dan terlihat menelan ludah untuk kembali mewawancarai ku dengan tenang.
“Apa Pak Zayden sudah memberitahukan anda tentang jobdesk yang akan di terima oleh anda?”
“Belum Pak. Pak Zayden hanya memberitahukan segala konsekuensi yang ada jika saya di terima di perusahan Bapak”
Nicko tampak mengangguk dan kembali membuka lembaran berkas ku. Pantas saja Pak Zayden mengatakan aku akan menghadapi Bos yang menyebalkan dan keras,ternyata memang kenyataan nya dari dulu Nicko adalah oranh yang keras kepala dan menyebalkan tentu saja.
Lalu dia terpatung ketika membaca suatu riwayat biodata ku yang sepertinya sudah dia lihat sebelum nya. Karena dia tampak tidak terlalu terkejut dengan status ku sekarang.
“Kamu sudah menikah?” Tanya nya tanpa menoleh ku dan terus melihat biodata ku.
Aku mengangguk dengan kaku.
“Sudah Pak” jawab ku dengan tegas.
“Disini status mu sudah menjadi single parent” ucap nya sambil menatap ku dengan wajah yang begitu penasaran.
“Suami saya meninggal 4 tahun yang lalu” jawab ku tanpa ada beban sedikit pun untuk mengatakan yang sebenarnya.
“4 tahun yang lalu?” Tanya nya.
Lalu dia seperti mengingat sesuatu. Aku yakin dia sedang mengingat kejadian di masa lalu. Dimana aku pergi meninggalkan nya dan menghilang begitu saja.
“Saya tidak memiliki pengalaman apapun sebagai sekertaris, namun jika Bapak membutuhkan seseorang yang memiliki pengalaman sebagai sekertaris mungkin bukan saya orang nya..”
“Kamu saya terima bekerja disini” ujar nya dengan memotong pembicaraan ku begitu saja. Seolah dia tahu jika aku mulai tidak tertarik dengan pekerjaan yang akan dia berikan.
Aku terdiam menatap nya. Aku mulai ragu dan cemas dengan semuanya. Jika awal nya aku begitu bersemangat untuk bekerja disini,kini aku merasa begitu lemas dan droop. Namun aku kembali mengingat Kara dan orang tua Ben yang ingin memisahkan kami.
“Terimakasih banyak Pak” jawab ku akhirnya.
“Saya akan bekerja sebaik mungkin, dan kapan saya bisa mulai bekerja?”
“Sekarang” jawab nya membuat ku mengerutkan kening.
“Sekarang?”
“Pak Zayden sudah mengatakan nya kan,jika perusahaan saya membutuhkan sekertaris secepat mungkin”
“Maaf Pak, tapi saya belum mempersiapkan semuanya, saya juga belum menyiapkan orang untuk menjaga anak saya di rumah selama saya bekerja”
“Anak?” Tanya Nicko begitu terkejut.
“Yah. Anak” jawab ku dengan begitu bangganya.
“Kamu punya seorang anak?” Tanya nya untuk meyakinkan.
“Ya. Anak perempuan” jawab ku dengan begitu jelas agar dia tahu tentang Kara.
“Kenapa? Apa Bapak keberatan jika mempekerjakan sekretaris yang sudah memiliki seorang anak?” Tanya ku berharap dia menjawab ‘iya’ dan membuat dia untuk memikirkan kembali tawaran pekerjaan kepadaku.
“Tidak. Sama sekali tidak” jawaban nya malah membuatku keberatan.
“Kalau begitu kapan kamu bisa masuk kerja?”
“Besok saya sudah bisa mulai bekerja Pak”
“Baik kalau begitu besok kamu sudah mulai bisa bekerja. Saya tunggu jam 07.00 kamu sudah disini dan bertemu dengan Pak Zayden kembali”
“Baik Pak”
“Selamat bergabung di perusahaan kami Fawnia” ujar Nicko menyodorkan tangan nya.
Aku menatap dulu uluran tangan nya itu lalu dengan segenap keberanian ku,aku menyambutnya dengan profesional mungkin.
“Terimakasih Pak Ferdy” jawab ku yang membuat dia tersentak karena telah menyebut nama depan nya tidak seperti dulu.
Aku menganggukan kepalaku kepada Nicko, berdiri, lalu pergi dari ruangan itu dengan cepat mungkin.
Aku ingin sekali segera sampai rumah dan menghampiri Keysa yang aku yakini jika dia sudah mengetahui ini sebelum nya.
Aku melajukan mobil ku menuju apartemen dengan cepat. Ketika sampai disana aku segera naik ke apartemen ku dan membuka pintu mencari Keysa.
Terlihat Keysa dan Kara sedang begitu asik bermain di ruang tamu dengan mainan yang begitu berserakan dimana-mana.
Aku diam di depan pintu menatap Keysa dengan kesal. Membuat Keysa maupun Kara kebingungan. Aku berjalan mendekati mereka dan duduk menghampiri Kara dengan memberikan senyuman.
“Hay sayang. Boleh Mama minta tolong?” Ucap ku dengan manis.
Kara mengangguk dengan wajah yang masih kebingungan.
“Mama boleh minta tolong Kara untuk tunggu di kamar?”
“Kenapa?”
“Karena Mama mau bicara dulu sama aunty Key. Ini pembicaraan orang dewasa dan Kara ga boleh denger dulu” Pinta ku berusaha membuat nya mengerti.
“Tapi Kara boleh bawa mainan Kara ke kamar?” jawab nya.
“Boleh” jawab ku dengan terus tersenyum kepadanya.
Lalu dia pun terlihat begitu bahagia dan senang. Kara mengambil beberapa mainan nya di meja dan berlari ke kamar lalu menutup kamar nya.
Aku berdiri dan kembali memasang wajah kesal ku kepada Keysa saat melihat Kara sudah masuk ke dalam kamar.
Wajah Keysa terlihat sekali begitu panik, dia pasti sudah mengetahui apa yang sudah membuat ku kesal seperti ini.
“kenapa lo ga bilang kalo itu perusahaan Nicko?” Tanya ku langsung tanpa basa basi lagi.
Seperti apa yang aku bilang sebelum nya. Keysa adalah teman sejati ku sejak aku duduk di bangku SMP, dan dia tahu segala permasalahan ku dengan Nicko dan seharusnya dia pun tahu bagaimana aku begitu berusaha untuk menghilang dari kehidupan Nicko.
“Sorry Faw. Gue juga ga tahu kalo ternyata itu perusahaan Nicko” jawab Keysa terlihat begitu jujur dan bersalah.
“Gue baru tau kemarin pas gue iseng liat fhoto team management perusahaan itu. Gue juga kaget pas liat ada Nicko di antara mereka, gue juga mana tau nama asli Nicko siapa kan selama ini”
Keysa benar. Memang selama ini dia tidak pernah tahu nama asli Nicko siapa, karena sejak SMA dulu kami teman-teman nya memanggil dia dengan nama Nicko atau Nick,dan kami pun tidak dalam satu kelas dengan Nicko,aku dan Keysa ada di kelas yang berbeda dengan nya.
“Ya tapi kenapa kemarin lo ga bilang langsung? Lo malah biarin gue buat ketemu lagi sama dia” kesal ku yang masih saja emosi.
“Awalnya gue juga mau bilang Faw, tapi kemarin gue liat lo seneng banget dapet kerjaan itu, gue ga mau patahin semangat lo. Dan juga lo udah janji sama Kara kalo lo udah mulai kerja dan ga akan ninggalin dia kan? Apa lo juga mau kecewain dia lagi ? Dan akhirnya kehilangan Kara?” Jawab nya dengan balik memarahi ku.
“Tapi ga dengan Nicko Key. Gue yakin masih ada sedikit kemungkinan di luar sana perusahaan yang mau terima gue”
“Dimana ?!” Tanya Keysia dengan wajah yang sudah emosi namun dia tahan dengan tenang.
“Lo mau cari kerja dimana lagi ? Di luar kota? Apa di luar pulau?” Tanya Keysa mengingat kan ku jika di Jakarta sini sudah hampir semua perusahaan yang aku jajahi tidak kunjung menawarkan ku bekerja di perusahaan mereka.
“Lo jangan egois Faw. Kara butuh elo, kalo lo ga kerja lo bisa kehilangan dia. Waktunya tinggal menghitung hari lo berebut Kara dengan mertua lo yang rese itu. Kalo lo ga mau kerja di perusahaan Nicko itu terserah lo,tapi gue udah cukup bantuin lo, gue udah cape”
Lalu Keysa menarik tas nya di atas meja dan pergi dari apartemen ku dengan kesal nya.
Aku melirik dia dengan perasaan bersalah.
Keysa benar. Aku tidak boleh egois. Dia sudah membantu ku untuk mendapat pekerjaan dan aku pun harus memikirkan tentang Kara. Aku harus bisa,aku harus bertahan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments