Bab 4
Pagi itu Andromeda sudah bersiap dengan sepedanya.
"Where will you go?"(Kau mau pergi kemana?) Tanya Aurora.
"I want to go to Flamingoo park. Won't you go with me?" (Aku akan pergi ke taman Flamingoo. Mommy mau ikut? Tanya Andro.
Aurora berpikir sejenak.
"Ok, Let's go!" Seru sang ibu. Membuat Andromeda tertawa girang.
Beberapa menit kemudian keduanya telah sampai di taman yang tak begitu jauh dari rumah mereka itu. Beberapa orang tampak bersepeda mengelilingi taman dan sebagian lainnya berlari kecil.
"Rasanya sudah begitu lama aku tidak datang ke taman ini. Aku bahkan lupa kapan terakhir datang ke tempat ini.
I'm so sorry my dear, I'm too busy with my bussiness. Rather I don't have any time to spend the day with you," ucap sang ibu.
(Mommy minta maaf, Sayang. Mommy terlalu sibuk dengan pekerjaanku. Hingga tak punya banyak waktu denganmu)
"It's no problem Mom, please, don't say that," (Itu bukan masalah, Ibu. Jangan berkata begitu) hibur Andro.
Aurora memejamkan matanya. Menghirup udara pagi yang terasa sejuk.
Sejenak ia lupa akan masalah yang tengah dihadapinya. Andromeda yang terus bertanya tentang sosok sang ayah, benar-benar membuat perasaannya cemas. Bagaimana mungkin ia menjelaskan pada sang anak, jika dirinya pernah melakukan sebuah kesalahan di masa lalu, hingga membuat dirinya terlahir ke dunia.
Andromeda perlu jawaban dari semua pertanyaannya. Ia tahu itu.
Aurora membuang napas. Netranya memandang sekeliling taman. Tiba-tiba pandangannya tertuju pada sepasang suami istri yang tengah mengajari anak mereka berjalan. Bocah perempuan itu perlahan melangkah. Tiga hingga empat langkah lalu terjatuh. Begitu seterusnya. Namun sang anak tetap saja tertawa bahagia. Ia justru terkekeh saat sang ayah berpura-pura mengejarnya. Sang ayah hanya ingin buah hatinya lekas pandai berjalan.
"Pemandangan yang menghangatkan hati," gumam Aurora.
Tiba-tiba ia teringat kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya tak bisa mendampinginya ketika ia harus menghadapi berbagai cobaan berat yang datang menghampiri hidupnya dalam waktu yang hampir bersamaan.
Andromeda yang mulai lelah berkeliling taman pun menghentikan sepedanya. Ia lalu duduk di sebuah kursi taman.
"Andromeda?" Sapa seorang pria.
"Kau di sini juga?" Tanyanya lagi.
"Aku sering ke tempat ini, pak," jawab Andro.
"Apa aku terlihat setua itu?" Pria itu terkekeh. Ia merasa geli dengan panggilan itu.
"I'm sorry, but, I don't know your name."
(Aku minta maaf. Tapi aku tak tahu namamu)
"My name is…" ( Namaku...)
"Andro, let's go home," (Andro, ayo kita pulang,) ajak Aurora.
Pria itu belum sempat menyebutkan namanya, namun sang ibu tiba-tiba menghampiri mereka.
Pria itu mendongakkan kepalanya. Ia lalu menatap wajah Aurora. Wajah yang tak asing baginya. Meskipun sudah cukup lama tak berjumpa.
Aurora pun tak kalah kaget dengan pria yang tampak akrab mengobrol bersama sang anak.
"Kalian sudah saling kenal?" Tanya Aurora.
"Beberapa hari yang lalu Andromeda mendatangi apartemenku. Dia ingin menemui seseorang yang ada di foto miliknya. Namun sayang sekali, sepertinya ia tak sengaja menjatuhkannya," jawab Keenan.
"Dia mencarimu, Keenan," ucap Aurora di dalam hati.
"Kau sudah menikah?" Tanya Keenan.
Tiba-tiba ponsel Aurora berdering. Ia pun menjauh dari Keenan dan menjawab teleponnya.
"Im sorry, we must go home now,"(Aku minta maaf. Kami harus pulang sekarang) Ucap Andromeda sambil menuntun sepedanya.
"Ok, boy. See you,"(Sampai jumpa) Ucap Keenan sambil melambaikan tangannya.
"See you too, mister tampan," Ucap Andromeda sambil membalas lambaian tangan Keenan.
Keenan menatap punggung kedua orang yang mulai menjauh dari pandangannya. Bermacam pertanyaan kini memenuhi kepalanya. Siapa Andromeda? Apa hubungan Andromeda dengan Aurora? Lalu, kemana ia selama ini? Mengapa tiba-tiba ia mengakhiri hubungan dengannya tanpa alasan. Bahkan di saat mendekati hari pertunangan. Keenan menghela napas. Akankah dirinya mendapat jawaban dari semua pertanyaan itu?
Bayangan Nadine tiba-tiba terlintas di kepalanya. Perempuan yang dianggapnya sedikit berani dan nakal. Ia adalah salah satu kawan kuliahnya. Malam itu memintanya untuk menjadi pacar pura-pura di acara reuni kampus mereka. Keenan telah menolak permintaan Nadine. Namun, gadis itu justru nekad mendatangi kamar apartemennya. Dengan jurus rayuan mautnya akhirnya Keenan mengiyakan permintaan Nadine. Namun saat perempuan itu mengajaknya untuk menemaninya mendatangi sebuah bar, dengan tegas Keenan menolaknya.
Sedikit penyesalan yang masih mengendap di hatinya hingga saat ini adalah ia tak memberi tahu Aurora jika malam itu ia keluar dari apartemennya bersama perempuan lain.
Beberapa hari setelah acara reuni di kampusnya, Aurora tiba-tiba mengajaknya untuk bertemu di sebuah cafe. Keenan tak menyangka, tanpa alasan yang jelas sang kekasih memintanya untuk mengakhiri hubungan yang telah cukup lama mereka jalani. Ia sempat bertanya apakah kesalahan yang telah dibuatnya. Namun, Aurora justru mengatakan dialah yang telah membuat kesalahan besar dalam hubungan mereka. Aurora bahkan meninggalkan Keenan begitu saja di cafe itu.
Keenan mendongakkan kepalanya. Ia lalu menatap mentari yang semakin meninggi. Tubuhnya mulai merasa hangat. Ia lalu melirik arloji di pergelangan tangannya. 07.45 am.
"Astaga! Sudah sesiang inikah?" Tanyanya pada diri sendiri.
Pria itu pun lalu beranjak dari tempat duduknya. Namun tiba-tiba pandangannya tertuju pada botol minum yang ada di sampingnya. Rupanya Aurora telah meninggalkan botol minumnya.
"Kau masih saja ceroboh, Aurora," Gumamnya sembari tersenyum kecil.
"Kemana aku harus mengembalikan botol ini?" Muncul sebuah penyesalan kecil di hatinya. Mengapa ia tak menanyakan nomor ponselnya dan dimana tempat tinggalnya kini.
"Semoga Andromeda sering bermain ke tempat ini. Kulihat anak itu hanya menaiki sepeda. Tempat tinggalnya mungkin tak jauh dari taman ini. Besok aku akan kembali lagi kesini untuk menemuinya," gumamnya.
Keenan lalu melangkah meninggalkan taman yang telah mulai sepi pengunjung.
Keenan mengendarai mobilnya menyusuri jalan. Berharap Aurora dan Andromeda belum terlalu jauh dari taman itu. Namun ia tak menemukan keduanya.
Pandangan matanya tiba-tiba menangkap sebuah toko bertuliskan "Aurora Cake". Keenan lalu menepikan mobilnya di depan toko yang belum mulai buka itu.
"Mungkinkah toko kue ini milik Aurora? Gadis itu memang pandai membuat kue. Beberapa kali ia memberiku kue buatannya yang amat lezat." Lagi-lagi Keenan berbicara pada dirinya sendiri.
*****
Di rumah Aurora.
Aurora dan Andromeda sampai di rumah mereka. Aurora merasa haus. Ia baru menyadari jika botol minumnya tak ada.
"Aku pasti telah meninggalkan botolku di taman," gumamnya.
"What happen, mom?" (Apa yang terjadi, Mommy?)Tanya Andromeda.
"I have left my bottle in flamingoo park,"(Aku meninggalkan botol minumku di taman Flamingoo) jawab sang ibu.
"Biar aku yang mengambilnya," Ucap Andro sambil menaiki sepedanya yang baru beberapa menit disandarkan itu.
"Biarkan saja. Momy masih punya banyak botol minum," ucapnya.
"I know, but that's your lovely bottle."( Aku tahu. Tapi itu botol minum kesayanganmu.)
"Sudahlah, itu bukan masalah bagi mom," ucap sang ibu.
Sepeda Andro kembali meluncur. Aurora terus memanggilnya. Namun, sang anak seakan tak mendengar panggilannya.
"Kau memang anak yang baik, Andro," ucap sang ibu sembari tersenyum.
Andromeda kembali mendatangi taman yang telah sepi pengunjung. Anak itu lalu menuju bangku tempat ia duduk sebelumnya. Namun ia tak melihat botol sang ibu disana.
"Apa mungkin mister tampan itu telah menyimpan botol Mommy?" Tanyanya dalam hati.
"I hope I will meet him again in this place,"
(Aku harap aku akan bertemu lagi dengannya di tempat ini)
ucapnya kemudian.
Andromeda pun meninggalkan taman itu dan kembali ke rumahnya.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
eLzo
Ayo ngaca dong Andro, km juga tampaaannnn😭
2021-10-24
1
sun flower
ketemunya ama keenan terus si andro....
apa kabar si Gibran
2021-10-14
2