ANDROMEDA

ANDROMEDA

Tak terduga

Aurora adalah seorang CEO muda yang cantik, cerdas dan menarik. Usianya kini  menginjak 25 tahun. Semenjak kepergian sang ayah, sang ibu pun menjadi sering sakit-sakitan. Gadis itu menjadi satu-satunya penerus bisnis keluarganya. 

Aurora memiliki seorang kekasih bernama Keenan, yang juga seorang CEO dari sebuah perusahaan. Keenan adalah anak dari sahabat sang ayah. Aurora dan Keenan menjalin hubungan sejak masih duduk di bangku SMA. Sepasang kekasih itu sepakat untuk bertunangan dalam waktu dekat. Namun, tak ada seorang pun yang mampu menebak rencana Tuhan. Aurora harus kehilangan semua yang dimilikinya dalam waktu yang singkat. Kekasih, jabatan, bahkan mahkota berharga yang selama ini ia pertahankan. Mampukah Aurora menemukan kebahagiaan di tengah keterpurukannya?

Bab 1

Pukul 09.30 pm, Aurora baru saja melangkah keluar dari ruang kerjanya. Seluruh meja kerja karyawannya juga telah terlihat kosong. 

 

Ia berjalan ke arah mobilnya. CEO muda itu terbiasa mengendarai mobilnya tanpa seorang sopir. Aurora melirik kotak kecil  di dashboard mobilnya. Malam itu ia berniat memberikan kejutan kecil bagi kekasihnya, Keenan.

"Wait me, my dear." Ucapnya sambil mulai menghidupkan mobilnya.

Aurora sudah tak sabar bertemu dengan pria yang hampir 8 tahun ini mengisi hatinya. Dengan penuh semangat ia mengendarai mobilnya menembus jalan yang sudah tampak sepi.

Mobilnya berhenti di depan sebuah apartemen. Ia pun menaiki lift menuju kamar Keenan. Langkahnya terhenti di sebuah kamar bernomor 309. Aurora merapikan rambutnya. Tangan kanannya menenteng sebuah kantong berisi bingkisan kecil untuk sang kekasih.

Namun, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki mendekat ke arah pintu. Tak lama kemudian pintu kamar Keenan terbuka. Aurora bergegas bersembunyi di balik tembok sebelum Keenan melihat kehadirannya. Keenan keluar dari kamarnya bersama seorang perempuan muda. Perempuan itu mengenakan gaun malam yang sedikit memperlihatkan isi tubuhnya. Mata Aura berkaca-kaca. Hatinya benar-benar terasa perih namun tak berdarah. Di depan matanya sendiri ia melihat kekasihnya keluar dengan seorang perempuan dari dalam kamarnya. Dua orang dewasa dalam satu kamar, entah apa yang telah mereka lakukan, Hanya mereka dan Tuhan yang tahu.

Aurora tertegun. Keinginan untuk menjumpai sang kekasih pun seketika sirna. Berganti rasa kecewa yang begitu dalam. Keenan sama sekali tak menyadari kehadiran Aura. Pria itu tak tahu jika sang kekasih baru saja terluka karenanya. Kekasih yang amat dicintainya baru saja berkhianat.

Keenan dan perempuan itu berjalan beriringan memasuki lift. Entah kemana mereka akan pergi, Aurora sama sekali tak peduli.

"Mengapa kau lakukan ini, Keenan?" Ucapnya sambil terisak. Dunianya terasa gelap. Baru dua hari yang lalu Keenan mengajaknya bertunangan, namun malam ini pria itu membuat luka di hatinya begitu dalam.

Aurora terus mengendarai mobilnya tanpa satu tujuan. Pikirannya begitu kacau malam itu.

Setelah merasa lelah, ia pun menghentikan mobilnya di depan sebuah bar.

"Aku akan mencari ketenangan di tempat ini." Ucapnya. Ini pertama kali dalam hidupnya, memasuki tempat yang bahkan ia sendiri tak pernah berniat untuk mendatanginya.

Aroma alkohol yang cukup kuat menyeruak di hidungnya. Suara musik yang nyaring membuat pikirannya makin tidak karuan. Beberapa muda-mudi tampak sedang asyik berjoget menyatu dengan suara musik. Sebagian duduk di kursi sambil menikmati minuman yang mungkin memabukkan.

Seorang pelayan mendekatinya.

"Permisi, pesan apa, kak?" tanyanya ramah.

Aurora menggelengkan kepalanya. Netranya terus memandang seisi ruangan yang minim penerangan itu.

Tiba-tiba seorang perempuan duduk tak jauh dari kursinya. Ia memesan sebotol minuman yang belum pernah sekalipun dilihatnya. Matanya terbelalak. Perempuan itu adalah perempuan yang sama yang dilihatnya di apartemen Keenan.

"Ya Tuhan, perempuan itu," gumamnya.

Aurora terus mengawasi perempuan berambut pendek itu dari tempat duduknya. Tak berapa lama kemudian seorang pria menghampirinya lalu memeluknya penuh gairah. Pria itu sepertinya terlalu banyak minum alkohol.

"Mengapa perempuan seperti dia bisa berada di kamarmu, Keenan? mana mungkin dia ada di kamarmu jika kau tak mengenalnya," ucap Aurora. Hatinya terasa perih.

Aurora merasa risih dengan pemandangan di depannya. Ia menelan salivanya. Rasa haus tiba-tiba menyerangnya. Ia pun memesan minuman bersoda pada pelayan. Dengan cepat ia menghabiskan minuman dingin itu. 

Aurora memeriksa ponselnya. Keenan telah puluhan kali meneleponnya. Suara musik yang terlalu nyaring di ruangan itu membuat dering ponselnya tak terdengar. Aurora tersenyum sinis. Tak lama kemudian, ia justru mematikannya. 

Air matanya tiba-tiba mengalir dari pipinya. Tak seorang pun di ruangan itu yang peduli dan melihatnya. Pesta pertunangan impiannya, tampaknya hanya sebuah harapan belaka.

"Sendirian saja, nona?" Sapa seorang pria di antara kebisingan. Aura menoleh ke arah pria berjas itu.

"Boleh aku menemanimu?" Tanyanya sambil meletakkan dua buah gelas serta sebotol minuman beraroma kuat.

"Kau mengajakku minum?" tanya Aurora.

"Panggil aku Gibran," jawabnya. Pria itu mengulurkan tangannya, namun Aurora tak bergeming. Pria itu pun menarik tangannya kembali.

"Aku tahu, kau belum pernah mengunjungi tempat ini," Ucapnya sambil mulai menuangkan minuman dari botol bergambar anggur itu ke dalam dua buah gelas.

"Lalu, kau sendiri?" tanya Aurora.

Sesekali aku datang ke tempat ini. Jika pikiranku kacau.

"Calon istriku berkhianat dengan pria lain," Ucapnya sambil meneguk sedikit minuman dari gelasnya.

"Bukan urusanku. Lagi pula aku tak mengenalmu," ucap Aurora ketus.

"Kelihatannya, kau juga tengah patah hati," ucapnya yang lebih terdengar seperti sebuah ledekan.

Aurora terdiam. Meskipun tempat itu gelap, namun siapapun yang menatapnya dari dekat, ia akan tahu jika matanya sembab karena terlalu banyak menangis.

"Minumlah, sejenak kau akan melupakan bebanmu," Ucapnya sambil meneguk kembali minumannya.

"Aku tak pernah minum," ucap Aurora

"Cobalah. Kau akan menikmatinya," Ucap Gibran sambil terus meneguk minumannya. Aurora hanya diam memandangnya.

"Astaga, kau sudah terlalu banyak minum!" Seru Aurora.

"Aku tak akan berhenti minum sebelum gelasmu kosong," ucap Gibran.

Entah apa yang dipikirkan Aurora saat itu, ia meraih gelasnya dan menghabiskan minumannya.

"Ayolah, kau baru minum sedikit," bujuk Gibran. Ia kembali memenuhi gelasnya dengan minuman.

"Perasaanku jauh lebih tenang sekarang,"

ucap Gibran dengan tatapannya yang sayu.

"Benarkah?" Tanya Aurora. Ia mulai terpengaruh bujukan Gibran.

Aurora kembali mengosongkan gelasnya. Gadis itu pun mulai merasa ketagihan dengan minuman yang asing di lidahnya itu. Perlahan ia menatap wajah pria yang baru dikenalnya itu. Tampan dan menggoda. Gibran pun menatap wajah Aurora penuh kekaguman. Keduanya lalu saling menatap.

"Kau tampan sekali, Keenan," Ucapnya mulai meracau. Sorot matanya pun mulai sayu. Aurora hendak berdiri namun kakinya terasa berat menopang tubuhnya. Aurora berjalan sempoyongan dan hampir terjatuh. Gibran menangkap tubuh Aurora. Kedua mata itu kembali saling bertatapan.

"Antar aku pulang, Keenan," Ucap Aurora.

Meskipun Aurora terus memanggilnya dengan nama Keenan, namun Gibran yang juga telah mulai mabuk itu pun tak terlalu menghiraukannya.

Aurora menyerahkan kunci mobilnya pada Keenan. Keduanya berjalan berangkulan keluar dari tempat itu.

"Biar aku yang menyetir," ucap Gibran.

Gibran memapah Aurora yang terlihat lemas ke dalam mobilnya. Dengan pandangan mata nanar, Gibran mengendarai mobil Aurora.

Gibran terus memanggil Aurora, namun gadis itu tak menjawab. Ia terlalu banyak minum hingga tak sadarkan diri.

Dalam kebingungannya, Gibran menghentikan mobilnya di sebuah losmen tak jauh dari bar tempat mereka bertemu sebelumnya. Setelah memesan sebuah kamar, Gibran membopong Aurora yang tak sadarkan diri ke dalam kamar yang telah dipesannya.

Entah setan apa yang merasukinya saat itu. Gibran mulai menggerayangi tubuh perempuan yang tengah tak sadarkan diri itu. Hingga akhirnya ia pun menanamkan benih ke dalam Rahim Aurora.

****

Keesokan paginya.

Aurora merasakan nyeri hebat di kepalanya. Seluruh badannya pegal, dan selangkangannya perih. Ia pun baru menyadari, tubuhnya hanya tertutup selimut.

"Kurang ajar! apa yang telah kau lakukan padaku semalam?" Tanya Aurora sambil mengenakan kembali pakaiannya.

"Maafkan aku, aku khilaf," ucap Gibran penuh penyesalan.

Tamparan keras mendarat di pipi kanan Gibran.

"Kau tahu akibat dari perbuatan gilamu ini? Bagaimana jika aku hamil karena perbuatanmu?" Pekik Aurora.

Aurora meninggalkan Gibran begitu saja. Pria itu tertegun. Karena minum terlalu banyak, ia mabuk dan merenggut kegadisan Aurora.

3 minggu kemudian.

Aurora mulai merasa panik karena ia tak kunjung mendapatkan datang bulannya.

"Bagaimana jika aku benar-benar hamil?" Ucap Aurora sambil memandang test pack yang baru saja dicelupkan di air seninya pagi itu. Gadis itu menarik napas. Berharap ia tak hamil karena perbuatan Gibran di malam terkutuk itu.

Jantungnya berdegup kencang. Dua garis merah benar-benar tertera jelas di alat kehamilan itu. Dunia Aurora seketika hancur. Ia harus mengandung anak dari laki-laki yang baru beberapa jam dikenalnya. Ia bahkan tak tahu dimana Gibran tinggal. Lalu, bagaimana ia meminta pertanggung jawabannya?

Aurora menyesali kebodohannya. Seandainya malam itu ia tak mendatangi bar itu, mungkin kejadian buruk ini tidak akan menimpanya.

Malam harinya, Aurora kembali mendatangi bar. Ia berharap malam itu Gibran akan datang ke tempat yang telah mempertemukan mereka.

Aurora bertanya pada seorang pelayan. Apakah setelah malam itu Gibran sering kembali mengunjungi tempat itu. Namun, jawaban yang didapatnya sungguh di luar dugaan. Pelayan itu mengatakan jika setelah malam pertemuannya dengan Aurora, ia tak melihat Gibran datang lagi ke bar itu. Ia justru mengatakan jika Gibran pindah ke luar negeri untuk urusan pekerjaannya.

Perasaan Aurora makin kacau. Apakah ia harus mempertahankan kehamilannya? Lalu bagaimana jika sang ibu tahu, jika anak perempuan satu-satunya kini hamil di luar pernikahan? Sedangkan ia pun tak tahu dimana kini pria yang telah membuatnya mengandung?

Bersambung. .

Terpopuler

Comments

Imam Aja

Imam Aja

ikut j

2021-10-29

0

eLzo

eLzo

bininya Jong-suk hadeeerrr 👋🤣

2021-10-24

1

Adila Nisa Ardani

Adila Nisa Ardani

mampir thor 💪💪

2021-10-15

2

lihat semua
Episodes
1 Tak terduga
2 My Destiny
3 Tanda Tanya
4 Mister Tampan
5 Sebuah jawaban
6 Bukan anak biasa
7 Berkesan
8 Nyaman
9 Pertemuan ke dua
10 Dilema
11 Sebuah pengakuan
12 Keenan vs Gibran
13 Perih
14 Arrogant
15 My pride
16 Curiga
17 Sampel
18 My little hero
19 Mandul
20 Mundur
21 Mencari sebuah jawaban
22 Kesepian
23 In the Midnight
24 Gagal
25 Kartu As
26 Tak terucap
27 Skak mat!
28 Nomor Asing
29 Sang Mantan
30 Kado
31 Thank you, Mr. Tampan
32 Pertemuan yang tak diinginkan
33 Kekasih pura-pura
34 Kawan baru Andro
35 Alicya
36 Badut tampan
37 Gaun untuk Sarah
38 Kemunculan Fiona
39 an assistant
40 Aksi detektif cilik
41 Mimpi buruk Nadine
42 Penyusup
43 Pelanggan baru
44 a new number
45 Bad day
46 Koma
47 Gelap
48 Sebuah Getaran
49 Mimpi buruk (lagi)
50 Secret Admirer
51 Kembali
52 Hilang ingatan
53 Sebuah keputusan
54 Semakin rumit
55 Karma
56 Cinta baru
57 Kakek & Nenek
58 Luka yang membekas
59 Kejutan besar
60 Kembali
61 Kesempatan ke dua
62 Insecure
63 Sebuah firasat
64 Kepergian Sarah
65 Surat wasiat
66 Rasa yang tertinggal
67 Curiga
68 Tak dianggap
69 Nyaris
70 De javu
71 Maaf
72 an accident
73 Bad news
74 Pertemuan dengan Nikita
75 Sebuah getaran
76 Jealous
77 Ragu
78 Sebuah pelajaran
79 Sial
80 Berhati emas
81 Perlahan muncul
82 Masih ada rasa
83 Menguak rahasia
84 Keras kepala
85 Kepergian Felicia
86 Kehilangan
87 Helena meet Nadine
88 Hadiah istimewa
89 Fakta baru
90 Kembali menjauh
91 Semakin jelas
92 Cinta baru
93 Rahasia besar
94 Secepat ini?
95 Berat
96 Jawaban tak terduga
97 Dua hati menyatu
98 Maaf untuk sang ibu
99 Bahagia untukmu
100 Sederhana dan rendah hati
101 Pernikahan impian
102 Sebuah keputusan
103 Demi Andromeda
104 Rencana Pernikahan
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Tak terduga
2
My Destiny
3
Tanda Tanya
4
Mister Tampan
5
Sebuah jawaban
6
Bukan anak biasa
7
Berkesan
8
Nyaman
9
Pertemuan ke dua
10
Dilema
11
Sebuah pengakuan
12
Keenan vs Gibran
13
Perih
14
Arrogant
15
My pride
16
Curiga
17
Sampel
18
My little hero
19
Mandul
20
Mundur
21
Mencari sebuah jawaban
22
Kesepian
23
In the Midnight
24
Gagal
25
Kartu As
26
Tak terucap
27
Skak mat!
28
Nomor Asing
29
Sang Mantan
30
Kado
31
Thank you, Mr. Tampan
32
Pertemuan yang tak diinginkan
33
Kekasih pura-pura
34
Kawan baru Andro
35
Alicya
36
Badut tampan
37
Gaun untuk Sarah
38
Kemunculan Fiona
39
an assistant
40
Aksi detektif cilik
41
Mimpi buruk Nadine
42
Penyusup
43
Pelanggan baru
44
a new number
45
Bad day
46
Koma
47
Gelap
48
Sebuah Getaran
49
Mimpi buruk (lagi)
50
Secret Admirer
51
Kembali
52
Hilang ingatan
53
Sebuah keputusan
54
Semakin rumit
55
Karma
56
Cinta baru
57
Kakek & Nenek
58
Luka yang membekas
59
Kejutan besar
60
Kembali
61
Kesempatan ke dua
62
Insecure
63
Sebuah firasat
64
Kepergian Sarah
65
Surat wasiat
66
Rasa yang tertinggal
67
Curiga
68
Tak dianggap
69
Nyaris
70
De javu
71
Maaf
72
an accident
73
Bad news
74
Pertemuan dengan Nikita
75
Sebuah getaran
76
Jealous
77
Ragu
78
Sebuah pelajaran
79
Sial
80
Berhati emas
81
Perlahan muncul
82
Masih ada rasa
83
Menguak rahasia
84
Keras kepala
85
Kepergian Felicia
86
Kehilangan
87
Helena meet Nadine
88
Hadiah istimewa
89
Fakta baru
90
Kembali menjauh
91
Semakin jelas
92
Cinta baru
93
Rahasia besar
94
Secepat ini?
95
Berat
96
Jawaban tak terduga
97
Dua hati menyatu
98
Maaf untuk sang ibu
99
Bahagia untukmu
100
Sederhana dan rendah hati
101
Pernikahan impian
102
Sebuah keputusan
103
Demi Andromeda
104
Rencana Pernikahan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!